PBNU Sebut Fenomena Muslim Panggang di Gunung Kidul Memprihatinkan, Kenapa?

Salat-Idulfitri

INDOPOS.CO.ID – Perayaan Hari Raya Idulfitri oleh masyarakat Aolia di Gunung Kidul dengan dalih tokoh panutan mereka yang berbicara langsung dengan Allah SWT. Dalih ini sungguh memprihatinkan, harus dicegah dan tidak boleh terulang kembali.

Pernyataan tersebut diungkapkan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ahmad Fahrur Rozi atau akrab disapa Gus Fahrur melalui pesan singkat, Sabtu (6/4/2024).

Ia mengatakan, semua umat Islam, khususnya tokoh agama harus beribadah sesuai ajaran agama Islam yang benar, menggunakan ilmu dan akal sehatnya. Dan tidak boleh mempermainkan ajaran agama Islam dengan berdalih telah berbicara langsung dengan Gusti Allah SWT.

“Agama itu tuntunan dan ajaran yang berlaku untuk masyarakat umum. Maka tidak bisa seseorang secara asal-asalan ngaku sudah komunikasi langsung dengan Gusti Allah. Pengakuan semacam itu tidak sah dan tidak boleh dijadikan dasar tuntunan agama,” ungkapnya.

Dasarnya ibadah dalam Islam, menurut dia, harus sesuai tuntunan syari’at yang dipahami dengan ilmu-ilmu standar ajaran agama Islam yang sudah jelas dalil-dalilnya dan garis-garisnya. Semua harus ilmiah, rasional dan dapat diuji keabsahannya oleh masyarakat umum.

“Kepada saudara kita Masyarakat Muslim Panggang, Gunung Kidul, diimbau untuk mengambil tuntunan agama Islam dari para ulama yang benar. Yang dapat menjelaskan dan dapat dipertanggungjawabkan ajarannya sesuai metode nalar syari’at Islam yang sah. Dan telah diterima oleh masyarakat dunia islam secara luas,” terangnya.

“Tidak semestinya masyarakat gampang percaya pada siapa pun yang mengaku punya hubungan khusus dengan Gusti Allah, tapi bertindak tanpa ilmu yang berkesesuaian dengan ketentuan-ketentuan syari’at Islam. Karena Islam adalah agama yang dijalankan berdasarkan ilmu syari’at,” imbuhnya.

Dia meminta masyarakat agar tidak terkecoh oleh keanehan atau kesaktian individu. Orang yang dapat menghadirkan hal-hal ajaib sekalipun itu tidak berarti dia memiliki keistimewaan dihadapan Allah SWT. Karena tukang sulap dan tukang sihir juga bisa melakukannya.

“Hendaknya diwaspadai bahwa bangsa Jin dan setan juga bisa datang kepada siapa pun dan mengaku-ngaku sebagai Gusti Allah atau malaikat untuk mengajak manusia kepada kesesatan,” ucapnya.

“Benar dan salah seseorang dalam ajaran agama Islam hanya boleh diukur dengan ketentuan-ketentuan syari’at sesuai tuntunan Al-Qur’an, hadist, qiyas dan ijma’ para ulama,” imbuhnya.

Sebelumnya kelompok masyarakat Aolia di Padukuhan Panggang, Gunung Kidul, Yogyakarta telah merayakan Hari Raya Idulfitri pada Jum’at (5/4/2024) kemarin. Hal ini kemudian ramai menjadi perbincangan warganet di media sosial (Medsos). (nas)

Exit mobile version