Menkes Tak Yakin Bjorka Bocorkan 3,2 Miliar Data PeduliLindungi

ilustrasi retas

Ilustrasi peretasan. Foto: Freepik

INDOPOS.CO.ID – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menepis, kabar dugaan kebocoran data dari aplikasi PeduliLindungi sebanyak 3,2 miliar. Ia kurang percaya data tersebut merupakan pengguna aplikasi pencegahan Covid-19 itu.

Belum lama ini, tersiar kabar bahwa data PeduliLindungi diduga bocor dan dijual oleh peretas Bjorka. Kebocoran tersebut terbagi dalam data pengguna, data vaksinasi, riwayat pelacakan, serta riwayat check-in pengguna aplikasi dengan memberikan sampel data.

“Yang Bjorka itu kita sudah cek datanya, bukan data PeduliLindungi. Jadi, kami tidak yakin itu data kami,” kata Budi Gunadi di Jakarta, Jumat (18/11/2022).

Ia bahkan sudah berkoordinasi dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), untuk memeriksa dugaan kebocoran data tersebut. Namun, tidak ada temuan mengenai hal tersebut.

“Sarannya saya, saya sudah minta BSSN untuk segera cek dan kami tidak menemukan adanya crash itu,” ujar Budi.

Ilustrasi.

Pakar keamanan siber Pratama Persadha mengemukakan, kebocoran tersebut diunggah pada, Selasa (15/11/2022) anggota forum situs breached.to dengan nama identitas ‘Bjorka’ sudah berjanji sebelumnya membocorkan aplikasi PeduliLindungi.

“Data yang diunggah yaitu Nama, Email, NIK (Nomor KTP), Nomor Telepon, Tanggal Lahir, Identitas Perangkat, Status Covid-19, Riwayat Checkin, Riwayat Pelacakan Kontak, Vaksinasi dan masih banyak data lainnya,” kata Pratama dalam keterangannya, Jakarta, Rabu (16/11/2022).

Data yang berjumlah 3,2 Milyar ini dijual dengan harga US$ 100.000 atau sekitar Rp 1,5 milyar menggunakan menggunakan mata uang Bitcoin,” tambahnya.

Data yang diklaim Bjorka berjumlah 3,250,144,777 data dengan total ukuran mencapai 157 GB bila dalam keadaan tidak dikompres. Data sampelnya dibagi menjadi 5 file yaitu data pengguna sebanyak 94 juta, akun sudah disortir sebanyak 94 huta, data vaksinasi 209 Juta.

“Data riwayat check-In 1,3 Milyar, dan Riwayat Pelacakan Kontak sebanyak 1,5 miliar,” beber Chairman CISSReC (Communication & Information System Security Research Center) itu. (dan)

Exit mobile version