INDOPOS.CO.ID – Anggota Komisi I DPR RI Jazuli Juwaini menyambut baik kehadiran pemimpin tertinggi umat katolik dunia Paus Fransiskus di Indonesia. Salah satu agenda besar selain agenda kenegaraan kedatangan Paus Fransiskus adalah memimpin misa umat katolik yang dipusatkan di Istana Olah Raga (Istora) Senayan Jakarta (5/11/2024).
“Tentu sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dan toleransi antar umat beragama kita menyambut gembira kehadiran Paus Fransiskus di Indonesia sekaligus akan memimpin misa akbar umat Katolik,” ungkap Jazuli.
Kehadiran Paus Fransiskus, ujarJazuli, bisa membawa kebahagiaan khususnya bagi umat katolik, dan tentu saja beliau membawa pesan-pesan perdamaian dan kemanusiaan bagi bangsa Indonesia.
Seiring penyelenggaraan misa umat katolik yang dipimpin Paus Fransiskus yang rencananya disiarkan live di televisi tersebut, Kementerian Agama mengeluarkan surat imbauan kepada Kementerian Kominfo dan penyelenggara siaran televisi agar kumandang azan maghrib yang biasa ditayangkan di televisi diganti hanya dalam bentuk running text saja karena bersamaan dengan siaran misa tersebut.
“Imbauan ini menurut kami tidak perlu. Justru dengan tetap berjalan seperti biasa menunjukkan indahnya toleransi di negeri ini. Misa tetap berjalan dan kumandang azan juga tetap bisa disiarkan dan tidak akan ada masalah,” kata Jazuli yang saat ini duduk di Komisi DPR yang membidangi komunikasi dan informasi.
Anggota DPR Dapil Banten ini pun percaya bahwa masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim ini memiliki kebesaran hati untuk turut menjaga berjalannya peribadatan masing-masing agama.
“Umat katolik yang menjalankan misa bersama Paus Fransiskus dapat khusyuk melakukan ibadahnya di Senayan dan disiarkan langsung di televisi. Sementara umat muslim ketika panggilan azan berkumandang termasuk lewat saluran televisi bisa bersiap dan melaksanakan ibadah sholatnya dengan baik,” kata Jazuli.
Menurut Ketua Fraksi PKS ini Indonesia sudah berpuluh-puluh tahun melaksanakan implementasi toleransi beragama, sehingga kita harus jaga kerukunan ini tanpa ada yang merasa terusik.
“Bahkan, praktik kerukunan dan toleransi di Indonesia telah menjadi percontohan bagi negara-negara lain di dunia,” pungkasnya. (dil)