Oleh: Dahlan Iskan
INDOPOS.CO.ID – SAMPAI kemarin, soal utang emas 1,1 ton belum juga ada perkembangan baru. Saya mencoba kembali menjadi reporter: belum berhasil.
Di saat masih sulit membayar ”utang tulisan” itu ada dewi penolong. Saya memanggilnya Mbak Yani. Pernah jadi anak buah: di bagian keuangan, khususnya yang mengurus kas-bon karyawan.
Bertahun tidak jumpa, tiba-tiba Mbak Yani mendaftar sebagai relawan Vaksin Nusantara. Orangnya pendiam. Kalem. Kulit bening. Rambut sebahu. Berkacamata.
Suatu saat Mbak Yani kirim komentar soal artikel di Disway. Lewat WA. Mungkin baru sekali itu seumur hidupnyi menulis komentar.
Saya pun membalas: kenapa tidak diposting di kolom komentar. Dia bilang singkat: malu. Merasa tidak layak. “Masih jauh dari komentar-komentar dari pembaca Disway yang lain,” jawab Mbak Yani.
Saya pun minta dia terus menulis. Saya lihat tulisannya kian baik. Sekali waktu saya tampilkan di Disway. Kian lama Mbak Yani kian sering menulis. Dikirim ke WA saya. Belum juga berani ke kolom komentar.
Suatu saat saya memanggilnyi ”Bu Yani”. Langsung saya kena K.O: “tiba-tiba saya merasa tua”, tulisnyi. Sejak kena K.O. itu saya harus ingat untuk memangilnyi Mbak Yani.
Agar hari ini Disway berisi tulisan tentang emas, maka saya muatkan tulisan Mbak Yakni ke WA saya –tanpa izin beliau. Cobalah para perusuh menilai: layakkah masuk kolom komentar. Siapa tahu, kalau perusuh yang mengatakan beliau lebih pede. Inilah tulisan Mbak Yani:
***
Kolom komentar Disway dua hari ini berisi tentang pengalaman dan lelucon seputar logam emas. Kalau begitu saya juga mau ikut nimbrung.
Begini: Dulu saya membeli anting-anting berbentuk buah stroberi. Untuk anak saya, ketika dia masih kecil. Dan liontin permata untuk ibu saya.
Namanya juga anak-anak, anting-anting itu hilang satu. Saya pun kembali ke toko emas di Pasar Kebayoran Lama dengan maksud untuk tukar tambah. Ternyata tidak semudah itu. Emas itu harus dijual dulu dengan nilainya yang rendah. Sangat tidak masuk akal. Itu karena anting-anting yang tinggal sebelah dianggap barang rongsok. Saya masih berargumen dengan hitung-hitungan saya, tapi itu tidak berguna. Caranya melayani pun dengan tidak ramah, sangat berbanding terbalik ketika melayani saya sebagai pembeli.
Lihatlah caranya menolak, ia bilang, “coba saja ke toko lain”. Saya pun ke toko di sebelahnya, sama. Akhirnya saya relakan saja, berapa pun nilai yang dia mau bayar. Tentang liontin permata untuk ibu, itu saya beli di Thailand. Ke sana ketika mendapat hadiah grand prize dalam acara kantor. Bersama Mas Nanang Prianto sekeluarga. Ia juga menerima hadiah grand prize di kantor Surabaya.
Saya dan anak saya diajak ke salah satu destinasi wisata, ke sebuah tempat yang dibuat seolah-olah lokasi penambangan emas. Kami dibawa menyusuri lorong bawah tanah, menyaksikan diorama bagaimana penambang emas itu bekerja dengan segala kesulitan dan risikonya. Juga cara bagaimana batuan emas itu diolah, dimurnikan dengan tungku panas.
Kami tahu melalui narasi yang disampaikan dalam Bahasa Indonesia. Di kereta yang membawa kami ada tombol pilihan bahasa apa yang mau kami dengar. Sekeluarnya dari lorong gelap itu, kami diperlihatkan bagaimana cara perajin emas bekerja. Dari balik kaca. Saya mengamati betapa sulitnya perhiasan itu dibentuk, pun sekadar sebuah cincin yang sederhana.
Jadi memaklumi mengapa dalam transaksi pembelian emas ada yang diperhitungkan sebagai ongkos.
Setelah melihat pandai emas itu bekerja, kami diarahkan ke suatu tempat. Area itu luas, terang benderang dengan cahaya lampu. Kilauan emas dan permata terpancar dari dalam etalase kaca. Itulah toko emas terbesar yang pernah saya lihat.
Seorang pramuniaga pria, menggunakan bahasa Indonesia menyambut kami dengan ramah dan menggiring saya ke salah satu etalase. Saya tertarik pada sebuah liontin permata. Saya teringat ibu. Harga perhiasan itu tidak terlalu mahal, masih terjangkau. Apalagi sebagai pemenang grand prize saya juga mendapatkan uang saku.
Kebetulan harga perhiasan itu setara dengan uang saku yang saya dapatkan. Tanpa pikir panjang, saya membelinya. Hebat benar ya pramuniaga ini, bisa menebak isi kantong eh dompet saya.. ha ha. Prosesnya lama, liontin permata itu dibawa masuk ke dalam oleh pramuniaga tadi. Katanya mau difoto dan dibuatkan sertifikat. Saya bertanya, “apakah emas ini bisa dijual kembali di Jakarta?”. Lalu Ia menjawab “untuk apa beli kalau untuk dijual lagi? “Maksud saya, apakah emas ini laku dijual di tempat lain? Bisa, ia hanya menyebutkan satu daerah di Jakarta-Glodok.
Saya tidak tahu apakah pada saat itu istri Mas Nanang –Mbak Tari– juga terjebak membeli seperti saya, tidak sempat saya tanyakan.
Belakangan ibu saya mendatangi sebuah toko emas di Depok. Beliau bermaksud untuk menjual perhiasan itu sekaligus memastikan apakah emas yang dilengkapi sertifikat itu laku dijual.
Ternyata tidak laku. Beliau tunjukkan sertifikat pembeliannya. Juga tidak ada pengaruhnya. Kadar emasnya tidak sesuai kriteria. Permata yang terlihat berkilau itu hanya aksesori yang bernama zirconia.
Tidak menyerah, ibu ke toko yang lain. Juga tidak mau terima. Puji Tuhan, seorang inang-inang yang duduk di emperan toko emas itu menjadi penolong. Dia mau membelinya dengan harga Rp 800.000. Tidak mau lebih. Permatanya dilepas saja. Tidak berharga. “Ini hanya serpihan seperti kaca,” katanya.
Bagi saya, memiliki ”emas” ternyata bukan sebuah investasi. Mengalami kerugian sebesar Rp 1.200.000 bukanlah suatu penyesalan. Saya menganggap itu sebagai sebuah pembelajaran yang berharga.
***
Pun pembelian emas Antam 6 ton oleh pengusaha Surabaya itu juga sebuah pembelajaran. (*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan*
Edisi 19 Desember 2023: Gatal Garuk
tiviboxsaya android
Konon katanya pupuk kandang itu pupuk kehidupan. Pupuk yang berasal dari kehidupan untuk menumbuhkan kehidupan berikutnya. Beda dengan pupuk buatan (yang sering langka dan mahal sehingga sering jadi komoditi menjelang pilpres hehe) yang hanya bisa menghasilkan kehidupan instant. Konon juga kehidupan yang dilalui dengan proses jauh lebih bermutu daripada yang instant. Sehingga kalau ada capres yang punya program mengganti pupuk buatan dengan pupuk kandang, saya akan dukung dg jiwa raga. Ngapunten mbah, saya hanya mendengar kata tetua dulu, tak bermaksud apa2.
tiviboxsaya android
Saya lebih suka ngumpulin pupuk kandang buat berkebun ketimbang mikirin debat capres. Bagi saya itu mirip cerdas cermat anak sd saja (maaf). Siapapun nanti jadi presiden saya tetap akan pakai pupuk kandang karena lebih bersahabat dengan tanah.
Ummi Hilal
YANG MENANG BELUM TENTU YANG BENAR. YANG BENAR BELUM TENTU YANG MENANG. SAYA PILIH YANG BENAR MESKIPUN BELUM TENTU MENANG. BENAR SAMPAI AKHIRAT. MENANG HANYA DI DUNIA.
Jokosp Sp
Saya sama sekali tidak merasa gatal ada debat di TV. La saya sudah 12 tahun ndak punya TV setelah ada WiFi di rumah. Anak-anak dan istri lebih suka HP yang lebih update. TV sudah dikuasai para pemilik partai. Gag netral lagi. Tapi ada ding gatal nulis kalau pas baca komentar di CHDI. Kalau pas ada yang mbelani apapun salahnya tetap saja dipuji setinggi langit. Salah menabrak konstitusi sampai sang paman lengser dari MK, salah ucap asam sulfat untuk ngatasi stunting, bagi-bagi beras dan makanan buat kaum kismin…..ha ha haaaaaa.
doni wj
Dan seperti halnya gatal punggung: mintalah bantuan orang lain untuk “menggaruknya”. Cukup bilang,”kiri-kiri.. bawah dikit.. nhah di situ..!!”. Aahhh.. leeegaaaa…
Em Ha
Dua belas jam menyetir sendiri baru sampai di kota Jambi. Provinsi Jambi adalah nama provinsi di Indonesia yang ibu kotanya memiliki nama sama dengan provinsi selain Bengkulu, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Gorontalo. Lintas Timur Sumatera padat tapi lancar. Truk besar muatan TBS, CPO mendominasi. Kadang konvoi panjang, susah untuk didahului. Kiri kanan jalan pohon sawit terbentang. Spanduk dan baliho terpancang. Caleg menampang wajah. Berbagai macam nama. Ada Sihobing, ada Sitorus, ada Raja, ada Laena. Pasangan calon tak mau kalah. Anis-Muhaimin mengangkat tangan mempersilahkan lewat. Ganjar-Mahfud menyapa sambil tersenyum. Banyak kota yang kami lewati. Pangkalan Kerinci, ‘kotanya RAPP’ pabrik kertas terbesar di Indonesia berdiri di ibukota kabupaten Pelalawan itu. Pangkalan Lesung di mana tugu equator berdiri, penanda bahwa kami sudah melewati garis katulistiwa, bergerak ke belahan selatan dunia. Kota Lirik penghasil minyak, lewat saja tak singgah. Rengat istirahat sejenak, ISHOMA sambil ketik komentar singkat. Memasuki Jambi menjelang malam. Tepat jam sembilan. Nginap semalam. Shubuhan, baca CHD, sempatkan komen menyapa kawan. Tapi koq garuk-garuk kepala. Kenapa baliho ‘Gemoy’ tak bersua sepanjang jalan? Jambi, 19/12/23 07.10
Rihlatul Ulfa
Negara yang baik adalah, negara yang bisa membuat rakyatanya produktif, bisa memilih pekerjaan yang mereka mau, dengan keahliannya dan gaji yang sepadan. tentu kepastian ekonomi, investor yang terus mau masuk ke Indonesia itu lebih berdampak, dari pada sekedar free lunch. Dengan jika diadakannya free lunch apa konotasinya? sepenting apakah? bahkan makanan untuk balita agar tidak terkena stunting di Depok bisa saja dikorupsi, hanya ada sayur tahu dan nasi.Orang kaya yang akhirnya miskin karena tidak bisa lagi produktif dan tidak tahu caranya mencari uang lagi saja, memilih untuk melaparkan diri dan meninggal dunia. Semua tahu bahwa APBN begitu besar, tapi lebih bagus jika pemerintah dibawah kementrian pertanian dan perdagangan bisa membuat harga stabil dan stok yang aman. Jangan sudah tahu beras akan habis dibulan september, dibulan itu juga baru cari beras agar bisa diimpor, mana bisa, mana ada yang mau. India saja menolak karena stok berasnya untuk rakyatnya terlebih dahulu, begitupun Vietnam. Padahal orang-orang lulusan STAN itu luar biasa pintarnya.Tapi entah mengapa kelangkaan, kenaikan harga selalu terjadi.
Handoko Luwanto
Jurnal Perusuh Disway Edisi: Sinuhun Breksi (Sen,18-12-2023)
#.Nama (Komen;Kata)AWARD [diReplyOrangLain:meReplyOrangLain]
#1.Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺 (18;1127)✒️★★★ [6:8]
#2.Ahmad Zuhri (1;1)
#3.alasroban (3;60)★
#4.Alex (2;78)✏️★ [2:0]
#5.Alon Masz Eh (1;4) [1:0]
#6.Amat K. (1;44) [0:1]
#7.Atho^illah (9;475)★⚾️ [0:9]
#8.Bahtiar HS (2;395)
#9.bitrik sulaiman (1;1)
#10.Dedy Ananta (1;31) [0:1]
#11.DeniK (1;3)
#12.Denny Herbert (1;3)✏️ [0:1]
#13.didik sudjarwo (1;30)
#14.Dokter Bagus (1;15)
#15.Echa Yeni (1;5)
#16.Em Ha (1;35) [1:0]
#17.Fiona Handoko (1;23)★ [0:1]
#18.Gianto Kwee (1;37)★ [0:1]
#19.Handoko Luwanto (2;219)★
#20.herry isnurdono (1;39)★
#21.Hery Purwanto (1;84)
#22.imau compo (1;211) [1:0]
#23.Jimmy Marta (9;318)★ [1:7]
#24.Johannes Kitono (1;209) [1:0]
#25.Jokosp Sp (2;148) [5:1]
#26.Juve Zhang (6;903)★⚽️ [10:0]
#27.Kang Sabarikhlas (2;121)★ [1:0]
#28.Lagarenze 1301 (7;730)★★⏰ [6:0]
#29.Leong Putu (5;88) [5:0]
#30.Liam Then (10;750)★ [1:5]
#31.Liáng – βιολί ζήτα (9;1142)★★★★★★★⭐️ [2:0]
#32.M.Zainal Arifin (2;13)
#33.Madison Madison (1;18) [1:0]
#34.Maman Lagi (1;4)
#35.Muh Nursalim (1;41)
#36.MULIYANTO KRISTA (5;69) [0:5]
#37.mzarifin umarzain (2;43) [0:2]
#38.Nico Paz (4;125) [2:0]
#39.nur cahyono (1;4)
#40.rid kc (1;52)
#41.Rihlatul Ulfa (8;556)★★ [8:2]
#42.Rizal Falih (4;243)★ [1:1]
#43.thamrindahlan (3;489) [1:0]
#44.Udin Salemo (1;55)
#45.Ummi Hilal (1;0)
#46.Wilwa (8;519) [0:8]
#47.Yellow Bean (4;194) [0:3]
Total: 150 Komentar dengan 26★ dari 16 Orang
ari widodo
Tulisan CHD hari ini sebenarnya bentuk pancingan atau cek ombak dari pak dahlan terkait pendapat netizen khususnya para perusuh disway pasca debat capres, sebenarnya apapun hasil debat pertama dan selanjutnya tidak akan mengubah banyak peta dukungan kepada capres mereka sudah punya pilihan dihatinya dan akan dijaga sampai 14 februari 2024, jadi klau sekiranya bagus akan bangga dan sebaliknya klau ada yang kurang akan dibela, dan disini semakin jelas dan terbuka khususnya para perusuh disway akan melabuhkan pilihannya kpd siapa. Jadi pak dahlan tidak udah susah2 untuk menggaruk gatalnya karena sudah diwakili oleh perusuh disway, ada yang menggaruk dengan biasa dan bahkan ada yang menggaruk dengan keras sampai beresiko terluka dan melukai, pak dahlan hebat dan berhasil, seperti pepatah jawa nabok nyilih tangan, sementara diganti nggaruk nyilih tangan he…. Salam sehat dan bahagia selalu
Mochamad Fachrudin
Sebenarnya untuk mengatasi rasa gatal itu tidak harus digaruk. Bisa saja disebul ( ditiup ), dikipasi atau digeser2 ke dinding. Minimal bisa mengurangi rasa gatalnya walaupun tidak 100% hilang gatalnya. Daripada tidak melakukan apapun, akhirnya bikin tersiksa karena dilanda rasa gatal yang memuncak.
Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
WAWANCARA LAIN.. W: Sepulang dari Muktamar Perusuh II Prambanan, kok ganti foto profil pak..? S: Oh, iya.. Itu baju seragam abdi dalem yang dulu biasa kalau bapak saya kerja di Kraton. Saya pingin gaya kayak bapak saya. W: Bapak bangsawan..? S: Tidak. Bangsawan itu kan “bangsa sing tangine awan”. Nah saya biasa bangun dan langsung mandi jam 3 pagi. W: Fotonya udah mirip “Sinuhun” lho. Eh maaf, “Ngarso Dalem”.. ### Kayaknya sih lebih ganteng saya lho.. (Kalau dibanding “permaisuri” saya)..
Rihlatul Ulfa
Rasa rasanya pak Duwi Eko Setiyo, yang wajahnya pun saya belum tahu walau 2 hari sama-sama di Prambanan, sepertinya sedang tebak-tebakan wajah saya dan wajah Nabila itu yang mana. Jadi pak Eko me’wa saya bertanya diawal, apakah komentar saya yang tentang riba bisa dihutangkan ke beliau. Padahal konteks komentar saya tentang riba yang juga menjadi komentar pilihan pada hari itu adalah hanya memberi tahu bentuk-bentuk riba yang lain, bukan menjadikan orang lain bisa hutang melalui saya wkwk. Terus pak Duwi Eko mengirim foto perempuan memakai jilbab hitam dan bertanya ‘apakah itu saya’ padahal itu adalah Nabila. Padahal sebelumnya pak Duwi Eko sudah me’wa Nabila untuk mengirimkan video2 perusuh wkwk, Setelah itu pak Duwi Eko memberikan pertanyaan di group untuk Aa’t agar menebak siapa dua perempuan yang ada difoto, yang dimana itu adalah wajah saya dan wajah Nabila.
Rihlatul Ulfa
mungkin di pertemuan tahun depan, setiap yang menjelaskan dikasih waktu 3 menit bah. Jangan terlalu panjang dan melebar, nanti diputar lagi siapa yang mau menyanggah pro atau kontra, baru di ksh lagi waktu 3 menit jika penjelasannya teramat panjang. Sepenting apapun pembahasannya kita harus melihat aspek psikologis peserta yang lain rasa bosan menghantui.
Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
Mbak RU Jaman telepon engkol, sebelum ada SLJJ, orang kalau tilp lokal maupun interlokal yang nyambungkan operator tilp.. Setiap “3 menit”, operator akan memgingatkan. “3 menit, lanjut pak/bu..?”. Soalnya dulu taripnya mahal dan 3 menitan.. Takut kebablasan ngobrol. Terus kerepotan bayarnya.. ### Setuju..
Rihlatul Ulfa
Tapi saya percaya, apa yang susah dan menyakitkan diawal, pasti nantinya akan mendapatkan sesuatu yang sangat menyenangkan. Jadi saya tidak akan menyerah dengan sakit itu juga kesusahan-kesusahan itu. Sangat menyenangkan saat saling berkenalan dengan para Perusuh yang selalu diawali dengan kata ‘di Disway namanya siapa? pun Abah tak luput dari pertanyaan itu wkwk.
Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
GATAL.. 1). Gatal itu biasanya karena alergi. Jika digaruk, maka yang gatal akan semakin banyak. Biasanya sembuh dengan obat anti alergi. Dan besuk-besuk jangan makan makanan yang mengandung “alergen”.. 2). Gatal itu juga bisa berarti “gagal total”. Kalau itu yang terjadi, cobalah lakukan olahraga “lansia”.. Yang sebagian kecil gerakannya dibahas di Muktamar Prambanan.. Yang bonusnya adalah “keperkasaan”.. ### Walah.. Kok “mbalik” ke situ lagi.. Bosen ah…!!
Ummi Hilal
Netralnya pengusaha bukan tak memihak ke mana pun. Tapi pasang taruhan ke semuanya.Kalau ada modal. Agar tetap dapat proyek ,siapapun yang jadi. Minimal pasang dua kaki.
Tommy Prasetyo
“PERCAYALAH Indonesia akan baik-baik saja.”
doni wj
Baru baca edisi kemaren.. Sri Sultan Hamengku Bawana X mempunyai gelar lama yg disandang sejak penobatannya pada 7 Maret 1989: Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku Buwana Senapati-ing-Ngalaga Ngabdurrakhman Sayidin Panatagama Kalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sadasa ing Ngayogyakarta Hadiningrat. Namun setelah Sabdaraja, 30 April 2015, beliau menggunakan nama nobat: Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Sri Sultan Hamengku Bawana Ingkang Jumeneng Kasepuluh, Suryaning Mataram, Senapati Ing Ngalaga, Langgenging Bawana Langgeng, Langgenging Tata Panatagama Ing Ngayogyakarta Hadiningrat Secara kebiasaan, panggilan beliau memang Ngarsa Dalem. Arus besar menyebutnya begitu. Sedangkan Paku Buwono XII menggunakan panggilan Sinuwun atau Sinuhun. Namun dalam suatu kesempatan diskusi terbatas, HB X pernah ngendika, bahwa secara tatabahasa, panggilan Ngarsa Dalem itu kurang tepat. Yang tepat adalah Sinuwun. Atau, Ingkang Sinuwun (Yang Mulia). Namun karena sudah terlanjur tersebar luas begitu, ya beliau merasa tidak perlu menyalahkan atau mengoreksi. Menurut beliau, bukan sesuatu yg esensial. Jadi judul Sinuhun Breksi pun sudah tepat
Liáng – βιολί ζήτα
iseng-iseng saja ada baiknya sejenak menganalisis sisi lain yang kemungkinannya bisa saja terjadi, misalnya saja : * bagaimana jikalau jagoan Anda ternyata kalah dan sebaliknya yang tidak Anda jagokan bahkan mungkin pernah Anda caci-maki ternyata menjadi pilihan mayoritas rakyat Indonesia ?? * apakah Anda sudah siap menerima kenyataan seperti itu ?? secara psikologis hal itu justru yang lebih mengkhawatirkan, karena sudah terlanjur melekat di benak Anda semacam skenario yang terbentuk dengan sendirinya akibat dari emosi Anda yang berlebihan. * dan bagaimana pula jikalau jagoan Anda tersebut benar-benar memenangi kontestasi pemilu, tetapi setelah menang justru terjadi manuver politik diluar prediksi Anda ?? dan Anda hanya bisa menghela napas dalam-dalam, dengan wajah bengong hanya mampu berucap satu kata saja… “haaahhhhh”. karena selama ini mungkin Anda terbuai dengan hingar-bingarnya kampanye dan lupa bahwa didalam perpolitikan tidak ada kawan ataupun lawan yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan yang abadi.
Liáng – βιολί ζήτα
semakin Anda melibatkan emosi yang lebih dalam menyangkut hingar-bingarnya kampanye, maka akan semakin buruk akibatnya tatkala yang terjadi diluar ekspektasi Anda. mengapa Anda seakan-akan membiarkan diri Anda hanyut dalam manuver-manuver “think-tank” nya tim pemenangan para kandidat pilpres yang notabene cenderung memanfaatkan psikologis pendukungnya ?? memiliki pilihan dengan bersikap sewajarnya akan meminimalkan dampak buruk emosi ketika yang terjadi bebar-benar diluar harapan Anda. toh siapapun pemenangnya, mereka – sama seperti Anda – anak-anaknya Ibu Pertiwi.
Wilwa
@Juve. Argentina adalah contoh tragis dari negara maju/developed turun menjadi negara berkembang/developing. Ada yang berpendapat bahwa semua itu karena dampak perang dunia pertama yang disusul resesi global 1930-an. Ditambah penerapan sosialisme dan proteksi ekonomi dalam negeri yang berlebihan. Pada awal abad 20, Argentina adalah 10 besar negara kapitalis terkaya di bumi. Produk agrikultur (pertanian dan peternakan) Argentina merajai pasar dunia. Saat itu penduduknya masih sedikit. Kurang dari 10 juta orang. Didominasi keturunan Spanyol. Saking makmur mengundang imigran Italia datang. Namun ketika perang dunia pertama dan resesi global melanda, Argentina kemudian banting stir ke kiri, menasionalisasi sektor publik (energy & transportasi) dan memproteksi food /agriculture industry serta memberi rakyatnya berbagai macam SUBSIDI. Dan subsidi ini tambah GILA ketika perang dunia kedua meletus. Selepas perang dunia kedua, subsidi dan proteksi makin menggila di bawah Peron. Menjelang akhir abad 20, Argentina banting stir ke kanan/ kapitalisme. BUMN yang tak efisien itu (baca: jadi bancakan) diprivatisasi. But it’s too late. Argentina adalah contoh sosialisme yang gagal karena pemerintah terlalu ikut campur tangan dalam ekonomi. Mematikan peran swasta/private.
Juve Zhang
Anda menjual mobil dapat uang katakan 200 juta .anda depositokan sebulan dapat bunga 20 juta .anda bahagia? Wkwkwk. Tak perlu kerja repot repot , ongkang ongkang kaki, tiap hari gacoran di disway dapat empat bintang dari pak Bos. Dapat 20 juta dari Bank. Nikmat hidup ini. Akankah hal itu jadi kenyataan. Mungkin saja .jangan pernah mengatakan tak mungkin. Itu sekarang sudah terjadi di Argentina. Bisakah itu terjadi di Indonesia. Bisa saja. Apalah yg tak mungkin terjadi di Argentina pun terjadi disini. Bukankah Itu nikmat sekali setiap bulan di Gaji Bank 20 juta sebulan. Tanpa repot repot kerja keras. Di Argentina pun sama banyak Profesor ahli ekonomi Makro. Gelar panjang ber deret deret. Bahkan Presiden datang dan pergi silih berganti tetap saja mereka pusing tak bisa menjinakan mata uang nya sendiri. Bagaimana dengan yg tak punya uang 200 juta. Seperti contoh diatas .ya cuma nangis di pojokan. Tetap harus kerja dengan gaji 5 juta sebulan. Sedangkan yg punya uang 200 juta dapat bunga 20 juta sebulan. Itulah penting nya anda membaca program capres itu apa ???. Milei Presiden Argentina terbaru bukan kaleng kaleng lulusan Ekonomi Makro. Sangat ekstrim cara pikirnya. Entah akan sukses atau tidak. Yg jelas mayoritas rakyat Argentina tak punya uang 200 juta sehingga bisa dapat bunga 20 juta sebulan. Inilah kelompok paling nangis di sana.kerja keras cuma dapat 5 juta tapi yg punya uang tak perlu kerja dapat 20 juta. Kalau anda tidak mau seperti itu karena tak adil secara ekonomi.
Muin TV
Ini tentang lembaga survei. Dulu, sewaktu di kampung, bila ada Pilkades (Pemilihan Kepala Desa), maka banyak mbah dukun yang menawarkan jasanya. Biayanya berkisar 10 juta ke atas dengan iming-iming mampu memberikan kemenangan. Tentunya dengan ilmu yang dia miliki. Lembaga survei saat ini, tak ubahnya mbah dukun dalam versi yang lain. Kalau surveinya betul, itu hanya kebetulan saja. Betul di sini, maksudnya, hasil survei dengan hasil pilpres sama. Tapi kalau hasil surveinya salah, ya memang harus salah. Kenapa? Sampel yang diambil terlalu sedikit. Rata-rata mereka mengambil sampel 1200 orang untuk seluruh Indonesia. Jumlah kabupaten di Indonesia lebih dari 500. Jadi, 1 kabupaten diwakili kurang lebih 2 orang. sedangkan jumlah penduduk rata-rata 1 kabupaten kurang lebih 550 ribu. Suara 2 orang, belum bisa mewakili 550 ribu orang. Makanya hasil survei sering meleset dengan hasil Pilkada maupun Pilpres. Seperti yang dilakukan oleh Litbang Kompas di Pilkada Jakarta. Margin of errornya, 100% ERROR. Tapi kalau lembaga survei mau mengambil sampel 1000 responden per kabupaten, mungkin hasilnya lebih akurat. Dan seharusnya lembaga survei yang 100% error itu disanksi. Karena tiap hari dia menyebarkan HOAX.. Harusnya ditutup saja. Tak ada gunanya. Eh ada gunanya, tapi sedikit.
Dokter Bagus
Itu baru dari segi pengambilan sampel, dari segi wawancara juga berbeda. Kalau dunia nyata, pemilih berada di ruang tertutup, dan dipengaruhi oleh gambar yang akan dicoblos, sedangkan pada survei, sepertinya responden ditanya pilihannya. Seringkali kalau enumerator ga piawai, responden berbohong dengan pilihannya, salah satu faktornya karena taku bermasalah jika menjawab selain incumbent atau yang dicap oposisi.
Hari Purwanto
Selingan Gatal Lain, Gatal Selangkangan Seorang dokter salah satu RS di jakarta bercerita, pernah menangani pasien pria dengan keluhan gatal di sekitar selangkangan, dokter berfikiran gatal diselangkangan umumnya karena jamur (dikenal sbg tinea cruris), namun ternyata tak hanya dijumpai jamur, juga ada bisul dan jerawat2 matang memutih. Menurut dokter pasien ini bisa sembuh dengan beberapa obat anti bacterial, namun keluhan pasien berulang-ulang dan tak kunjung sembuh. Dokter sempat bingung, kalau hanya jamur kulit pasti berkaitan dengan kelembapan atau masalah sanitasi, akhirnya penyebab gatal terpecahkan saat mendengar penjelasan dari kakak yang mengantar pasien, bahwa pasien punya kelainan suka sekali berhubungan seksual dengan hewan ternak. Kasus beginian sudah banyak ditemui di beberapa negara, kelainan ini dikenal sebagai Bestiality atau Zoophilia yaitu ketertarikan kepada hewan, bahkan sampai melakukan hubungan seksual, kasus ini yang pertama kali dijumpai sang dokter, akhirnya pasien dengan kelainan ini dirujuk ke RS Jiwa.
Dokter Bagus
Ketika seroang pemilih sudah cinta mati sama jagoannya, maka bagian otak yang bertanggung jawab terhadap pemikiran rasional akan meredup. Yang lebih aktif adalah bagian otak yang bertanggung jawab terhadap emosional. Dalam kondisi ekstrim, berlaku pepatah senggol bacok. Lu senggol jagoan gue, habis lu. Kita akan lihat pada 14 Februari apakah kelompok emosional masih akan menang terhadap kelompok rasional, seperti yang dulu-dulu? Yuk gelar tiker.
Wilwa
@Hari. Betul. Rakyat jangan dimanja dengan subsidi. Subsidi yang penting-penting saja. Ada 2. Pendidikan, Kesehatan. 3 berikutnya adalah Transportasi/Energi, Sembako, Perumahan. Sebaiknya subsidi jangan 100% kecuali Pendidikan yang semestinya 100% hingga SMA dan Universitas untuk yang pintar. Subsidi kesehatan ala Indonesia sudah bagus yaitu gotong royong. Jadi tak sepenuhnya gratis. Yang kaya subsidi yang miskin. Sehingga beban subsidi tak terlalu berat. Janji kampanye BPJS z Kesehatan gratis menurut saya adalah ide buruk. Free lunch juga ide buruk. Cukup jaga kestabilan harga dengan operasi pasar. Sehingga subsidi sembako tak terlalu membebani pemerintah. Boleh juga sih untuk jangka menengah subsidi gila-gilaan ke petani beras misalnya agar petani beras terangkat dari marginalitas. Tapi harus direncanakan dengan sangat hati-hati. Mulai dari subsidi pupuk sampai pembangunan irigasi hingga beli gabah dengan harga tinggi lalu dijual ke konsumen dengan harga rendah. Intinya jangan subsidi berlebihan. Kalaupun subsidi diharapkan meningkatkan produktivitas seperti subsidi ke petani beras yang saya contohkan. Sehingga petani bergairah menanam padi sebanyak mungkin.
Hari Purwanto
STALIN DAN AYAM BRONDOL Pada satu pertemuan dengan seluruh anggiota perlemen, Stalin diktator Uni sovyet meminta ke asistennya untuk membawakannya seekor ayam. Dia memegang ayam hidup itu dengan satu tangan dan mulai mencabut bulunya satu persatu dengan tangan lainnya, ayam itu kesakitan dan mencoba melarikan diri tapi tidak bisa. Lalu Stalin berkata kepada asistennya : “lihat apa yang akan terjadi…..”. Diletakannya ayam itu dan langsung lari menjauh darinya, lalu Stalin mengambil segenggam gandum, sementara itu seluruh anggota perlemen menyaksikan dengan takjub, betapa ayam itu ketakutan, sakit dan berdarah tapi malah lari mengejar saat Stalin menghamburkan gandum ke arahnya. Ayam itu terus mengejarnya, kemudian Stalin berkata : ” begitu mudahnya memerintah orang bodoh, kalian lihat ayam itu mengejarku meski aku tlah membuatnya kesakitan. Begitulah kebanyakan orang, mereka dianiaya dan diperalat oleh pemimpin dan politisi, lalu jadi pengagum hanya karena menerima hadiah murahan atau makanan selama 1 sampai 5 hari saja, BLT, PKH, KARTU PINTAR, GOCAP, GOCENG”.
*) Dari komentar pembaca http://disway.id