Media Internasional Soroti Gas Air Mata dalam Insiden Kanjuruhan

Penembakan-Gas-Air-Mata

Polisi menembakan gas air mata saat insiden kericuhan terjadi usai laga Arema melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jatim, Sabtu (1/10/2022) malam WIB.Foto: skysports.com

INDOPOS.CO.ID – Sejumlah media internasional menyoroti penggunaan gas air mata oleh aparat kepolisian dalam tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur (Jatim) usai laga Arema lawan Persebaya, Sabtu (1/10/2022) malam.

Berdasarkan pantuan indopos.co.id, Minggu (2/10/2022), baik itu situs berita online Sky Sports, BBC, CNN maupun Reuters menyoroti hal yang sama terkait penggunaan gas pengendali massa oleh aparat kepolisian yang dilarang oleh Federasi Sepak Bola International atau Federation Internationale de Football Association (FIFA).

Keempat media internasional tersebut menyebutkan bahwa dalam peraturan FIFA tidak ada senjata api atau gas pengendali massa yang boleh dibawa atau digunakan oleh polisi.

Namun, keempat media tersebut menampilkan data yang berbeda terkait korban tewas akibat tragedi Kanjuruhan. Media BBC dan Sky Sports menampilkan data 174 orang tewas dan 300 orang lainnya dilarikan ke rumah sakit.

Sementara media CNN dan Reuters menampilkan data yang sesuai dengan pemberitaan media lokal di Indonesia yakni 129 orang meninggal dan sekitar 180 orang lainnya mengalami luka berat dan ringan.

Pada media Sky Sports, menyebutkan sedikitnya 174 orang tewas setelah kerusuhan pada pertandingan sepak bola di Indonesia.

Kekerasan terjadi di sebuah stadion di Jawa Timur saat pertandingan antara Arema dan Persebaya Surabaya.

Kekacauan pecah setelah Persebaya Surabaya menang 3-2, dan menurut laporan lokal, ribuan penggemar Arema masuk ke lapangan setelah tim mereka kalah.

Disebutkan juga beberapa pemain Arema yang saat itu masih berada di lapangan diserang. Sebuah penyerbuan dimulai ketika polisi menembakkan gas air mata ke kerumunan.

Tragedi kemanusiaan di stadion Kanjuruhan, Malang, Jatim pecah. Foto : dok/Indopos.co.id

Gambar menunjukkan orang-orang yang tampak tidak sadarkan diri dibawa oleh penggemar lain.

Sky Sports menggambarkan tragedi Stadion Kanjuruhan merupakan insiden terburuk di dunia. Lebih dari 300 orang dilarikan ke rumah sakit terdekat, tetapi banyak yang meninggal dalam perjalanan atau dalam perawatan.

“Kami telah melakukan tindakan pencegahan sebelum akhirnya menembakkan gas air mata ketika (penggemar) mulai menyerang polisi, bertindak anarkis dan membakar kendaraan,” kata Kapolda Jatim Nico Afinta dalam konferensi pers Minggu (2/10/2022) seperti dikutip Sky Sports.

Sky Sports mengungkapkan bahwa beberapa korban mengalami cedera otak, dan seorang dokter mengatakan kepada media lokal bahwa seorang anak berusia lima tahun termasuk di antara mereka yang meninggal.

Seorang pejabat kesehatan setempat mengatakan banyak korban meninggal akibat kericuhan, terhimpit, berdesak-desakan, terinjak dan mati lemas.

Dua dari korban yang tewas di Stadion Kanjuruhan di Malang dilaporkan petugas polisi.

Sky Sports juga mengutip pernyataan Menteri Kordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, di media sosial bahwa stadion itu penuh melebihi kapasitas.

Sementara kapasitad stadion seharusnya hanya menampung 38.000 orang. Mahfud mengklaim 42.000 tiket telah dikeluarkan.

Lebih lanjut Sky Sports mengutip pernyataan Presiden Indonesia Joko Widodo, yang menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada para korban dan keluarganya.

“Saya sangat menyayangkan tragedi ini dan saya berharap ini adalah tragedi sepak bola terakhir di negara ini. Jangan biarkan tragedi kemanusiaan seperti ini terjadi lagi di masa depan. Kita harus terus menjaga sportivitas, kemanusiaan dan rasa persaudaraan bangsa Indonesia,” kata Presiden Jokowi.

Liga sepak bola Indonesia mengatakan pertandingan akan ditangguhkan selama seminggu tetapi Jokowi telah memerintahkan semua pertandingan ditunda sampai penyelidikan selesai.

Arema juga dilarang menjadi tuan rumah pertandingan selama sisa musim ini. Sanksi lebih lanjut bisa menyusul.

Lebih jauh, Sky News mewawancarai pengamat sepak bola selaku mantan pelatih tim futsal nasional Indonedia Justinus Lhaksana.

Justinus Lhaksana, mengatakan kepada Sky News bahwa ini bukan pertama kalinya insiden kericuhan dalam pertandingan sepak bola di Indonesia.

Lhaksana mengklaim penggemar di Indonesia memasuki lapangan hampir setiap akhir pekan, dan gangguan seperti itu telah berlangsung selama bertahun-tahun.

“Ini bukan bentrokan antara dua rivalitas. Ini hanya bentrokan antara penggemar yang kecewa dan polisi,” kata Lhaksana.

Ia mengatakan bahwa penggemar masuk ke lapangan sepak bola setelah pertandingan, seharusnya tidak boleh dilakukan. Ia meminta langkah-langkah keamanan harus diperketat. Ia juga berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi.

Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Mochamad Iriawan, telah meminta maaf kepada keluarga korban.

Iriawan menambahkan bahwa insiden itu sangat mencoreng wajah sepak bola Indonesia.

Ada sejumlah kendaraan dibakar di halaman stadion, dan banyak di antaranya adalah mobil polisi.

Sedangkan media BBC menggambarkan kekerasan dalam pertandingan sepak bola bukanlah hal baru di Indonesia, dan Arema FC dan Persebaya Surabaya adalah rival lama.

Suporter Persebaya Surabaya dilarang membeli tiket pertandingan karena khawatir terjadi bentrokan.

BBC menyebutkan kericuhan di Kanjuruhan adalah yang terbaru dalam antrean panjang tragedi di stadion.

Pada tahun 1964, total 320 orang tewas dan lebih dari 1.000 terluka selama tragedi di kualifikasi Olimpiade Peru-Argentina di Lima.

Pada tahun 1985, 39 orang tewas dan 600 terluka di Stadion Heysel di Brussel, Belgia, ketika para penggemar terbentur tembok yang kemudian runtuh saat final Piala Eropa antara Liverpool (Inggris) dan Juventus (Italia).

Di Inggris, Stadion Hillsborough di Sheffield, mengakibatkan kematian 97 penggemar Liverpool yang menghadiri semifinal Piala FA cup melawan Nottingham Forest. (dam)

Exit mobile version