Oleh: Dahlan Iskan
INDOPOS.CO.ID – “Anda sendirian?”
“Iya”.
“Sudah berapa kali ke Disneyland?”
“Sudah sering. Saya punya tiket terusan. Untuk satu tahun”.
Di sepak bola sudah biasa ada tiket terusan. Ini Disneyland. Ternyata juga ada tiket terusan. Bisa ke Disneyland kapan saja. Selama setahun. Tahun lalu juga. Tahun depan pula. Ia selalu memperpanjang tiket terusan itu.
Ia sudah 14 tahun di Shanghai. Masih tetap seperti Aat, bertahan sebagai jomblo.
Namanya: Hody Zacharia.
Ayah: Sangir Talaud.
Ibu: Minahasa.
Umur: 46 tahun.
Pekerjaan: guru teater, untuk mata pelajaran tata cahaya.
Jadi guru sekolah teater di Shanghai. Itulah anak muda kota. Yang ketika di kereta bawah tanah sesekali menyapukan pandangannya ke saya. Kini sama-sama di alam terbuka depan Disneyland.
“Pernah baca Disway?”
“Tidak pernah”.
“Kenapa tidak segera masuk gerbang?”
“Tunggu bapak…”.
“Saya tidak bisa masuk. Tidak punya tiket”.
“Trus bapak mau ke mana?”
“Mau balik Shanghai. Tapi tidak punya uang”.
“Saya antarkan…” katanya serius.
“Hah? Antarkan? Anda kan harus ke Disneyland…” kata saya sambil khawatir ia akan menjawab…”iya…sih”.
“Tidak apa-apa. Saya sudah sering ke sini,” kata Hody tetap serius.
Dari situlah saya tahu ia punya tiket terusan. Rasa bersalah saya berkurang sedikit. Ia bisa ke sini lagi besok. Atau lusa.
Kami pun akrab. Lalu muter-muter di street walk. Semua kafe, toko, dan resto masih tutup. Kami pun memutar mencari jalan balik. Saya tidak berhasil masuk Disneyland. Tapi di luarnya pun sudah terhibur. Ada danau besar sekali. Ada patung Donald Bebek raksasa di atas danau itu. Tadi seperti gajah di pelupuk mata. Tidak terlihat. Konsentrasi pada antre,
labirin dan loket. Sekarang puncak ekspektasi sudah lewat. Kurva sudah menurun. Hati sudah tenang –setelah bertemu juru selamat. Kami bisa berjalan santai di tepi danau.
Hody-lah yang membelikan tiket kereta. Ia sendiri pakai tiket langganan. Tidak heran. Tiket terusan Disneyland saja ia punya, apalagi tiket kereta bawah tanah. Jangan-jangan ia juga punya tiket terusan pesawat luar angkasa.
“Bagaimana kalau kita ke museum Natural History? Pernah ke sana?” tanyanya.
“Mau! Belum pernah”.
Maka di stasiun berikutnya kami pindah kereta jurusan museum.
“Museumnya menarik. Gedungnya 5 lantai ke bawah,” katanya.
Baru kali ini ke Shanghai masuk museum. Saya ingin membandingkan. Saya pernah ke museum Natural History yang di New York. Di sebelah Central Park itu.
Yang di Shanghai ini juga menarik. Lengkap.
Ini hari Sabtu. Begitu banyak pengunjung. Antreannya panjang juga. Sampai diputar di labirin juga. Gila. Masuk museum seperti masuk konser.
Mayoritas pengunjung adalah suami-istri yang menggandeng anak kecil. Atau hanya ibu dan anak kecilnyi. “Di Shanghai, hari Sabtu adalah hari anak,” ujar Hody. “Orang tua pasti mengajak anak jalan-jalan di hari Sabtu,” tambahnya.
Mendengar kata-kata Hody itu sebilah belati seperti menusuk di ulu hati. Saya tidak pernah melakukan itu di masa lalu. Saya tidak pernah punya hari Sabtu. Pun hari Minggu. Lebaran pun koran tetap saya minta terbit. Begitu bangga, kala itu, disebut sebagai pelopor banyak hal di dunia media.
Pengunjung museum ini tahu: mereka orang ke berapa yang memasuki museum. Ada display digital di dindingnya. Saya orang yang ke 2.976 hari itu. Pada jam 9 pagi. Angka digital itu berjalan terus. Begitu mencapai 5.900 pintu ditutup. Tidak ada lagi izin masuk.
Di mana-mana museum biasanya lengang. Di Shanghai sampai dibatasi. Kami masuk lantai pertama: ke alam raya ketika belum ada manusia. Memutar turun ke lantai bawah: mulai ada binatang. Berbagai saurus dipajang dengan ukuran sebenarnya. Sebagian dibuat bergerak.
Lebih ke bawah mulailah masuk ke tahap evolusi. Sampai terjadinya manusia. Dimulai sejak 10.000 juta tahun lalu. Ditampilkan juga film evolusi: manusia bukan ciptaan Tuhan. Manusia adalah hasil evolusi dari kera.
Dipamerkanlah fosil-fosil manusia purba. Dari berbagai belahan dunia. Di satu dinding terlihat fosil manusia Jawa. Dua buah. Dari Sangrian, Sragen (tidak ditulis Sangiran) dan dari Trinil, Ngawi.
Pukul 13.30 barulah kami keluar museum.
Lapar.
Belum sarapan.
“Mau makan apa? Udang? Ikan? Daging?” tanya Hody.
“Mi saja”.
“Hanya mi?”
Saya mengangguk. Jangan sampai ia keluar lebih banyak uang lagi.
“Lanzhou la mian?” tanyanya seperti bisa membaca isi kepala saya.
Awalnya Hody bekerja di satu SMA swasta di Jakarta. SMA internasional. Menangani komputer. Lalu jadi asisten guru komputer. Ketika pemilik sekolah membuka sekolah serupa di Shanghai, Hody dipindah ke sekolah baru itu.
Lima tahun kemudian ia pindah kerja. Ke sekolah SMA khusus teater. Tetap di Shanghai. Ia punya kemampuan di program tata cahaya lampu. Ia pun jadi guru teater khusus tata lampu.
Saya memesan mi. Hody memesan mirip iskander di Turki.
Hody tentu sering ke Disneyland. Ia perlu mengamati tata lampu di pertunjukan-pertunjukan di sana.
“Mengatur tata cahaya di teater SMA lebih sulit. Gerak mereka kan belum matang,” kata Hody. Tidak mudah membuat bagaimana sorot cahaya bisa mengikuti gerak pemain drama. Atau gerak penari.
Hody mengajarkan bagaimana cahaya lampu bisa mengikuti gerak penari secara tepat. “Sekarang memang sudah ada AI. Tapi keterampilan dasar harus punya,” katanya.
Kini tubuh penari bisa dipasangi chip. Terhubung langsung ke lampu yang digerakkan dengan AI. Tidak mudah jadi guru tata cahaya di zaman kecerdasan buatan.
Habis makan kami ke hotel. Jalan dengan energi baru. Hody sudah ketularan budaya orang Shanghai: jalannya cepat.
Hody tahu, anak-cucu saya akan di Disneyland sampai malam. Ia pun begitu. Maka Hody menawarkan makan malam. Ia akan mengajak teman Indonesia lainnya. Teman itu juga dari Indonesia. Sudah 14 tahun pula di Shanghai. Wanita. Cantik. Istimewa. 明天见. (*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan*
Edisi 3 Januari 2023: Ikut Sendiri
Liáng – βιολί ζήτα
Membaca CHDI hari ini serasa membaca novel….. banyak hal yang terasa didramatisir….. wkwkwkwkwk….. Maaf Abah….. berhubung masih libur – masih ada waktu senggang untuk isengin Abah….. wkwkwkwkwk…..
thamrindahlan
Saya suka komentar model ini Bang Syaiful Ahmad. Out of the box. Menghibur dan membuat perusuh tersenyum apalagi Abah yang acap di “dikerjain” perusuh Jawaban Pemudi ” maaf Pak saya ngak punya uang receh” Lanjutkan.
Gregorius Indiarto
“Hai Anak Indonesia yang hebat, Eyang harus kembali ke hotel, hotelnya jauh. Eyang ‘gak punya duit. Demi napas Eyang, supaya tidak putus, pinjam dulu limaratus”
Saiful Ahmad
Lanjutannya “Ia anak Indonesia yang hebat. Masih muda. Kami pun berjabat tangan. Lalu berbincang-bincang. Saya akhirnya cerita kenapa tidak bisa masuk ke dalam bersama cucu dan istri. Si hebat ingin menyerahkan tiketnya agar saya bisa masuk. Tapi buru-buru saya tolak. Tidak etis orang tua minta-minta ke anak muda. Lalu saya persilakan si hebat itu melanjutkan perjalannya. Ia pun mulai menjauh dari pandangan saya. Sementara saya masih berdiri bingung. Bagimana bisa kembali ke Hotel. Tidak ada uang di kantong. Dompet di bawa istri. Tiba-tiba teringat si hebat tadi. Saya pun lari mengejarnya. Dari jauh kelihatan ia sedang antre. Saya tepuk pundaknya dari belakang. Ia pun menoleh ke belakang. “Anak muda” ” Abaah, ada apa mengejarku ke sini?” Tanyanya lirih sambil mengernyitkan dahi. “Saya mau minta to to tolong” jawab saya gemeteran. “Minta tolong apa, Bah?” Lalu saya mendekatinya. Saya dekatkan mulut saya ke kupingnya. Sambil memegang pundak kirinya saya bisikkan lirih-lirih. “Pinjem dulu seratus”.
Amat K.
Dalas balangsar dada. Haram manyarah, waja sampai ka puting. “Dimana Ada Kemauan Disitu Ada Jalan, Dimana Ada Kemaluan Disitu Ada Persoalan.”
Jokosp Sp
100 ribu ja kadak baisi di saku salawar kaya apa? Duh minah kejamnya dikau.
Amat K.
Purun banar nini kada ingat memberi kai sangu
Febri Nazuka
Selalu ada jalan ketika masih ada tabungan kebaikan yang dicairkan.
Ulik Kopi
Tulisan hari ini serupa pendahuluan tapi yang kepanjangan. Pas mau masuk pokok bahasan sudah tidak muat lagi tempatnya. Terkena batas karakter. Atau batas waktu. Atau batas kemauan, keburu ngantuk. Jadi besok apa mau ikut anak muda itu balik ke kota bah? Apa akhirnya Abah bisa pinjam dulu seratus? Jangan tidak diteruskan ya bah, posisi terakhir Abah masih sendiri dan kedinginan. Jangan nanti tahu-tahu sudah di Surabaya. Jalannya lewat kemauan siapa?
Leong Putu
Penelusuran Anda – Jiwa “mbonek” njenengan kenemenen bah. Nang Suroboyo mbasio gak nduwe duwit iso teko GBK nggandol trek. Lha ng kunu gak nduwe duwit mosok katene nggandol sepur numpak nang nduwur gerbong ta bah? Ngajak tret tet tet nang Shanghai be’e? dalam bahasa inggris – tidak cocok dengan dokumen apa pun. Mbak google saja tidak mengerti bahasa yang Anda pakai, Cak.
Mirza Mirwan
Kalau saja tidak berjumpa dengan anak muda dari Indonesia itu apakah Pak DI benar-benar akan kembali ke hotel dengan berjalan kaki? Saya yakin mbolokin: tidak. Walaupun biasa senam dansa selama 1-2 jam, pasti Pak DI tak akan sanggup. Kenapa? Disneyland berada di Distrik Pudong. Hotel Pak DI — berdasar cerita di CHD edisi “Ikut Semut” — sepertinya berada di Distrik Huangpu. Itu berarti jaraknya antara 25-35km. Mungkin kuat, sih, jalan kaki sejauh itu. Tapi esok paginya pasti betis terasa sakit. Perlu diurut. Lha kalau tidak berjalan kaki lantas bagaimana cara kembali ke hotel? Hallaaah, Pak DI kan punya kenalan di Shanghai. Tinggal telepon salah seorang saja, pasti menyuruh sopir untuk menjemputnya. Hanya saja, waini, kalau mengaku nggak punya uang blass, kemaluannya itu, lho.
doni wj
Untuk Jack Ma, itu tidak mengejutkan, Bung Lagarenze. Gegara komennya tentang sistem ekonomi China yg terlalu tertutup, di sebuah forum, IPO Ant Group di 2020 harus dibatalkan oleh otoritas pemerintah. Padahal digadang2 akan tembus USD 37 miliar (Rp 555 triliun), mengalahkan IPO Aramco USD 26 (+3) miliar, dan anak perusahaannya sendiri, Alibaba USD 25 miliar. Hanya 3 hari sebelum IPO (pernah diulas CHD). Alasan resminya, Ant Group akan terlalu memonopoli ekonomi China. Pada saat itu, pengguna Alipay sudah tembus 1 miliar (dari 1,4 miliar penduduk China). Jack Ma yg punya saham langsung 10% dan tidak langsung melalui perusahaan investasi Hangzhou Yunbo 50,5% , akan memonopoli aliran keuangan masyarakat. Jack Ma langsung “disetrap” pemerintah. Berbulan2 tidak kelihatan atau terdengar komen, kiprah, bahkan keberadaannya. Namun dalang memang tidak kurang akal. Untuk menyelamatkan Ant Group. Jack Ma melepaskan seluruh hak suaranya di Ant Group. Membaginya ke orang2 kepercayaan. Memang ada aturan di China, status ini harus berjalan 3 tahun, sebelum boleh IPO lagi. Otoritas sudah merestui. Maka patut ditunggu, apakah dg langkah “mendepak Jack Ma” ini Ant Group berhasil IPO? Yg dilakukannya itu “ngeculke sirahe, nggondheli buntute”.. (melepaskan kepalanya, memegang ekornya) Secara resmi tidak berkuasa, tapi tetap (kebangetan) kuaya
Lagarenze 1301
Ada apa dengan China? Dua berita membetot perhatian. Pertama, Xi Jinping mengakui ekonomi China sedang tidak baik-baik saja. Itu disampaikan pada malam tahun baru lalu. Xi Jinping secara terbuka mengatakan China sedang bergelut dengan perlambatan ekonomi seperti melemahnya permintaan, sulit cari kerja, pengangguran meningkat, dan kepercayaan bisnis yang terpuruk. Beberapa perusahaan mengalami masa-masa sulit. Kedua, Jack Ma resmi ditendang dari Ant Group, perusahaan yang didirikannya. Bukan kabar baru, tapi ketika benar-benar dilakukan, cukup mengejutkan. Jack Ma dihapus dari pengendali dominan perusahaan yang ia dirikan 2014 itu. Bank Sentral China juga menghapus status Jack Ma sebagai pemegang saham pengendali Alipay di China. Alipay adalah dompet digital produk dari Ant Group yang dipakai sebagai sistem pembayaran. Menarik untuk mencermati apa langkah strategis China untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi 5 persen selama 2024. Setelah 2023 yang sulit. Seperti juga langkah apa yang akan dilakukan Jack Ma untuk bangkit setelah dipaksa pensiun, selain jualan makanan lewat Hangzhou Ma’s Kitchen Food.
Jokosp Sp
Ampunnnnnnn…. sampai Abah kadak baisi lalu duwid di purun? Minimal ada 100 ribu barang sabuting yang disalipakan di saku salawar buat jaga-jaga siapa tahu ada kondisi darurat. Abah ulun lihat memang percaya dirinya terlalu tinggi. Wajar ja orang terkenal. Dunia Tiongkok sudah jadi rumah ke dua setelah Surabaya. Pertanyaannya : apakah harus seitunya, maksudnya haruskah sampai yang 100 ribu ja diatur lawan Acil Galuh Banjar. Semalam Abah hanyar bepadah kalau Abah itu bukan “suami-suami takut istri”. Nah ini buktinya 100 ribu barang haja kadak baisi di saku salawar?. Siap-siap ja pian pasti hari ini disingkar wan Bli@Leong habis-habisan “wah boss mantan sesuatu duwid 100 nang dompet ae ra gableg, jan ngisin-isine tenan”.
Xiaomi A1
UBUD Sebagai turis domestik yg awam, kami tidak familiar dgn ubud. Namun sejak 2016, kami tergerak mengunjungi ubud, niat itu muncul setelah membaca “Top 10 World Traveler Choice Destination” dari situs Tripadvisor. Daftar lengkap Top 10 di tahun 2016 adalah sbb: 1. London, United Kingdom 2. Istanbul, Turkey 3. Marrakech, Morocco 4. Paris, France 5. Siem Reap, Cambodia 6. Prague, Czech Republic 7. Rome, Italy 8. Hanoi, Vietnam 9. New York City, New York 10. Ubud, Indonesia Mengejutkan krn ada nama ubud di daftar itu. Pemikiran langsung kami sinkronkan dgn pemikiran global, ke Bali mau kemana? Ke Ubud. Saat kami tiba di ubud di 2016 itu, di ubud ada apa sih? Sawah dan gunung kan di jawa juga banyak. Tapi entah mengapa, sejak 2016 itu klo ke Bali kami hampir selalu menyempatkam stay di ubud, min 2 malam, mungkin aura magisnya membuat orang2 rindu kembali ke ubud. Sekarang, setelah pandemi usai, jalan2 utama ubud menjadi sangat sangat macet, mungkin krn efek viralnya cafe2 di kintamani yg menyajikan pemandangan gunung batur yg sangat indah dan eksotis.
Juve Zhang
Pelajaran penting dari Tiongkok….negara besar ….penduduk banyak…. kala susah miskin bin melarat …gak ada yg bantu…. miskin mu makan sendiri…salah sendiri ambil Komunisme….siap suruh satu partai….tak ada demokrasi…. rakyat kemana mana naik sepeda… baju hanya warna biru dan hitam… gak ada warna pelangi…itu makian Amerika yg kapitalis …demokrasi….jalan menuju makmur…. ajaib nya Deng XP bisa menemukan Formula Ekonomi Yg Tak ada di TextBook … adonan khusus Sosialisme dan Kapitalisme….ini lah Formula Canggih keluar dari Miskin…Baju lusuh…rambut gimbel….Gigi bendera Golkar….sepeda ontel….mereka bangkit ddengan tekad satu mau Lebih Kaya Dari Amerika…..wkwkkw. tekad bulat pemimpin dan rakyatanya di wujudkan secepat kereta Whoosh ….sat set sat set…..kelaparan hilang…digantike gemukan….ontel hilang diganti moblis….sipoa hilang di ganti laptop….gak ada satu negara yg bisa naikan 800 juta yg miskin ke atas dalam kurun 4 dekade….mana kebayang orang Bule pada kerja ngajar bahasa Inggris saja gaji bisa puluhan juta RP… orang kita pun bisa kerja disana gaji puluhan juta ….. Tiongkok bukan pasien IMF malah menciptakan IMF sendiri BRI. Bagi bagi dolar nya yg surplus banyak ..daripada di belikan surat hutang Amerika lebih baik bantu negara berkembang… ide brilian om Jinping.
Handoko Luwanto
Jurnal Prusuh Disway Edisi: Ikut Semut (Sel,02-01-2024)
#.Nama (Komen;Kata)AWARD [diReplyOrangLain:meReplyOrangLain]
#1. (1;6)
#2.Afa (6;194) [0:6]
#3.Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺 (15;700)✒️★⚾️ [3:8]
#4.Agus Tejo (3;11)
#5.Ahmad Zuhri (1;23) [0:1]
#6.Anggit Wirasto (1;72)✏️
#7.Azza Lutfi (1;11) [0:1]
#8.bitrik sulaiman (1;1)
#9.Dacoll Bns (1;176)★
#10.didik sudjarwo (1;23)
#11.Echa Yeni (1;2) [1:0]
#12.Fa Za (2;35) [2:0]
#13.Gianto Kwee (1;18)
#14.Handoko Luwanto (10;1047)★ [1:0]
#15.iwan (1;35)★ [4:0]
#16.Jimmy Marta (15;685)✒️★★★★⭐️⚽️ [12:5]
#17.Jo Neca (1;21)
#18.Johannes Kitono (1;139)
#19.Jokosp Sp (5;364)★★ [0:4]
#20.Juve Zhang (8;589)★ [5:0]
#21.Lagarenze 1301 (4;666)★★★ [6:0]
#22.Legeg Sunda (3;20)
#23.Leong Putu (6;64)★ [7:3]
#24.Liam Then (14;1193) [1:5]
#25.Liáng – βιολί ζήτα (4;391)★ [1:0]
#26.Lukman Nugroho (1;6)
#27.M.Zainal Arifin (11;166)★⚾️⏰ [0:8]
#28.maki makibao (1;76)✏️ [0:1]
#29.Mbah Mars (3;80)★ [1:0]
#30.MULIYANTO KRISTA (2;19) [0:2]
#31.Nanda Satya (1;0)✏️
#32.nur cahyono (1;7)
#33.Re Hanno (1;48) [1:0]
#34.rid kc (1;91)★ [2:0]
#35.Rihlatul Ulfa (6;627)★ [2:0]
#36.Rizal Falih (1;102)
#37.Saiful Ahmad (4;44)
#38.Sumartan (2;6) [0:1]
#39.thamrindahlan (1;45)★
#40.Udin Salemo (9;204) [1:4]
#41.Ulik Kopi (2;231) [1:1]
#42.Warung nasi Ibu joko (1;26)
#43.Wilwa (2;189)★ [0:1]
#44.yea aina (2;66) [0:1]
#45.Yellow Bean (5;360) [2:1]
Total: 164 Komentar dengan 22★ dari 16 Orang
✏️: Rockie per 30Sep2023 (3 Orang) ✒️: Komentar Terbanyak ★: Komentar Pilihan
JIM vsp
Akhirnya Bisa Komen : Pasti anak mudanya ini juga “mbatin” “Mosok ta iki Pak Dahlan iku rek, tapi kok ga due duet, mbambung mbonek kok tekan Disney, opo Suroboyo wes ga ono panggonan gae mbambung maneh??”
Beny Arifin
Rasanya seperti semua orang naik ke kapal Nabi Nuh dan kita ditinggalkan sendiri. (Andrea Hirata)
Beny Arifin
Memang ga bisa nelpon anaknya yang sudah terlanjur masuk Disneyland dan minta di ulurin uang dari sela sela pagar ? Hahaha…
Juve Zhang
Manusia sakit bisa pergi ke dokter ahlinya ahli penyakit… Yunani Sakit penduduk dikit 10 juta …kebetulan masuk Uni Eropa ada yg “gendong” Jerman Petancis dkk…. bisa sembuh…. Kalau sudah segede Argentina susah sembuhnya daratan luas sekali bukan kaleng kaleng 2,7 Juta km2. 45 juta penduduk….dokter manapun bingung mengobatinya…IMF suntik antobiotik 45 miliar dolar gak sembuh malah makin sakit… Amerika pun menolak Peso diganti dolar…ini bisa jadi penyakit berat menular..wkwkwk.. itulah Jalan Sosialisme Ngawur oleh Presiden yg datang dan pergi dengan program Gratisan….free stuff….obral gede…semua murah…cetak uang …dst..mereka tak baca Novel the Godfather dimana Don Vito Corleone berkata ;: ‘ wanita dan anak anak boleh ceroboh…laki laki dewasa tidak boleh”…. itulah Presiden Argentina yg semua laki laki dewasa Ceroboh…. . Semoga kita selamat dari para Lelaki Dewasa Ceroboh….anda yg menentukan mau ikut Laki Laki dewasa Ceroboh atau menjauhi…..
Hari Purwanto
– Di mana ada paman, keponakan mau nyawapres dapat jalan
agarenze 1301
Where there’s a will, there’s a way. *Mulanya, “To him that will, ways not wanting”, dalam kumpulan peribahasa Jacula Prudentum (Georger Herbert, 1640). *Berubah menjadi “Where there’s a will, there’s a way” di New Monthly Magazine (1820). *Sekarang berubah menjadi: – Di mana ada kemauan, di situ ada kemaluan. – Di mana ada kemauan, di situ ada perdebatan. -Di mana ada kemalasan, di situ ada seribu alasan. -Di mana ada kendaraan, di situ ada jalan. Kalau tak ada jalan, berarti jalan buntu. – Di mana ada Disway, di situ ada CHD.
M.Zainal Arifin
Jadi ingat saat Rizal Ramli pidato di Unpad setelah acara tak jadi dialog dg menteri2 th 1977. Dia penulis tulisan ” Gerakan Anti Kebodohan”. Buku tsb saya bawa ke Pekalongan, diperbanyak oleh teman2, jadi masalah dg polisi.
Hari Purwanto
Sendiri. Kedinginan. Tanpa Uang. Belum Sarapan. Sampai disini saya merasa sangat iba, saya yang berada tak jauh sekira 25 meter beringsut berniat menghampiri sang kakek. Namun tak sampai lebih dari 6 langkah saya berbalik langkah lagi bahkan menjauhi, batinku….sak ngertiku iki wong tuwa Sakti… ben wae lah… pasti iso slamet lolos dari kesulitanya, toh konco, kenalane yo akeh. Benar saja Kakek gembil tembem itu terselamatkan ditolong oleh anak muda yang baru dikenalnya.
Afa
Abah sedang melow. Wkwkwkwk. Sekali-kali pengen nostalgia. Masa-masa jadi orang susah. Pengen tidak dikenal didunia antah berantah. Tapi punya emergency plam. Mungkin terbersit di pikiran: dekritnya Lee Kuan Yew soal lansia. Gegara pengusaha property yg jadi gembel di usir anak tunggalnya. Sejak dekrit itu, orangtua dilarang menghibahkan warisan ke anaknya semasa masih hidup.
Ummi Hilal
Pagi Koh Liang… Kalau sempat ,tolong buatkan akun Tiktok untuk Abah DI. Carikan ilustrasi musik yang pas untuk tiap edisi. Saya kira viralnya gak kalah dengan Bubblenya ‘Owl’kemarin. Biar lebih dramatis.