Insiden Kanjuruhan, Pemerintah Diminta Jemput Bola Dampingi Anak Kehilangan Orang Tua

Pita-Hitam

Ucapan duka atas insiden Kanjuruhan, Malang, Jatim. Foto : BRI for indopos.co.id

INDOPOS.CO.ID – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menginginkan semua pihak fokus pada pelayanan penanganan korban tragedi sepak bola Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur secara maksimal. Itu dilakukan terhadap korban masih hidup maupun telah meninggal dunia.

Menurut Kepala Divisi Pengawasan dan Monitoring Evaluasi KPAI Jasra Putra, tragedi tersebut berdampak berat pada kejiwaan korban anak. Mengingat mereka terpaksa berpisah dengan orangtua dan kehilangan selamanya.

“Lembaga layanan yang tersedia, bisa jemput bola, untuk menolong situasi anak dan keluarga, yang masih perawatan, agar segera bisa di dampingi dan direspon baik, dalam rangka mengurangi hal lebih buruk dihadapi anak,” kata Jasra melalui gawai, Jakarta, Senin (3/10/2022).

Pihak panitia dapat memberikan data kepada para petugas yang merespon situasi darurat setelah insiden memilukan tersebut, agar bisa dirintis pusat informasi crisis center dalam penelusuran pencarian korban dan data keluarga.

“Menerima laporan keluarga korban, menerima anak anak yang mungkin terpisah dari keluarga, anak anak yang ditinggal orang tua karena meninggal,” ucap Jasra.

Bagi KPAI, saat ini mari bergerak dengan maksimal untuk para korban, sepakbola adalah keluarga, tontonan keluarga, jiwa keluarga, sehingga dalam peristiwa tersebut kekeluargaan dalam sepakbola jangan hilang.

“Saatnya terpanggil sebagai keluarga sepakbola, membantu para korban dan mengurangi beban penderitaan,” imbuhnya.

Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menjenguk korban tragedi Kanjuruhan di rumah sakit. Foto : Humas Mabes Polri for indopos.co.id

Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, terjadi setelah laga antara Arema FC kontra Persebaya pada, Sabtu (1/10/2022) malam. Tim tuan rumah mengalami kekalahan dengan skor akhir 2-3.

Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta menjelaskan kronologi tragedi Stadion Kanjuruhan Malang. Versi polisi menyebut bahwa suporter Arema memasuki lapangan karena tak terima dengan hasil pertandingan yang memenangkan Persebaya.

“Permasalahan terjadi pada saat setelah selesai, terjadi kekecewaan dari para penonton yang melihat tim kesayangannya tidak pernah kalah selama 23 tahun bertanding di kandang sendiri,” beber Nico saat jumpa pers di Polres Malang, Minggu (2/10/2022).

Polisi kemudian menembakan gas air mata kepada suporter yang memasuki lapangan, lantaran bertindak anarkis. Sementara pengakuan salah satu pendukung selamat menyatakan, bahwa mereka turun ke lapangan hanya memberikan dukungan kepada tim kesayangannya. (dan)

Exit mobile version