INDOPOS.CO.ID – Setelah tujuh hari serangan bom Israel tanpa henti, situasi kemanusiaan di Jalur Gaza semakin memburuk.
Rumah sakit di bagian utara yang terkepung telah menerima perintah evakuasi menjelang serangan darat Israel, sementara fasilitas medis di seluruh wilayah padat penduduk kewalahan menangani pasien yang terluka dan warga yang mengungsi.
Kondisi yang sangat memprihatinkan terjadi di Rumah Sakit Shifa, kompleks medis terbesar di Kota Gaza, di mana para dokter Palestina memperingatkan akan terjadinya wabah penyakit menular karena kepadatan penduduk.
“Ada ribuan,bahkan puluhan ribu orang yang berbondong-bondong ke rumah sakit,” kata ahli bedah Ghassan Abu Sitta seperti dikutip dari Al Jazeera, Minggu (15/10/2023).
“Mereka tidur di lantai, di koridor, di antara tempat tidur pasien. Mereka sangat ketakutan. Mereka mengira ini adalah tempat paling aman dan segala sesuatu di sekitar mereka menegaskan hal itu,” ujarnya.
“Kecuali ada jeda, maka akan terjadi bencana kesehatan masyarakat di rumah sakit,” tuturnya.
Ketika bom Israel menghujani Gaza sebagai pembalasan atas serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah Israel pekan lalu, jenazah menumpuk dan orang-orang takut untuk menguburkan jenazah.
Situasinya sangat buruk sehingga truk es krim kini digunakan untuk menyimpan jenazah karena kamar mayat rumah sakit penuh karena meningkatnya jumlah korban meninggal, lebih dari 2.200 orang pada hari Sabtu (14/10/2023), menurut pejabat kesehatan.
Abu Sitta mengatakan dia meninggalkan Rumah Sakit Al-Awda, di Jalur Gaza utara, pada hari Jumat setelah pasukan Israel memberi waktu dua jam kepada rumah sakit tersebut untuk melakukan evakuasi.
“Kami memastikan pasien berada di ambulans dan saya kembali ke RS Al-Shifa,” ujarnya.
“Kami melewati Rumah Sakit Indonesia dan Anda bisa melihat mayat-mayat bertumpuk di luar kamar mayat. Mereka kehabisan ruang. Saat melewati bangunan yang hancur, baunya sangat menyengat,” tambahnya.
“Petugas medis di Shifa tidak lagi dapat melakukan operasi selain operasi penyelamatan jiwa. Persediaan sudah habis tapi staf juga sudah habis. Banyak dari mereka terbunuh, anggota keluarganya terbunuh, atau berusaha mengamankan keluarga mereka,” katanya.
Abu Sitta mengatakan rekannya Medhat Saidam, yang dia gambarkan sebagai pria baik yang pernah bekerja dengannya sejak perang 2008-2009, terbunuh setelah mengantar saudara perempuannya ke rumahnya.
“Dia memutuskan untuk tinggal bersama mereka semalaman dan pada jam 1 dini hari dia dibunuh bersama seluruh keluarganya,” kata Abu Sitta.
Menurut ahli bedah tersebut, pasukan Israel mengancam akan menutup lebih banyak rumah sakit, termasuk rumah sakit anak Al-Durrah di Gaza timur dan rumah sakit Al-Quds di Kota Gaza.
Mahmoud Shalabi, manajer program di Gaza untuk badan amal Medical Aid for Palestines yang berbasis di Inggris, mengatakan orang-orang juga kehabisan air dan roti. “Semua toko roti sekarang tutup,” katanya.
Sekalipun roti dapat ditemukan, bank juga telah rusak dan uang tunai semakin sulit didapat.
“Saya pergi ke ATM untuk menarik uang, tapi banknya hancur akibat bom,” kata Shalabi.
“Satu-satunya mesin ATM yang berfungsi berada di tengah kawasan Rimal, jauh dari tempat tinggal saya,” ungkapnya.
Dia menggambarkan Jumat (13/10/2023) malam sebagai sesuatu yang mengerikan. “Penembakan artileri terjadi di mana-mana; serangan udara, bubuk mesiu ada di mana-mana di udara dan kami menghirupnya dengan berat,” kata Shalabi.
Di rumah sakit, orang-orang yang mengalami luka, luka bakar, dan cedera tidak memiliki obat pereda nyeri untuk meredakan penderitaannya. Perawat hanya menghentikan pendarahan.
Sebagai rumah bagi lebih dari 2,3 juta orang, Gaza telah berada di bawah blokade darat, laut dan udara yang melumpuhkan sejak tahun 2007. Awal pekan ini, Israel mengumumkan pihaknya memberlakukan pengepungan total terhadap wilayah tersebut sebagai tanggapan atas serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober 2023 yang menewaskan lebih banyak orang.
Tentara Israel sejak itu melancarkan kampanye pengeboman terberatnya di wilayah pesisir yang dikelola Hamas, menjatuhkan sekitar 6.000 bom dalam enam hari, dan memutus akses terhadap makanan, bahan bakar, obat-obatan dan pasokan lainnya. (dam)