Empat Siswa Tewas saat LDKS SMP IT Hitam, KPAI Desak Polisi Periksa Sekolah

Ilustrasi tenggelam

Ilustrasi tenggelam. Foto: Istimewa

INDOPOS.CO.ID – Komisi Perlindunga naak Indonesia (KPAI) mendesak kepada Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok,Jawa Barat, untuk memeriksa pihak sekolah yatu, SMP IT Al Hikham. atas tewasnya empat orang siswa yang hanyut saat menjalani Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) di Curug Kembar, Desa Batu Layang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.

Hal ini diungkapkan oleh Komisoner KPAI bidang Pendidikan Retno Listyrarti menyikapi hanyutnya sejumlah sswa dala egiatan non kurikuler tersebut.

“Kegiatan di alam terbuka yang diselenggarakan satuan pendidikan yang berakibat hanyutnya sejumlah peserta didik yang mengikuti kegiatan tersebut sudah berulang terjadi dan menewaskan sejumlah siswa. Tercatat tahun 2020 di Sleman dan tahun 2021 di Ciamis. Semuanya menimpa suiswa pada jenjang SMP,” terang Retno kepada indopos.co,.id,Minggu (16/10/2022).

Retno menuturkan, berdasarkan catatan KPAI pada Jumat, 21 Februari 2020, kegiatan susur sungai yang diikuti 257 pelajar SMPN 1 Turi, Sleman berujung petaka. Pada sore hari, saat para peserta yang sedang menyusuri Sungai Sempor itu diterjang arus deras dari arah utara.

Ratusan pelajar ini diketahui sedang melaksanakan kegiatan pramuka. Ditemani kakak pembina yang juga masih pelajar, ratusan pelajar SMP ini nekat menyusuri sungai di tengah cuaca yang tak menentu setelah hujan deras. Peristiwa ini berakhir nahas, 10 siswi ditemukan meninggal dunia.

Sementara itu,pada Jumat, 15 oktober 2021 terjadi tragedi memilukan dimana sebanyak 21 siswa MTs di Ciamis,Jawa Barat, menjadi korban dari kegiatan susur sungai yang diselengarakan oleh pihak sekolah MTs harapan baru Cijantung. 10 siswa telah diselamatkan oleh warga yang turut membantu, namun 11 siswa lainya telah ditemukan sudah dalam keadaan meninggal dunia.

Kini, pada 13 Oktober 2022 empat orang siswa SMP IT Al-hikmah Depok hanyut di sungai saat mengikuti kegiatan tracking di wilayah Curug Kembar, Cisarua, Kabupaten Bogor.

Ilustrasi. Foto: Ist

Retno sangat menyayangkan pihak sekolah yang tidak bijak dalam menyelenggarakan kegiatan di alam bebas saat musim hujan, dilakukan di Curug pula dan ada susur sungai. “Padahal, saat hujan lebat, segala kemungkinan bisa terjadi, mulai dari tanah longsor, banjir, sampai kemungkinan banjir bandang di lokasi tersebut,” cetusnya.

Untuk itu, pihaknya mendorong Dinas Pendidikan Kota Depok dan pihak kepolisian sesuai kewenangannya masing-masing untuk melakukan pemeriksaan atas kasus tewasnya 4 siswa dalam kegiatan LDKS.

“Apakah ada unsur kelalaian yang membuat tewasnya 4 peserta didik tersebut. Apakah ada laporan atau ijin Dinas Pendidikan Kota Depok terkait penyelenggarakan kegiatan LDKS di Cisarua ini, apakah ada ijin orangtua dan apakah orangtua mengetahui bahwa akan ada kegiatan tracking yang melewati sungai pada rundown kegiatan LDKS tersebut ?,” katanya balik bertanya.

Tak hanya itu, kegiatan yang diselenggarakan itu apakah ada SOP dalam kegiatan ini sehingga Pembina kegiatan dan para guru sudah mempertimbangkan kondisi cuaca, karena jika hujan seharusnya tidak diperkenankan ada kegiatan tracking dan susur sungai, apalagi di wilayah curug, yang merupakan hulu dari sungai. Karena saat hujan, debit air bisa tiba-tiba meningkat dan arus membesar, bahkan ada potensi longsor.

Untuk itu, pihaknya menghimbau Dinas Pendidikan untuk membuat surat edaran yang melarang pihak sekolah menyelenggarakan kegiatan di alam terbuka, apalagi di wilayah sungai saat musim hujan seperti sekarang. “Kalau pun sedang tidak musim hujan, sekolah wajib memiliki SOP kegiatan di alam terbuka yang aman dan melindungi anak-anak. Selain itu para orangtua wajib memastikan rundown kegiatan untuk memastikan anak-anaknya aman selama berkegiatan,” tandasnya. (yas)

Exit mobile version