Saiful Mujani: Persepsi Ekonomi Pengaruhi Pemilih pada Pilpres 2024

Saiful Mujani: Persepsi Ekonomi Pengaruhi Pemilih pada Pilpres 2024 - saiful mujani - www.indopos.co.id

Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Prof Dr Saiful Mujani, MA (Youtube SMRC)

INDOPOS.CO.ID – Persepsi atas ekonomi memiliki pengaruh dalam pemilihan presiden (pilpres) 2024 mendatang. Persepsi ekonomi yang buruk memperkuat dukungan pada Anies Baswedan dan memperlemah suara pada Ganjar Pranowo. Sebaliknya, ekonomi yang membaik akan memperkuat suara Ganjar dan memperlemah Anies.

Demikian pandangan ilmuwan politik, Prof. Saiful Mujani, dalam program Bedah Politik bertajuk: ”Ekonomi Buruk akan Memperkuat Anies dan PKS?” melalui keterangan tertulis yang diterima indopos.co.id, Kamis (4/11/2022).

Saiful menjelaskan bahwa secara teoretis mereka yang memberi penilaian positif pada kondisi ekonomi biasanya ingin mempertahankan yang sedang berkuasa. Sebaliknya, yang menilai kondisi ekonomi sekarang lebih buruk dibanding sebelumnya cenderung ingin melakukan perubahan, mengganti atau mencari yang kontras dengan yang sedang berkuasa.

Data survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dua tahun terakhir (2021-2022) menunjukkan ada 36,6 persen publik yang menyatakan kondisi ekonomi sekarang lebih buruk atau jauh lebih buruk dibanding tahun sebelumnya.

Yang menyatakan lebih baik atau jauh lebih baik sebanyak 32,7 persen. Sementara yang menyatakan tidak ada perubahan sebanyak 26,7 persen.

Ilustrasi simulasi pemilu 2024. Foto: Bawaslu for indopos.co.id

Dari yang menyatakan kondisi ekonomi lebih buruk atau jauh lebih buruk, terdapat 27 persen yang memilih Anies Baswedan. Sementara dari kalangan yang menilai kondisi ekonomi baik atau lebih baik, keterpilihan Anies sebanyak 21 persen.

Saiful menjelaskan bahwa perbedaan yang signifikan ini menunjukkan bahwa ada kecenderungan mereka yang ingin perubahan dan tidak menginginkan yang sekarang memerintah berkuasa kembali lebih condong pada Anies Baswedan.

“Dalam hal ini, Anies lebih dianggap sebagai oposisi, berbeda, atau semacam antitesis terhadap Pak Jokowi,” jelas Saiful.

Ada 27 persen yang menilai kondisi sekarang lebih buruk atau jauh lebih buruk yang memilih Ganjar. Sementara yang memilih Ganjar dari kalangan yang menilai kondisi ekonomi sekarang lebih baik atau jauh lebih baik sebanyak 33 persen. Yang menilai ekonomi tidak ada perubahan dan memilih Ganjar sebesar 26 persen.

Berbeda dengan Anies, kata Saiful, Ganjar lebih cenderung dianggap sebagai kelanjutan dari Jokowi.

“Pilihan pada Ganjar adalah refleksi positif pada kondisi ekonomi sekarang,” terang pendiri SMRC tersebut.

Sementara evaluasi ekonomi pada elektabilitas Prabowo tidak berpengaruh. Yang menyatakan ekonomi buruk atau jauh lebih buruk dan memilih Prabowo 33 persen, ekonomi baik atau jauh lebih baik 32 persen, tidak ada perubahan 33 persen.

“Karena itu, efek dari evaluasi ekonomi ini adalah pertarungan antara Anies dengan Ganjar jika keduanya maju sebagai calon presiden,” kata Saiful.

Studi ini menemukan bahwa evaluasi atas kondisi ekonomi cenderung negatif pada Anies. Artinya, yang menyatakan kondisi ekonomi baik cenderung akan menyerang Anies. Sebaliknya, yang menyatakan kondisi ekonomi baik akan memperkuat Ganjar.

Ke depan, kata Saiful, kalau kondisi ekonomi kita semakin buruk, itu akan menguntungkan Anies dan akan menggerus pemilih Ganjar. Sebaliknya, semakin ekonomi membaik atau persepsi masyarakat tentang ekonomi semakin baik, maka Ganjar akan semakin kuat dan Anies akan menjadi semakin lemah.

Saiful melanjutkan bahwa setelah dikontrol dengan pendidikan, ideologi, dan agama, faktor evaluasi atas ekonomi memiliki pengaruh yang signifikan pada pemilih Ganjar dan Anies. Namun hal yang sama tidak terjadi pada pemilih Prabowo.

“Ekonomi buruk atau baik, tidak berpengaruh pada pemilih Prabowo,” jelasnya.

Sedangkan dalam pemilihan legislatif, warga yang memiliki penilaian positif pada kondisi ekonomi cenderung menginginkan partai yang sama terus berkuasa. Partai pemerintah yang diwakili oleh PDI Perjuangan cenderung lebih kuat mendapatkan dukungan dari warga yang menilai positif kondisi ekonomi.

Terdapat 24 persen dari warga yang menyatakan kondisi ekonomi lebih buruk atau jauh lebih buruk memilih PDIP, sedang yang menilai lebih baik atau jauh lebih baik 29 persen.

Sebaliknya pada Partai Demokrat, ada kecenderungan dukungannya lebih besar dari yang menyatakan ekonomi negatif dibanding yang positif, 7 berbanding 6 persen. Hal yang sama terjadi pada PKS, pemilih dari kalangan yang tidak puas dengan keadaan ekonomi lebih banyak dibanding yang menilai ekonomi membaik, 6 berbanding 3 persen.

Saiful menambahkan bahwa dalam studi mengenai pemilu evaluasi ekonomi publik dinilai sebagai faktor yang sangat penting. Data ini menunjukkan bahwa faktor evaluasi atas ekonomi memiliki efek yang signifikan pada keputusan politik publik. Saiful menganggap fakta ini penting karena menunjukkan publik mulai bergeser masuk ke dalam politik gagasan. (dam)

Exit mobile version