Aksi Bunuh Diri di Astana Anyar, Sekjen Kemenag : Moderasi Beragama Itu Mencerdaskan

Gathering-Moderasi-Beragama

Sekjen Kemenag Nizar dalam acara daring. (Kemenag for INDOPOS.CO.ID)

INDOPOS.CO.ID – Di era modern saat ini, peran media sangat dibutuhkan sebagai sarana informasi bagi masyarakat. Pernyataan tersebut diungkapkan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Agama (Kemenag) Nizar dalam keterangan, Minggu (11/12/2022).

Ia mengatakan, peran media sangat penting khususnya dalam menyampaikan program moderasi beragama. Dengan memiliki pengetahuan tentang moderasi beragama.

“Program moderasi beragama menjadi program nasional yang termaktub dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional). Dan sebagai leading sektornya adalah Kemenag,” terangnya.

Dia mengungkapkan, menjadi program prioritas Kemenag, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mencanangkan 2022 sebagai tahun toleransi. Tujuannya untuk memberikan pondasi dalam menyongsong tahun politik 2023.

Lebih jauh dia mengungkapkan, beberapa puluh tahun lalu banyak bermunculan gerakan intoleran yang ditandai dengan beberapa aksi-aksi teror, radikalisme, bahkan sampai bom bunuh diri. “Ini menunjukkan cara pandang sikap dan perilaku beberapa orang atau kelompok yang radikal atau ekstrimis,” ujarnya.

Ia menuturkan, peristiwa bom bunuh diri yang terjadi beberapa waktu di Polsek Astana Anyar, Kota Bandung, Jawa Barat menjadi pertanda ancaman bagi Indonesia. Aksi tersebut, menurut dia, disebabkan karena pola pikiran dan cara pandang serta perilaku ekstrim yang mengabaikan martabat kemanusiaan.

“Dalam agama manapun pasti mengajarkan memanusiakan manusia, ini kok ada orang yang bom bunuh diri hanya kepentingannya untuk membunuh orang. Ini cara pandang yang perlu diluruskan salah satunya melalui moderasi beragama,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, gerakan masif yang dilakukan kemenag dalam moderasi beragama bertujuan untuk mencerdaskan. Sehingga nantinya pola pikir, cara pandang dan sikap masyarakat bisa moderat.

“Ada 4 indikator yang menandakan bahwa orang tersebut memiliki moderasi beragama. Di antaranya: komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan adaptif terhadap tradisi lokal,” bebernya.
(nas)

Exit mobile version