Oleh: Dahlan Iskan
INDOPOS.CO.ID – INI TIDAK BIASA: pesta durian dilakukan bersama ahli durian dari negeri durian di kebun durian dengan minuman kopi durian. Sabtu lalu.
Kami tiba pukul 10.30. “Makan pecel dulu atau durian dulu?” tanya Anis yang bukan Baswedan. Ia pengusaha ekspedisi. Tionghoa asal Gorontalo. Juga pengurus rumah kematian Adi Jasa Surabaya. Aktivis barongsai.
Liong, akuntan penggila durian lainnya, sudah membawa nasi pecel bungkus. Cukup untuk 10 orang. Bumbunya dipisah. Pun sayur dan iwak peyeknya.
“Durian dulu,” celetuk saya.
Tuan rumah hanya senyum-senyum. Namanya Tirto. Pengusaha kecap dan saus terkenal. Pemilik kebun durian 10 hektare di kaki gunung Penanggungan. Ketua perkumpulan Guangshao –yang punya leluhur sesama dari suku Kanton.
Vilanya bagus. Halamannya luas. Dibuat seperti lapangan golf. Ia memang suka golf. Terutama sebelum lututnya dioperasi.
Yang juga senyum-senyum adalah tamu utama hari itu: Dr Abdul Aziz Zakaria. Pak Aziz adalah si ahli durian. Dari Malaysia. Kelahiran negeri asal Musangking di Kelantan. Orangnya tinggi. Umurnya 78 tahun.
“Sejak umur berapa makan durian?” tanya saya.
“Saya dilahirkan di bawah pohon durian,” jawabnya. Ia berhasil menyembunyikan logat Melayunya –pertanda sering keliling Indonesia.
Aziszak lulusan Universiti Malaysia –yang aslinya adalah perguruan tinggi pertanian mirip IPB Bogor. Ibunya Tionghoa, ayahnya Melayu. “Kalau tidak ada darah Tionghoa mungkin saya tidak suka durian,” celetuknya.
Kata Aziz: di kampungnya dulu hanya orang Tionghoa yang suka Musangking. Waktu ia kecil namanya belum Musangking. Masih disebut Durian Kunyik. Mungkin karena warna dagingnya yang kuning seperti kunyit.
“Kami orang Melayu tidak suka durian yang rasanya pahit,” ujar Aziz mengenang masa kecilnya. Lama-lama orang Melayu pun suka Musangking. “Setelah suka mulailah orang Melayu tidak mampu membeli musangking,” tambahnya dengan nada pahit.
Harga musangking memang naik lebih 10 kali lipat –sekitar 10 tahun lalu. Yakni ketika terjadi el nino. Kemaraunya sangat panjang. Kekurangan air. Produksi sangat kurang. Lalu terbentuklah harga baru. Musangking seperti raja –tidak mau turun. Pun ketika el nino telah lama lewat.
Padahal sudah banyak syarikat besar yang melakukan investasi musangking besar-besaran. Sudah ada yang menanam 5.000 hektare. Kualitas sama. Rasa sama. Tidak ada konsumen yang tertipu ala beli durian.
“Pemerintah sudah menentukan standar durian musangking,” katanya. Cara penyelidikan tanahnya standar. Cara pengolahan tanahnya baku. Cara tanamnya ditentukan. Pun cara pemupukan, pengaturan air, dan pemeliharaan. Sampai ke masalah panennya.
Standarisasi seperti itu yang belum ia lihat di Indonesia. “Saya sudah keliling dari Aceh sampai Sulawesi,” katanya.
“Di Indonesia durian apa dan dari daerah mana yang paling enak?” tanya saya. Kepo.
Aziz terdiam. Lama. Seperti malas berpikir. Saya tahu: ia kesulitan menemukan jawaban.
“Mungkin Medan,” jawabnya tanpa semangat.
“Bukan Jambi? Sorolangun?”
Ia kembali diam. Lama. Tidak ada komentar apa-apa.
“Sudah ke Kalimantan Barat?” tanya saya setengah protes.
“Belum,” jawabnya.
“Ada yang bilang Musangking itu asal usulnya dari Kalbar,” kata saya.
“Tidak mungkin,” tegasnya.
Lalu Aziz bercerita mengenai leluhur Musangking. Ia menyebut satu pulau di tengah sungai Kelantan. Lebar pulau itu 500 meter. Panjang 2 km. Namanya: Pulau Raya. Lokasinya agak di pedalaman: 30 km dari muara sungai.
Tahun 1700-an, seorang pendatang dari Tiongkok merantau ke selatan. Ia memasuki sungai Kelantan. Sampailah ke pulau itu –belum bernama Raya. Pun belum ada nama Malaysia.
Di pulau kosong itu ia tinggal. Lalu kawin dengan wanita keturunan Thailand.
“Kok wanita Thailand?”
“Banyak wanita Thai di Kelantan. Kan dekat perbatasan,” katanya. “Dan lagi kalau kawin dengan wanita Melayu kan harus masuk Islam,” tambahnya.
Orang pertama yang membiakkan durian Kunyik di pulau Raya adalah keturunan imigran tersebut. Namanya: Wee Chong Bing. Kalau tidak ada Chong Bing mungkin saja durian Kunyik sudah punah. Dianggap tidak enak. Pahit.
Berkat Chong Bing itulah durian Kunyik berkembang. Disenangi. Lalu jadi Raja Kunyik.
Raja dalam bahasa Mandarin disebut ”wang”. ”Mao” adalah musang. Atau tupai. Sebangsanya. Itulah binatang yang suka naik pohon durian Kunyik.
”Naik” disebut ”shang”. Musang menyukai durian. Seperti halnya kepiting menyukai kelapa. Keiting suka naik pohon kelapa. Di Gorontalo. Di sana kepiting paling gurih adalah yang suka naik pohon kelapa itu.
Begitulah kisah Musangking. Dari Kunyik. Lalu menjadi Raja Kunyik. Jadi Maoshangwang. Jadilah Musangking.
Pak Tirto memang sudah mengganti banyak pohon durian lama ke Musangking. Sudah sering panen. Maka lima Musangking ditaruh di depan Aziz. Dibuka. Difoto. Dimakan. Ramai-ramai.
Setelah Musangking hampir habis Liong nyeletuk keras: “Kita tadi salah prosedur,” katanya. “Harusnya makan durian lokal dulu, baru Musangking,” tambahnya.
Maksudnya: agar dari yang kurang enak ke yang paling enak. Apa boleh buat. Telanjur Musangking duluan. Untuk membedakan rasa antar durian kami minum kopi dulu. Kopi durian. Yang dibawa Dr Aziz dari Malaysia.
Kami pun siap antiklimaks. Disajikanlah durian lokal. Kecil-kecil. Tiga kali ukuran bola tenis. Dari ukurannya saja sudah kurang meyakinkan.
Busyet! Enaknya bukan main. Kecil-kecil cabe Manado. Lezat. Teksturnya juga sempurna. Kombinasi manis dan pahitnya pas benar. Dagingnya juga tebal. Bijinya kecil.
Ini mah bukan antiklimaks. Ini klimaks kedua! (*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan
Edisi 31 Januari 2024: GovTech Merdeka
Mirza Mirwan
Adakah pembaca CHD yang sudah melototin Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perception Index /CPI) yang dirilis Transparency International kemarin? Lima teratas tetap diduduki Denmark dengan skor 90, Finlandia (87), Selandia Baru (85), Norwegia (84), dan Singapura (83). Skor tersebut sama dengan CPI 2022, kecuali Selandia Baru yang turun dua poin — CPI 2022 skornya sama dengan Finlandia (87). Lalu, berapa skor CPI Indonesia. Kalau saja kasus pemerasan terhadap SYL oleh ketua KPK, juga pungli para penggawa KPK, sudah mencuat sejak pertengahan 2023, bisa-bisa skor kita anjlog lagi. Berarti tidak anjlog? Benar, istiqamah di angka 34. Malu-maluin sebenarnya. Lihatlah Timor Leste. CPI 2022 sudah tujuh poin di atas kita, 41, CPI 2023 naik lagi satu poin menjadi 42 — peringkat 70 dari 180 negara. Atau tengok negeri jiran Malaysia yang naik tiga poin dari 47 (2022) menjadi 50 (2023) — peringkat 57/180. Indonesia peringkat berapa? Aakh….115 dari 180 negara. Ngisin-isini, kan? Perhatikan apa kata petinggi Transparency International, François Valérian berikut ini: “Korupsi akan kian merajalela sampai sistem peradilan memberi hukuman (berat) atas kesalahan (=laku korupsi) dan mengawasi pemerintah. Ketika hukum bisa dibeli atau diganggu secara politik, yang menderita adalah rakyat. Pemimpin harus sepenuhnya masuk dan menjamin independensi lembaga-lembaga yang menegakkan hukum dan menanggulangi korupsi. Sudah waktunya mengakhiri impunitas terhadap laku korupsi.”
thamrindahlan
Saya berbaik sangka kepada niat baik Pak Menteti AAA. Setuju Mas Edi Susanto ujung dari reformasi birokrasi adalah single identity card. Kondisi indonesia saat ini untuk memberikan pelayanan publik terintegrasi by aplikasi perlu waktu dan banyak tantangan. Namun optimisme selalu ada merujuk kesuksesan Bapak Jonan ketika melakukan revolusi budaya di pelayanan publik Kereta Api. Pada awalnya warga tidak terbiasa menggunakan kartu ketika ber Kereta Api. Perlu proses. Namun kegigihan Pak Jonan dan Kru berhasil. Emak emak dan lansia menikmati kenyamanan. Yes revolusi budaya itulah kata kunci keberhasilan ketika Pemerintah mendidik rakyat dengan kesabaran dan keikhlasan jauh dari sifat kekerasan dan emosional. Semoga sukses. AMIN.
Mirza Mirwan
Apa yang tidak bisa diberantas dengan sistem aplikasi?Jawabnya: calo. Sekadar contoh. Ditjen Imigrasi punya aplikasi M-Paspor. Waktu memperpanjang paspor awal 2023 lalu di kiri-kanan saya ada ibu-ibu dan bapak-bapak (5 orang) yang mau bikin paspor untuk umrah. Ada seorang lelaki 40-an tahun yang “mengurus” mereka: dari mendaftar di M-Paspor, membayar beaya pembuatan paspor yang Rp350rb ke kantor pos — padahal bisa lewat M-banking, mengisi form yang ditempeli meterai. Pendek kata selain urusan foto dan cap jari. Ketika si “pengurus” tidak bersama mereka, saya tanya salah satu dari mereka. “Bapak dimintai berapa untuk pengurusan paspor ini?” Berapa, coba? Satu juta. Dan setelah menerima papornya masih harus ngasih tip. Wah, enak juga calo itu. Bea paspor plus meterai, print, fotokopi tak sampai Rp400rb/orang mintanya satu juta. Artinya dari 5 orang tadi ia mengantungi Rp3juta. Kalau dalam sebulan ia mengurus 20 orang saja sudah dapat Rp12juta, belum termasuk tip yang entah berapa. Dengan bertambah makmurnya orang desa bertambah pula animo untuk umrah. Karena mikir, kalau mendaftar haji khawatir umurnya nggak nyampai. Dan bertambah makmur pula calo pengurusan paspor.
Liáng – βιολί ζήτα
CHDI : “….. Tiga-tiganya diborong oleh Denmark. …..” Apa yang saya saksikan secara langsung kehidupan sehari-hari di Denmark, selama 3 kali perjalanan saya ke sana – di banyak kota yang sudah saya jelajahi – di 2 pulau utama negerinya Hans Christian Andersen itu ; secara singkat dapat saya simpulkan, bahwa system yang baik akan berjalan dengan baik ketika tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakatnya tidak ada lagi ketimpangan, dengan kata lain sudah tercipta pemerataan dan keadilan. Menurut pendapat saya pribadi, pencapaian masyarakat pada level seperti itu mestinya diupayakan terlebih dahulu sambil system yang sudah berjalan, setahap demi setahap dibenahi – diperbaharui.
Udin Salemo
#everyday_berpantun Beli terasi di Pasar Manukan/ Banyak dijual di warung Ning Esi/ Aplikasi Govtech sulit disatukan/ Tersebab egois lintas instansi/ Kang Azim tinggal di Bekasi/ Di rumahnya banyak rambutan/ Tiap rezim mau tinggalkan legacy/ Sulit buat program berkelanjutan/ Pagi-pagi Desi pergi ke pasar/ Pasar Kembang ada di Bogor/ Teknologi aplikasi berbiaya besar/ Lahan yang empuk untuk “ngebor”/ ———————————————————- oi padek bana katan rangginang/ dibeuk urang dari Mudiak Lolo/ oi indak dapek si-gadih Minang/ banyak mba-mba di tanah Jawo/ datuak pakia pai ka subarang/ pai manamui datuak bandaro/ pikia dahulu sabalun berang/ pakai utak sabalun bicaro/
Lagarenze 1301
Santai sejenak. Tiga aktivis antikorupsi mewakili negara masing-masing (Singapura, Denmark, Indonesia) mendapat kesempatan bertemu malaikat. Aktivis Singapura: “Pak Malaikat, kapan negara saya bebas dari korupsi?” Malaikat: “Saat ini negaramu peringkat kelima antikorupsi, bebas korupsi 500 tahun lagi.” Aktivis Singapura menangis menyesali diri, “Saya sudah tidak ada di dunia saat itu terjadi.” Giliran warga Denmark bertanya: “Pak Malaikat, kapan negara saya bebas dari korupsi?” Malaikat: “Saat ini negaramu nomor satu antikorupsi, bebas korupsi 100 tahun lagi.” Aktivis Denmarak juga menangis, “Saya tidak bisa menikmatinya, saya sudah tiada ketika itu terjadi.” Aktivis Indonesia bertanya hal yang sama, “Pak Malaikat, kapan negara saya bebas dari korupsi?” Malaikat membolak-balik catatan di depannya, lalu menangis. “Saya sudah tidak ada ketika itu terjadi….”
Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
PEMBENAHAN HUTAN APLIKASI.. Sebenarnya pada tahun 2003 sudah ada Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan Strategi Nasional Pengembangan E-Government. Di dalamnya dimuat, antara lain langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing lembaga. Tetapi koordinasi itu memang sulit. Akhirnya terlanjur terbentuk “hutan aplikasi”. Yang jumlahnya sampai 27 ribu aplikasi itu. Saya yakin, “mustahil” bin “tidak mungkin” ke 27 ribu aplikasi itu “disatukan”. Sebelumnya harus “dirumuskan” bagaimana “hutan” itu akan dibenahi. Mestinya harus “dipilah” atau dilakukan pemetaan lebih dulu aplikasi itu, berdasar beberapa hal, antara lain: 1). Pengelolanya (pusat, propinsi, kabupaten/kota). Pusat pun masih harus dipisahkan: Kementrian, Lembaga di bawah Presiden, Lembaga Independen. 2). Manfaatnya (pelayanan publik, percepatan pekerjaan internal pemerintah, komunikasi pekerjaan internal pemerintah, dan lain-lain). Kemudian dibuat roadmap, mana yang akan disatukan dan atau dikelompokkan. Mungkin menjadi beberapa “claster” aplikasi.. ### Kalau membaca berita-berita terkait bisa dilihat bahwa: 1). Sudah ada keluhan dari Menku terkait pengeluaran pemerintah bidang IT yang tidak efisien karena terjadi tumpang tindih sejak beberapa tahun lalu. 2). Sudah ada usaha mencari jalan keluar. 3). Tetapi terbentur ini itu. 4). Maka perlu “orang kuat” di sisi policy dan juga paham teknis IT yang ditunjuk menjadi SUTRADARA PEMBENAHAN.
Jo Neca
Saya usul The man of the match tahun 2023 Disway..Om Lagarenze..Komentar Sains.Etika.Jenaka.Bisa.Di sampaikan dengan santai dan elegan.Tanpa rasa paling pintar dan benar..Maaf om Dahlan ini usulan perusuh biasa saja.Hadiah bukan tujuan.Tetapi penghargaan itu perlu.Banyak dari kami perusuh yang tercerahkan oleh komentar2 dari perusuh.Walau ada sarkas dan cacian.Itupun sebuah pelajaran.Mengasah kesabaran kita sebagai tamu.Ya tamu di rumah besar disway.
Handoko Luwanto
Saat-saat migrasi perlu semangat 45 karna bisa2 ga tidur 2 harmal ya, pak 🙂 Terutama di momen mencari ketidakcocokan data before-after nya. Bahwa datanya ga cocok bisa segera diketahui. Tapi tantangannya adalah mencari di mananya. Untuk cara manual, biasanya sy pakai metode “bagi dua cluster”. Untuk cara cepatnya, bikin skrip untuk membandingan data before-after nya.
Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
KALAU migrasi dari satu aplikasi milik satu pengelola saja “susah” nya “bukan main”. Saya membayangkan, meski aplikasi pemerintah itu sudah di clusterisasi, tetap akan membutuhkan “puluhan” atau “ratusan” migrasi. Maka saya bisa membayangkan kemungkinan akan adanya retensi. Tidak selalu karena “tidak mau” berubah. Tetapi karena membayangkan “sulitnya”. ### Semoga ada orang kuat di bidang teknis, yang bisa menenangkan para “pemilik” dan “pengelola” aplikasi lama..
Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
PENGALAMAN SAYA.. Pengalaman saya sebagai akuntan di perusahaan yang udah bekerja cukup lama, maka saya sempat bekerja dengan: 1). Secara manual. 2). Kemudian dilakukan otomasi, tetapi dengan aplikasi sederhana yang stand alone. 3). Suatu saat aplikasi sederhana itu saling diintegrasikan. 4). Tiba-tiba dunia aplikasi semakin maju, aplikasi sederhana harus digantikan aplikasi modern yang canggih, dan one point entry. Ini hanya satu pengelola, yang selalu berniat melakukan perbaikan. Tetapi saat dilakukan peralihan atau “migrasi” data, itu “stress” nya bukan main. Stress..? Iya..!! Apalagi kalau “saldo” sebelum dan sesudah migrasi, dari data yang sebenarnya belum diapa-apakan ternyata tidak sama.. Wuah, pusingnya bukan main. Saya pernah dimarahi pak Bos karena sebuah aplikasi mau dilakukan “launching” dan sudah diputuskan tanggalnya, tetapi saya minta mundur 1 bulan. Ternyata setelah 1 bulan, juga belum ketemu. ### Tiga bulan kemudian baru ketemu, penyebabnya hanya karena salah pengertian istilah gara-gara masalah bahasa. (Dalam bahasa Inggris, tercampur bahasa Perancis)…
Handoko Luwanto
Mas Udin Salemo berhak atas Tongkat Sakti Kamasutra :-). Berikutnya menuju perebutan Pedang Sakti Jirolu.
Lagarenze 1301
OOT. Status tersangka yang disematkan KPK terhadap Edward Omar Sharief Hiariej digugurkan oleh hakim praperadilan, Selasa (30/1/2024). Apakah Eddy Hiariej akan bebas sepenuhnya? Menurut saya, tidak. Perkiraan saya, KPK akan kembali men-tersangka-kan Eddy. Eddy sebelumnya disangka menerima suap Rp 4 miliar terkait bantuan konsultasi hukum untuk PT CLM melalui asisten pribadi dan advokat. Kita sudah tahu, praperadilan dimaksudkan untuk menguji sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan, penghentian penuntutan, penetapan tersangka, penggeledahan, dan penyitaan. Lebih kepada prosedur. Putusan hakim adalah: status tersangka Eddy tidak sah. Kalau membaca pertimbangan hakim, ini terkait dengan bukti yang diajukan KPK di persidangan. KPK mengajukan bukti T.2 sampai dengan T.18 yang berupa berita acara permintaan keterangan berdasarkan “surat perintah penyelidikan”, bukan “surat perintah penyidikan”. Hakim beranggapan “proses penyelidikan” belum projustisia, belum bernilai Undang-Undang. Terlalu teknis, memang. Dalam kasus ini, hakim mengabulkan petitum “pembatalan Sprindik sebagai tersangka”, tapi tidak mengabulkan petitum “menghentikan penyidikan”. KPK bisa saja menetapkan lagi status tersangka kepada Eddy. Tapi, kalau ditersangkakan lagi, Eddy pun bisa pula mengajukan praperadilan lagi. Bisa saja dia menang lagi. La Nyalla Mattalitti tiga kali dijadikan tersangka dan tiga kali pula ia menang praperadilan.
ibnuhidayat setyaningrum
sebelum ada aplikasi, orang lapar untuk bisa mendapatkan makanan tentunya perlu masak atau beli ke warung. Saat ada aplikasi, orang lapar tinggal buka aplikasi, klik pilihan, klik bayar, menunggu, lalu makanan datang. Kelak, kalau GOVTECH ini dijalankan, mudah-mudahan setiap orang lapar tinggal klik pilihan menu, tanpa bayar (karena sudah dibayarkan pemerintah), menunggu, lalu makanan siap dimakan. Jika itu tercapai, maka kemerdekaan yang sebenarnya sudah tercapai.
Lagarenze 1301
Anak kecil kelas 5 SD itu bingung mendengar kata korupsi. Ia pun bertanya ke ayahnya. “Papa, apa itu korupsi?” Sang ayah lebih bingung lagi bagaimana menjelaskannya ke anak kecil. Berpikir sejenak, sang ayah mengeluarkan uang Rp 50.000 dan berkata, “Belikan Papa rokok di toko sebelah dan aku akan menjelaskan kepadamu.” Sang anak terdiam dan menolak uang dari papanya. “Papa, bukankah Mama melarang Papa merokok lagi.” Sang ayah mengeluarkan lagi selembar uang Rp 20.000, menyatukannya dengan uang Rp 50.000 sebelumnya, lalu menyerahkannya ke sang anak. “Belilah es krim dan belikan Papa rokok.” Sang anak berbinar menerima uang itu. “Ohh, oke, Papa.”
Liáng – βιολί ζήτα
Pak Mirza Mirwan, “As you sow, so shall you reap.” Itu adalah kutipan dari ayat di Kitab Galatia, Alkitab. Galatians 6:7-8. “Do not be deceived: God cannot be mocked. A man reaps what he sows. Whoever sows to please their flesh, from the flesh will reap destruction; whoever sows to please the Spirit, from the Spirit will reap eternal life.” Galatia 6:7-8. “Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.”
Mirza Mirwan
“As you sow, so shall you reap.” Ungkapan yang, konon, kutipan dari Bibel itu pas banget kalau ditujukan ke Joe Biden. Dukungannya kepada Israel yang diucapkannya 7 Oktober dulu ibarat bensin yang disiramkan ke api yang dipantik Netanyahu. Sudah 117 hari kobaran api itu menggila di Jalur Gaza, juga di Tepi Barat. Dan Bibi sudah di luar kendali Biden. Imbauan Biden hanya dianggap kentut oleh Bibi. Senin kemarin wakil Israel dan Hamas bertemu dengan wakil Qatar, Mesir dan AS, untuk merundingkan cara mengurangi jatuhnya korban sipil di Gaza: antara lain diusulkan gencatan senjata, pertukaran sandera dengan ribuan tahanan di penjara Israel, dan secara bertahap penarikan serdadu Israel dari Gaza. Bagaimana reaksi Bibi? “Kita tak akan menarik pasukan IDF dari Jalur Gaza,” kata Bibi, Selasa, ketika berbicara di Bnei David, pre-military academy di Tepi Barat. “Kita juga tak akan melepaskan ribuan teroris (= tahanan). Semua itu tak akan terjadi. Apa yang akan terjadi? Kemenangan mutlak!” Dalam 117 hari itu IDF telah menewaskan 27.121 warga sipil Palestina, termasuk 370 di antaranya korban di Tepi Barat. Korban luka-luka 69.885 (termasuk 4.250 di Tepi Barat). Sementara korban hilang 8000 orang. Dari 35 RS, tinggal 14 yang beroperasi. Itupun tak beroperasi penuh. Adapun jurnalis yang tewas sudah 94 orang (87 dari Palestina, 3 Libanon, dan 4 Israel). Dan api perang di Bumi Anbiya masih berkobar. Entah sampai kapan?
Liáng – βιολί ζήτα
selingan Stiff Person Syndrome. Publik terutama penggemar Celine Dion sempat dikejutkan dengan pernyataan Celine Dion, bahwa ia mengidap penyakit langka “stiff person syndrome” atau “sindrom orang kaku”. Lantas apa itu “stiff person syndrome” atau “sindrom orang kaku” tersebut ?? Stiff Person Syndrome (SPS) adalah kelainan langka pada sistem saraf pusat yang ditandai dengan kekakuan dan rangsangan yang memicu kejang otot yang menyakitkan pada otot ekstremitas aksial dan proksimal. Pertama kali dijelaskan pada tahun 1956 oleh Frederick Moersch dan Henry Woltman berdasarkan serangkaian kasus 14 pasien dengan ketegangan otot tulang belakang, perut dan paha yang berfluktuasi secara progresif. Kondisi ini dulunya disebut Stiff Man Syndrome, juga dikenal dengan sebutan Moersch-Woltman Syndrome. [1/3]
Em Ha
Kita sudah merdeka dari antrian membayar tagihan PLN. Sudah lama sekali rasanya. Tapi. Omon omon, kita belum merdeka dari antrian membayar pajak kendaraan bermotor. Nyetor uang ke negara aja koq repot. Kita mendambakan bayar pajak bermotor semudah bayar tagihan PLN. Lewat berbagai chanel pembayaran. Bebas memilih. Saya akan pilih presiden yang akan menerapkan GovTech pada SAMSAT. GovTech yang sebenarnya, bukan Goblok Technologi.
Johannes Kitono
Menyatukan 27.000 ribu Aplikasi di pemerintahan itu pekerjaan besar. Gov Tech Merdeka oleh Men PAN- RB memang sangat ideal. Hanya saja didepan mata ada yang lebih sederhana. Satukan pembagian tiga wilayah waktu di Indonesia, yaitu WIBA – WITA – WIT menjadi Satu Waktu saja. Misalnya Standard Waktu IKN. Dengan demikian tidak ada perbedaan waktu lagi dari Sabang sampai Merauke. Jam 06.00 pagi di Aceh sama dengan jam 06.00 pagi juga di Jakarta dan Merauke. Dengan hanya ada satu standar waktu memberikan implikasi NKRI adalah Negara Kesatuan. Apakah susah, awalnya tentu saja susah. Tapi tubuh manusia bisa mengadaptasi dan lama- lama akan terbiasa juga. Kalau itu terjadi roda ekonomi pasti akan bertambah lancar. Pemerintah juga pasti tambah efisien. Contohnya, negara China yang begitu luasnya wilayahnya hanya mempunyai Beijing Standard Time. Tentu PR ini lebih mudah bagi Menpan RB untuk menyatukan 27 ribu Aplikasi.
Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
ADA USUL USIL UNTUK PEMILU MENGGUNAKAN E-VOTING.. ANGKA jumlah aplikasi sampai sebanyak 27 ribu itu, pasti karena “waktu itu” sempat ada euforia tentang kata “digital” atau apapun yang “serba E”. Mulai dari E-Procurement, E-KTP sampai E-Commerce. Dan seterusnya.. Pengadaan aplikasi sebanyak itu, pastilah biayanya “besar banget”.. Dan pasti melibatkan banyak vendor, banyak konsultan. Sejarang, “nasi sudah menjadi bubur”. Kalau mau dijadikan nasi lagi, buburnya harus dibuang. Kemudian beli beras lagi. Dimasak lagi. Di dalamnya ada pembelajaran yang baik sekali, jika “mau”. Lha ini barusan, di mobil saya setel radio. Ada orang yang usul, seharusnya “pilpres” dan “pemilu caleg” itu pakai “E-Voting”. Karena, katanya penerapan E-Voting itu sudah disetujui MK sejak tahun 2009 melalui Keputusan MK nomor 147 tahun 2009. Sehingga seharusnya sudah bisa dimulai sejak Pemilu 2014 maupun 2019. Sehingga kalau pada kedua Pemilundi atas belum jadi dilaksanakan, maka harusnya bisa dilaksanakan di 2024 ini. Komentar saya.. 1). Usul dan ngomong memang mudah. 2). Tetapi selama masih ada “kecenderungan curang” dari salah satu pihak, baik peserta – penyelenggara maupun masyarakat, maka E-Voting hanya akan menimbulkan masalah baru. Salah satunya, jika terjadi kecurangan, bukti pemilihan dalam E-Voting, sudah sulit ditelusuri. Karena itu, manual voting masih pas karena ada evidence nya. 3). Infrastruktur belum merata. Pengadaan infrastruktur yg hanya akan dipakai 5 tahun sekali boros..
Handoko Luwanto
31-01-2024, 04:39:22 pm 121Komen=55utama+66REPLY urutan sebelumnya(↕) & sesudahnya(⬘) ada di atas/bawahnya ↕Urutan⬘Komen➜Nama
(Time ↓120▽uta➜Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
(2m ↑121. RE➜Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
(6d ↓119▲uta➜Kang Sabarikhlas
(14m ↓118▲uta➜M.Zainal Arifin
(15m ↓117▲uta➜Sumartan
(17m ↓110▽uta➜Juve Zhang
(57m ↓112▽RE➜Sasmita
(39m ↑113▽RE➜bitrik sulaiman
(33m ↓116▲RE➜Juve Zhang
(28m ↓107▽uta➜Johannes Kitono
(1j ↓106▲uta➜Em Ha
(1j ↑108▽RE➜AnalisAsalAsalan
(1j ↓105▲uta➜Juve Zhang
(1j ↓102▽uta➜Liáng – βιολί ζήτα
(2j ↑103▽RE➜Liáng – βιολί ζήτα
(2j ↑104▲RE➜Liáng – βιολί ζήτα
(2j ↓100▽uta➜Mirza Mirwan
(2j ↑101▲RE➜Liáng – βιολί ζήτα
(1j ↓98▽uta➜Lagarenze 1301
(2j ↓86▽uta➜ibnuhidayat setyaningrum
(5j ↓97▲RE➜MULIYANTO KRISTA
(3j ↓85▲uta➜AnalisAsalAsalan
(5j ↓78▽uta➜Lagarenze 1301 (
5j ↓96▲RE➜Udin Salemo
(3j ↓77▲uta➜Handoko Luwanto
(5j ↓84▲RE➜Handoko Luwanto
(5j ↓76▲uta➜ACEP YULIUS HAMDANI
(5j ↓74▽uta➜Juve Zhang
(6j ↑75▲RE➜Juve Zhang
(6j ↓95▲RE➜Udin Salemo
(3j ↑99▲RE➜Juve Zhang
(2j ↓69▽uta➜Udin Salemo
(6j ↓68▲uta➜Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
(6j ↓73▲RE➜Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
(6j ↓92▽RE➜Handoko Luwanto
(3j ↑93▽RE➜Handoko Luwanto
(3j ↑94▲RE➜Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
(3j ↓67▲uta➜Jo Neca
(6j ↓83▲RE➜Lagarenze 1301
(5j ↓66▲uta➜Ahmad Zuhri
(6j ↓91▲RE➜MULIYANTO KRISTA
(3j ↑111▲RE➜Ahmad Zuhri
(54m ↓65▲uta➜Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
(7j ↓64▲uta➜Lagarenze 1301
(7j ↓72▲RE➜Jo Neca
(6j ↓55▽uta➜Muh Nursalim
(7j ↓53▽uta➜Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺 (7j …….
Ulik Kopi
Channel WA Harian Disway Berawal dari info mas Duwi Eko di grup WA. Bahwa di bagian akhir artikel hari ini ada iklan Channel Disway. WA sekarang merilis channel. Ada banyak pilihan. Ada channel dari klub bola, badan seperti BMKG, Humas Polri. Di hp saya yang terbanyak saluran dari berbagai media. Saluran harian Disway kalau dicari secara sengaja tidak ketemu. Tapi lewat link yang tadi saya bisa masuk kesitu. Isinya artikel dari Disway yang dipilihkan. Tapi hanya berupa sinopsis dan linknya saja. CHD Govtech Merdeka diposting jam 6.15. Link artikel Indinesia Business Look 2024 dengan foto DI dipos pukul 10.44. Dan yang menarik juga, ada cerita bersambung Sumur dan Matahari. Baru mulai, bagian satu. Dipos pukul 10.38. Ini cerbung yang direkomendasi pak Mirza Mirwan kemarin dulu. Yang dijelaskan langkah-langkah mendapatkan tulisan nya di epaper Disway. Beberapa langkah untuk bisa sampai ke cerbung itu, lengkap dengan posisinya di sebelah mana epaper. Sekarang caranya lebih mudah. Bisa dijangkau lewat WA. Di tab Updates, di bagian bawah setelah updates status. Setelah bergabung ke Channel di dalamnya kita tinggal klik artikel yang kita pilih. Nanti artikel akan terbuka sebagai halaman di browser default atau peramban utama hp kita. Terakhir saya lihat barusan, folowernya baru 190. Mungkin karena baru dibuat. Jadi kalau pemerintah sedang meringkas jumlah aplikasi yang ada, Disway malah lagi menambah platform media sosialnya. Kali ini lewat Whatsapp. Ada yang tertarik?