INDOPOS.CO.ID – Wacana dua poros di pemilu presiden 2024 terus menjadi pembicaraan publik. Publik pun menduga hanya muncul dua pasangan calon presiden-wakil presiden, antara Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan Prabowo Subianto-Ganjar Pranowo.
Menyikapi hal ini, pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA menyatakan hal itu bisa saja terjadi, dan akan terjadi penghematan uang negara untuk pelaksanaan pemilu hanya dengan satu putaran.
“Begitu pula dengan tenaga, pikiran, emosi untuk putaran kedua bisa dialihkan untuk hal-hal lain. Pilpres menjadi sangat efisien,” ungkap Denny JA dalam video yang diunggah di akun media sosial resminya, DennyJA_World, seperti yang dikutip indopos.co.id, Jumat (22/9/2023).
Jika hal itu terjadi, dia pun memprediksi pasangan Prabowo-Ganjar akan menjadi pemenangnya.
“Jika Pilpres 2024 hanya diikuti dua pasangan capres-cawapres, maka Prabowo Subianto-Ganjar Pranowo akan menang telak atas Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar,” tukasnya seperti yang diucapkan dalam tayangan videonya yang berdurasi 3 menitan yang ada di akun pribadinya @DennyJA_WORLD.
Video tersebut adalah bagian dari serial Ekspresi Data yang diunggah di Facebook, Instagram, Twitter, Tik Tok, serta Youtube Denny JA. Ini adalah serial video yang durasinya hanya 3 menit dan berbasis data riset LSI Denny JA untuk aneka isu yang strategis, termasuk Pilpres 2024.
Berdasarkan survei LSI Denny JA, September 2023, Prabowo dan Ganjar bakal memeroleh dukungan 64,9 persen. Sementara, Anies dan Muhaimin hanya mendapatkan 16,6 persen suara. Artinya, kemenangan Prabowo dan Ganjar sangat telak atas duet Amin dengan selisih di atas 40 persen.
“Inilah kemenangan tertinggi dalam sejarah pemilu langsung di Indonesia,” ujarnya.
Denny mengatakan, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah menang besar di Pilpres 2004 dan 2009, namun kemenangannya di bawah 61 persen. Sementara, Prabowo yang berpasangan dengan Ganjar bisa meraih kemenangan di atas 62 persen.
Apabila posisinya dibalik, Ganjar sebagai capres dan Prabowo cawapres, pasangan ini juga tetap menang, namun di angka 60 persen. Sementara, Anies-Cak Imin memperoleh 20,6 persen.
“Memang ini juga kemenangan telak. Tapi selisih kemenangannya di bawah 40 persen. Sementara, jika Prabowo yang capres, kemenangannya selisih di atas 40 persen,” tegas Denny.
Namun, yang menjadi pertanyaan, mungkinkah Ganjar bersedia mengalah menjadi cawapres Prabowo? Menurut Denny, jika kalkulasinya rasional, hal itu mungkin saja terjadi. Apalagi, kemenangan Prabowo sebagai capres jauh lebih telak ketimbang kemenangan Ganjar sebagai capres.
Denny menambahkan, Pilpres adalah peristiwa politik. Kalkulasinya adalah kalkulasi politik yang berbeda cara menghitungnya.
PDIP yang merupakan partai dengan suara terbesar pasti tak ikhlas jika kadernya hanya menjadi cawapres. Apalagi, jika PDIP yakin Ganjar akan mengalahkan Prabowo di putaran kedua. Meski begitu, kata Denny, sebelum pendaftaran capres-cawapres ditutup, segala hal masih mungkin terjadi.
“Ada pameo terkenal di dunia politik: kecuali mengubah lelaki menjadi perempuan dan mengubah perempuan menjadi laki-laki, politik praktis bisa mengubah apapun. Itu juga termasuk bisa mengubah siapapun yang akhirnya menjadi capres dan cawapres,” pungkasnya.
Wacana dua paslon di Pilpres 2024 sempat disampaikan Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid beberapa waktu lalu. Namun, dia memastikan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar akan ikut bertanding.
“Saya melihatnya secara pribadi belum tentu ada tiga poros, bisa jadi dua poros, kita tunggu nanti,” kata Jazilul di kompleks parlemen, Senin (18/9/2023). (dil)