INDOPOS.CO.ID – Untuk masalah kecanduan judi online (Judol) harus dilakukan detox. Detok bagi orang dewasa dan anak-anak sama, yakni memutus jaringan internet atau mengontrol m-bankingnya.
Pernyataan tersebut diungkapkan Psikolog Klinis Alvina dalam keterangan, Senin (23/9/2024).
Ia mengatakan, bahwasanya kecanduan adalah ketika seseorang tidak memiliki kesadaran bahwa dirinya bermasalah. “Lingkungan (utamanya orangtua) harus tahu kegiatan sehari-harinya seperti apa, bermain apa, game kah? Atau sampai judi online kah? Itu harus diawasi dan di-detox,” jelas Alvina.
“Orang tua berperan sebagai support system, baiknya ada keterbukaan walau sudah dewasa, kita harus lihat jika ada yang salah, harus bisa ambil alih keadaan,” lanjutnya.
Menurut Alvina, selain dukungan lingkungan, faktor internal juga menjadi penting, karena adanya irrational believe. Seperti saat ini, contohnya ada kemudahan akses ke pinjaman online (Pinjol).
Pada kesempatan yang sama, Ketua Sobat Cyber Indonesia, Miqdad Nizam Fahmi menuturkan, judi online tidak akan membuat pemain kaya. Justru, menurut dia, L bermain judi online akan membuat para pemainnya rugi, baik secara finansial maupun karena adanya kebocoran data.
“Hasil statistik player (pemain) pasti rungkad. Beberapa teman saya juga ada yang pernah bermain dan mengatakan kalau rugi. Itu disebabkan karena ada algoritma,” ujarnya.
Di sisi lain, masih ujar dia, peran dari zat endorphin pada permainan judi online ada kesenangan di atas kenyataan. Zat tersebut, menurutnya, jika tidak terpenuhi akan terus memberontak.
Oleh sebab itu, lanjut dia, peranan lingkungan menjadi sangat penting. “Yang memengaruhi orang bermain game online itu ada dua, internal dan eksternal. Dari internal, apa yang dia scroll tiap hari akan memengaruhi, sedangkan dari eksternal itu salah satunya lingkungan,” terangnya.
“Para ibu (orang tua) harus melihat sekitarnya. Kita harus pastikan bahwa temennya harus baik/positif. Jika tingkah lakunya negatif, perlu ditelusuri,” imbuhnya. (nas)