Korban Tewas Akibat Gempa di Turki dan Suriah Meningkat Jadi 3.554 Orang

bangunan-Rusak-Pasca-Gempa

Petugas mencari korban di balik reruntuhan gedung yang hancur akibat gempa di Turki.

INDOPOS.CO.ID – Korban tewas akibat gempa bumi dahsyat dengan magnitudo 7,8 yang melanda sebagian besar wilayah Turki dan Suriah, Senin (6/2/2023) dini hari waktu setempat terus bertambah.

Berdasarkan laporan terbaru pada Selasa (7/2/2023) pagi jumlah korban tewas meningkat menjadi 3.554 orang. Dari jumlah itu, 2.316 korban tewas di Turki.

Sekitar 700 tewas di Suriah yang dikuasai pemberontak, dan 538 di Suriah yang dikuasai pemerintah.

Jumlah korban secara luas diperkirakan akan meningkat secara signifikan.

Selain itu tingkat kehancuran yang disebabkan oleh gempa bumi berkekuatan 7,8 di Turki itu sangat parah. Gempa terjadi di Kota Pazarcik, Provinsi Kahramanmaras.

Tempat tinggal, pertokoan, dan tempat ibadah runtuh. Kondisi yang ada bertambah memprihatinkan karena gempa susulan terus mengguncang wilayah tersebut.

“Kami menunggu sepanjang hari dan tidak ada bantuan dari pemerintah,” kata seorang warga Turki yang selamat Mustafa Kara Ali, seperti dilansir Sky News, Selasa (7/2/2023).

Mustafa Kara Ali mengatakan dia tertidur lelap dengan istrinya di rumah mereka di pusat Gaziantep di Turki ketika gempa terjadi pada Senin dini hari.

Dia menceritakan keputusasaannya untuk membawa kedua putri mereka keluar saat orang-orang berlarian sambil berteriak minta tolong.

“Cuaca membuat segalanya lebih sulit, turun salju, berangin, dan hujan. Ribuan orang berkumpul di taman sepanjang hari, tanpa selimut, air, atau tempat berteduh. Kami menunggu sepanjang hari dan tidak ada bantuan dari pemerintah,” ungkapnya.

Ali bekerja untuk badan amal anak-anak bernama Kids Rainbow, yang memberikan pendidikan bagi pengungsi Suriah. Semua anak dan relawan mereka selamat dan banyak dari mereka sekarang berada di tempat penampungan bersama keluarga mereka.

Seorang apoteker yang tinggal di Kota Gaziantep, Turki Alper Erkmen juga menceritakan pengalamannya saat gempa terjadi.

Alper Erkmen mengatakan getaran itu bahkan lebih buruk daripada gempa bumi lain yang terjadi pada tahun 1999.

“Semua orang di rumah sedang tidur ketika gempa dimulai, kecuali saya. Saat itu tengah malam. Itu berlangsung selama satu setengah menit dan itu adalah gempa yang sangat kuat,” katanya.

“Saya berada di sana saat gempa tahun 1999 di Gölcük, Turki. Bahkan lebih buruk dari itu. Begitu gempa dimulai, saya lari ke anak dan istri saya, membangunkan mereka dan menyuruh mereka menunggu gempa berakhir pada tempat yang aman,” tuturnya.

Kondisi bangunan yang hancur akibat gempa bumi di Turki.
Foto: news.sky.com

“Sebagian besar barang di rumah jatuh ke lantai saat meninggalkan rumah. Di sini dingin dan hujan, kami sudah menunggu di dalam mobil sejak kami keluar. Alhamdulillah kami semua baik-baik saja,” ceritanya.

“Tapi semua orang sangat takut. Jujur saya tidak tahu apa yang akan terjadi. Gempa susulan masih terjadi, saat ini saya hanya menunggu gempa susulan berakhir secepat mungkin,” katanya.

Turki dan negara-negara tetangganya telah mengalami beberapa kali gempa bumi dahsyat dengan ribuan nyawa melayang.

Ribuan orang tewas dalam gempa yang melanda pada dini hari Senin pagi. Puluhan gempa susulan dan gempa besar kedua juga dirasakan.

Area tersebut berada di lempeng Anatolia, yang berbatasan dengan dua patahan utama yakni patahan Anatolia Utara terletak dari barat ke timur di Turki, sedangkan patahan Anatolia Timur terletak di wilayah tenggara negara itu.

Gempa yang melanda Turki dan Suriah dinilai sebagai gempa yang tidak biasa. Gempa pertama dan kedua kekuatannya hampir sama. Di mana gempa pertama terjadi pada Senin dini hari waktu setempat dengan magnitudo 7,8. Sementara gempa kedua terjadi pada Senin pagi dengan magnitudo 7,6 berasal dari patahan yang berbeda

“Gempa kedua yang melanda Turki adalah kejadian tidak biasa yang dipicu oleh gempa pertama,” kata seorang seismolog.

Remy Bossu, Kepala Pusat Seismologi Euro-Mediterania, mengatakan bahwa gempa yang terjadi pada Senin pagi hari berada pada sistem patahan yang berbeda.

“Biasanya apa yang kami amati adalah guncangan utama, dan kemudian gempa susulan yang mengikuti zona pecah yang sama. Besarnya lebih rendah,” kata Remy Bossu.

“Di sini, gempa kedua, yang terjadi pagi hari Senin, kira-kira 7,6 (magnitudo), hampir sebesar guncangan pertama dan terjadi pada sistem patahan kedua. Jadi jika Anda melihat gempa susulan, guncangan pertama ada di sepanjang Patahan Anatolia Timur dan yang kedua berada di patahan kedua,” katanya.

“Ini adalah sistem yang sama sekali berbeda. Ini bukan gempa susulan, ini gempa bumi kedua yang dipicu oleh yang pertama. Ini tidak biasa, kami menyebutnya rangkaian gempa bumi,” ujarnya.

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Erdogan bersiap untuk melakukan pembicaraan. AS mengerahkan tim tanggap bencana untuk membantu Turki.

Biden dan Edrogan diperkirakan akan berbicara segera setelah gempa bumi mematikan di Turki dan Suriah berakhir.

Seruan tersebut, dikonfirmasi oleh Gedung Putih, setelah AS berjanji untuk memberikan bantuan kepada Turki.

Negara itu telah berjanji untuk mengirim dua tim pencarian dan penyelamatan yang terdiri dari 79 orang untuk membantu pejabat Turki. Juga telah dilaporkan bahwa Tim Tanggap Bantuan Bencana akan dikerahkan.

Tidak jelas kapan tepatnya Biden dan Recep Tayyip Erdogan akan melakukan pembicaraan.

Pada hari Senin, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berbicara dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu tentang gempa yang menewaskan lebih dari 3.500 orang itu.

Seorang juru bicara AS mengatakan negara itu sedang mencari sumber dana tambahan yang tersedia untuk menanggapi gempa bumi di kedua sisi perbatasan. (dam)

Exit mobile version