INDOPOS.CO.ID – MENYESAL: mengapa saya ajukan pertanyaan itu. Bikin yang ditanya kelihatan kepikiran berkepanjangan
“Anda Kristen atau Katolik?” tanya saya.
“Saya Katolik,” jawabnya.
“Hebat ya… Anda masih percaya Tuhan…,” celetuk saya spontan.
Yang saya tanya itu adalah Dr Dionysius Joseph Djoko Herry Santjojo. Ia ahli fisika Universitas Brawijaya, Malang.
Dr Djoko bergabung di kelompok complexity science –bersama Prof Dr Sutiman yang ahli nano biologi di UB itu.
Prof Sutiman juga penemu nano bubble untuk kirim oksigen langsung ke sel.
Yang membuat saya lebih menyesal: saya tahu Prof Sutiman adalah muslim yang taat. Mengapa saya ”goda” juga dengan kalimat ”kok masih percaya Tuhan”.
Di Barat banyak ahli fisika seperti mereka tidak lagi percaya Tuhan. Mereka tahu awal mula terjadinya kehidupan. Juga tahu proses terjadinya kehidupan. Mereka bukan orang seperti saya yang percaya bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah ciptaan Tuhan.
Kemarin petang saya menerima WA dari Prof Sutiman. Saya terkejut. Menyesal. Celetukan saya soal Tuhan rupanya membuat Prof Sutiman terus berpikir. Beliau mencari terus jawaban yang tepat.
Sampai-sampai ternyata beliau menghubungi ChatGPT. Prof Sutiman mengajukan beberapa pertanyaan ke ChatGPT. Tentang Tuhan. Tentang agama. Tentang science, dan iman.
Saya sendiri belum pernah berhubungan dengan ChatGPT. Maka setelah membaca hasil dialog beliau dengan ChatGPT, saya balik bertanya: apakah beliau sudah sering menggunakan ChatGPT?
“Sesekali,” jawabnya.
“Apakah Prof percaya pada kebenaran jawaban ChatGPT?”
Beliau menjawab pakai Bahasa Jawa kromo inggil. Intinya: jawaban ChatGPT tidak selalu akurat. Apalagi di soal yang tidak terlalu banyak dibicarakan di internet.
Sangat menarik bagaimana ChatGPT menjawab pertanyaan-pertanyaan Prof Sutiman.
Maka inilah kutipan lengkap dialog Prof Sutiman dengan ChatGPT. Apa adanya:
AGAMA PILIHAN CHATGPT.
You said:
Dari semua ajaran agama di dunia, coba kamu pikirkan mana yang paling rasional, tanpa bias pendapat manusia!
ChatGPT said:
Pertanyaan tentang agama mana yang paling rasional sulit dijawab secara objektif karena konsep rasionalitas dalam konteks agama sangat bergantung pada perspektif masing-masing individu dan kerangka logika yang mereka gunakan. Setiap agama besar di dunia memiliki unsur kepercayaan, yang dalam beberapa hal melampaui batas-batas rasionalitas, terutama dalam hal metafisika dan konsep ketuhanan. Namun, beberapa poin berikut bisa menjadi dasar analisis:
Islam: Dalam tradisi Islam, rasionalitas dan akal mendapat tempat penting. Islam mendorong pengikutnya untuk memanfaatkan akal dan logika dalam memahami alam semesta, yang dianggap sebagai tanda-tanda kebesaran Tuhan (ayat kauniyah). Banyak filsuf Muslim, seperti Al-Ghazali dan Ibnu Sina, yang mencoba menyintesiskan ajaran agama dengan filsafat rasional Yunani. Alquran juga mengajak manusia untuk berpikir dan merenung tentang ciptaan-Nya.
Kristen: Dalam teologi Kristen, iman sering kali dilihat sebagai pelengkap rasionalitas. Rasionalitas memiliki peran penting dalam sejarah Kristen, terutama dalam scholasticism dengan tokoh-tokoh seperti Thomas Aquinas yang mencoba mensistematisasikan kepercayaan dengan logika Aristotelian. Namun, beberapa ajaran, seperti konsep Trinitas, terkadang dianggap sulit dijelaskan secara logis.
Yudaisme: Yudaisme klasik juga menekankan penggunaan akal dalam memahami hukum-hukum Tuhan. Kaum Yahudi sering terlibat dalam studi Talmud yang merupakan analisis mendalam dan kritis terhadap teks-teks agama mereka, dengan perdebatan yang mempertimbangkan berbagai perspektif.
Hinduisme: Hindu memiliki aspek yang sangat beragam, dari yang sangat ritualistik hingga yang sangat filosofis. Aliran-aliran seperti Vedanta dan Samkhya menekankan logika dan metafisika dalam memahami realitas. Namun, sebagian besar praktik Hindu berakar pada tradisi dan ritual yang tidak selalu bersifat rasional dalam pengertian logika Barat.
Buddhism: Ajaran Buddha sering kali dianggap rasional karena berfokus pada pengalaman langsung dan metode logika, seperti dalam Abhidhamma dan ajaran tentang sebab-akibat (Pratītyasamutpāda). Buddhisme juga menekankan pentingnya introspeksi dan meditasi dalam memahami realitas dan pikiran.
Agnostisisme dan Ateisme: Meskipun tidak termasuk agama, posisi agnostik dan ateistik sering kali didasarkan pada rasionalitas dan skeptisisme terhadap klaim-klaim agama. Para agnostik mengakui keterbatasan akal dalam memahami kebenaran mutlak tentang Tuhan, sementara ateisme cenderung menolak klaim supranatural jika tidak dapat dibuktikan secara ilmiah.
Dari sudut pandang murni rasionalitas, Buddhism sering dianggap sebagai salah satu ajaran yang lebih dekat dengan pendekatan rasional karena menekankan pengalaman pribadi, verifikasi empiris melalui meditasi, dan ajaran sebab-akibat yang mendasari hukum karma. Namun, Islam juga memiliki tradisi yang sangat kuat dalam penggunaan akal dan logika dalam memahami alam semesta dan menekankan hubungan yang harmonis antara iman dan rasio.
Namun, perlu dicatat bahwa setiap agama memiliki unsur kepercayaan yang melampaui logika manusia biasa, dan rasionalitas bukanlah satu-satunya cara menilai kebenaran agama. Pandangan ini sangat subjektif dan dipengaruhi oleh kerangka berpikir masing-masing individu.
*You said:
*Kalau diperbandingkan antara Buddhism dan Islam, mana yang lebih rasional dan lebih mampu untuk menjawab tantangan dunia modern? Berikan jawaban secara murni AI, tanpa bias pendapat manusia selama ini!*
ChatGPT said:
Jika kita mencoba mendekati perbandingan ini secara rasional dan tanpa bias dari pendapat manusia, baik Buddhism maupun Islam memiliki elemen-elemen yang dapat dinilai dari perspektif rasionalitas dan relevansinya dalam menjawab tantangan dunia modern.
Buddhism
Rasionalitas: Buddhism, terutama dalam ajaran Theravada, menekankan pengalaman langsung dan introspeksi melalui meditasi, dengan fokus pada analisis pengalaman batin dan fenomena dunia. Prinsip-prinsip seperti Pratītyasamutpāda (sebab-akibat) dan konsep Anatta (ketiadaan diri yang tetap) adalah bentuk pemahaman realitas yang sangat dekat dengan metode ilmiah, karena mendasarkan diri pada observasi empiris atas kesementaraan dan keterkaitan segala sesuatu. Ajarannya tidak mengharuskan keyakinan pada entitas supranatural, dan justru mendorong verifikasi melalui pengalaman pribadi, menjadikannya tampak sangat rasional.
Tantangan Modern: Buddhism menawarkan solusi yang pragmatis dan etis untuk menghadapi masalah kehidupan modern, seperti stres, ketidakpuasan, dan kecemasan, melalui meditasi dan latihan mindfulness. Dalam konteks globalisasi, pluralisme, dan keberlanjutan lingkungan, prinsip non-kekerasan (Ahimsa), keseimbangan batin, dan hidup sederhana bisa sangat relevan. Namun, Buddhism tidak secara langsung mengatur masalah ekonomi, politik, atau teknologi yang menjadi tantangan modern.
Islam
Rasionalitas: Dalam Islam, terutama melalui tradisi filsafat dan pemikiran rasionalis seperti dalam pemikiran Ibnu Sina dan Al-Ghazali, ada upaya yang sistematis untuk menjembatani antara wahyu dan akal. Al-Qur’an sendiri sering kali mengajak manusia untuk merenungkan tanda-tanda alam dan menggunakan akal dalam memahami kebesaran Tuhan (seperti dalam ayat-ayat yang mengajak manusia berpikir tentang penciptaan alam semesta). Islam juga memiliki pendekatan hukum yang menyeluruh dalam bidang sosial, politik, ekonomi, yang semuanya dirancang untuk menciptakan masyarakat yang adil dan seimbang. Rasionalitas Islam melibatkan keseimbangan antara logika dan iman.
Tantangan Modern: Islam memberikan panduan komprehensif yang mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk hukum (syariah), etika ekonomi, dan aturan sosial. Prinsip-prinsip seperti keadilan sosial, pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan, dan perlindungan terhadap hak asasi manusia membuat Islam relevan dalam menghadapi masalah ketidakadilan sosial, kemiskinan, korupsi, dan isu-isu lingkungan. Tantangan global terkait perdamaian, kemiskinan, dan ketimpangan ekonomi juga dijawab oleh sistem keuangan Islam yang berbasis pada keadilan (seperti larangan riba).
Perbandingan dalam Rasionalitas dan Relevansi Modern
Rasionalitas: Buddhism mungkin lebih dekat dengan pendekatan empiris dan introspektif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang eksistensi dan kehidupan batin, serta menggunakan metode yang lebih mirip dengan ilmiah. Ini membuatnya tampak lebih rasional dalam konteks memahami realitas batin dan mental.
Relevansi dalam Menjawab Tantangan Dunia Modern: Islam memiliki cakupan yang lebih luas dalam memberikan solusi terhadap masalah dunia modern, terutama dalam hal politik, ekonomi, sosial, dan keadilan lingkungan. Panduan yang komprehensif dalam Islam menjadikannya lebih relevan dalam mengatasi tantangan-tantangan global yang kompleks, seperti ketidakadilan sosial, kesenjangan ekonomi, dan krisis lingkungan.
Kesimpulan AI:
Buddhism lebih rasional dalam konteks individual dan spiritual, menawarkan pendekatan yang logis dan empiris terhadap realitas batin serta etika personal yang kuat, namun tidak mencakup secara mendalam masalah ekonomi, politik, atau sosial yang kompleks.
Islam, di sisi lain, menawarkan pendekatan yang lebih holistik dan komprehensif dalam menjawab tantangan dunia modern melalui panduan sosial, politik, dan ekonomi, meskipun pendekatan rasionalnya seringkali disertai dengan kepercayaan pada unsur supranatural.
Jadi, dalam hal rasionalitas individual dan spiritual, Buddhism mungkin lebih unggul, sementara dalam hal menjawab tantangan global modern, Islam lebih komprehensif dan relevan.
You said:
Mana satu agama yang paling rasional secara individual dan spiritual dan pada saat yang sama sekaligus menjawab tantangan global modern. Satu agama saja yang nilainya secara total paling tinggi.
ChatGPT said:
Jika harus memilih satu agama yang dianggap paling rasional secara individual dan spiritual serta paling mampu menjawab tantangan global modern, maka pilihan yang lebih seimbang adalah Islam. Berikut alasannya:
1. Rasionalitas Individual dan Spiritual:
Islam menekankan keseimbangan antara iman (kepercayaan) dan akal (rasionalitas). Dalam ajaran Islam, manusia didorong untuk menggunakan akal dalam memahami tanda-tanda Tuhan di alam semesta (ayat kauniyah) dan merenungkan makna keberadaan. Al-Qur’an banyak mengajak manusia untuk berpikir, mengobservasi, dan merenungkan penciptaan alam semesta, yang mendukung pendekatan rasional dalam kehidupan spiritual. Pada tingkat individu, ibadah seperti salat, puasa, dan zakat bukan hanya ritual kosong, tetapi dimaksudkan untuk membangun keseimbangan emosional dan spiritual, serta kedisiplinan diri. Konsep Tauhid (keesaan Tuhan) memberikan dasar spiritual yang sederhana, logis, dan konsisten.
2. Menjawab Tantangan Global Modern:
Islam secara unik memberikan panduan komprehensif yang mencakup etika sosial, ekonomi, politik, dan lingkungan, yang semuanya relevan dengan tantangan modern. Misalnya:
Ekonomi: Sistem keuangan Islam yang melarang riba (bunga) dan mendorong transaksi yang adil serta berbasis pada nilai etis telah diakui sebagai solusi untuk menciptakan sistem ekonomi yang lebih berkelanjutan dan stabil.
Sosial: Prinsip keadilan sosial dalam Islam menekankan pentingnya kesetaraan, penghapusan kemiskinan, dan perlindungan terhadap yang lemah.
Lingkungan: Islam juga memberikan panduan tentang perlindungan lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, sebuah isu yang sangat relevan di tengah krisis lingkungan global saat ini.
Politik dan Perdamaian: Islam menekankan keadilan dalam sistem pemerintahan dan mengajarkan prinsip-prinsip damai dalam menyelesaikan konflik, yang relevan dengan upaya menciptakan stabilitas dan perdamaian global.
3. Fleksibilitas untuk Beradaptasi dengan Modernitas:
Islam memiliki kapasitas untuk beradaptasi dengan konteks modern tanpa mengorbankan prinsip-prinsip dasarnya. Sejarah peradaban Islam menunjukkan bahwa sains, filsafat, dan teknologi dapat berkembang pesat dalam masyarakat Islam selama berabad-abad. Hal ini menunjukkan bahwa Islam memiliki fondasi yang kuat untuk menjawab tantangan modernisasi dan globalisasi dengan tetap mempertahankan integritas spiritualnya.
Kesimpulan AI:
Islam menawarkan keseimbangan terbaik antara rasionalitas spiritual-individual dan kapasitas untuk menjawab tantangan global modern. Pandangan holistiknya, yang mencakup semua aspek kehidupan manusia—baik spiritual, sosial, ekonomi, maupun lingkungan—menjadikannya pilihan yang paling komprehensif untuk dunia kontemporer.(Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Disway Edisi 24 September 2024: Berani Mati
djokoLodang
-o– Seorang pejabat pemerintah mendatangi seorang peternak kambing dan bertanya kepadanya apa yang diberikannya kepada kambing-kambingnya. Peternak itu menjawab: “Oh, kambing saya? Saya hanya memberi mereka makanan sisa yang saya punya”. Pejabat itu terkejut, katanya “Tuan, itu kekejaman terhadap hewan! Saya harus mendenda Anda 10 juta rupiah!” Keesokan harinya, pejabat lain datang dan bertanya kepadanya apa yang diberikannya kepada kambing-kambingya. Peternak itu menjawab: “Oh, kambing saya? Hanya produk-produk terbaik, Tuan! Udang, keju, dan salad pilihan!” Petugas itu terkejut, katanya “Tuan, makanan itu terlalu mahal untuk mereka, sementara masih banyak rakyat yang miskin. Anda berlebihan! Saya harus mendenda Anda 10-juta!” Hari ketiga, pejabat lainnya lagi mendatangi peternak itu lagi dan bertanya apa yang diberikannya kepada kambing-kambignya. Peternak itu menjawab: “Oh, kambing saya? Biarlah Bapak saja yang memberi makanan yang cocok bagi mereka. Berapa yang Bapak perlukan?” –koJo.-
Dasar Goblik
Pak herry meningatkan saya pada perusuh senior bernama Paul Ivan..Apapun tulisan pak Dahlan.Komentarnya akan selalu sama.Bertahun tahun pula..”Jokowi adalah kita.Bersih merakyat kerja nyata”..Kemanakah anda Paul Ivan..Apakah anda seperti Juve Zhang?Pecinta berani mati.Berubah menjadi pembenci garis keras?Saya hanya mau ingatkan.Hidup kita harus seperti Lilin.Kaku saat tak nyala.Mencair saat bekerja.Dan terangnya menghalau kegelapan.
Mbah Mars
MERASA MUDA Bolkin sedang antri di klinik gigi. Baru sekali ini ia periksa di klinik tersebut. Ia duduk di ruang tunggu pasien. Tiba-tiba ia membaca nama “drg. Jamilah” di pintu sebuah ruang. Tiba-tiba ia ingat nama yg sama. Seorang teman SMA yg cantik. Dulu Bolkin naksir berat padanya. “Mungkinkah, drg. Jamilah itu teman SMAku ?”, batin Bolkin. Begitu masuk ruangan periksa dan ketemu drg. Jamilah Bolkin membatin lagi, “Ah, saya salah. Tidak mungkin ini Jamilah. Tua dan jelek. Bukan dia” Setelah sessi pemeriksaan gigi selesai, Bolkin iseng bertanya: “Apakah dokter pernah sekolah di SMA 1 Muransu ?” “Ya. Ya, saya pernah sekolah disitu.” jawab dokter dengan bangga. “Kapan dokter lulus?” “Tahun 1987”, jawab dokter. “Mengapa anda bertanya?” “Berarti kita tiga tahun sering bertemu. Kita satu almamater”, teriak Bolkin. Drg Jamilah menatap Bolkin lekat-lekat. Ekspresinya seperti orang yg mengingat-ingat sesuatu. “Bapak dulu ngajar apa ya ?”, tanya Bu dokter.
rian
@Liam Then Mau diwanti-wanti seperti apapun, ibu-ibu selalu bikin blunder, anak-anak juga belum paham posisi bapaknya. Sebelum blunder keluarga Kaesang, sudah terlalu banyak blunder terjadi gara-gara flexing sengaja atau tidak. Namun ya tetap saja terjadi lagi.
Jokosp Sp
Di sini kalau masih ada Pryadi Satriana pasti pembelaannya akan sangat masif sekali. Entah apakah sudah jadi Pryadi yang lain?. Dan Om@Juve juga ikut menghilang, apakah lagi sibuk jadi penyusun kabinet zanken baru?. Ini loh ada Pak Mantan Menteri di sini, masak sih gag dilirik?
Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
LANJUTAN TEORI KOMUNIKASI.. Secara teori, menghadapi serangan ‘negatif’ dan ‘brutal’ di media sosial tidak perlu sampai mengerahkan “pasukan berani mati” atau buzzer. Bisa jadi, jawaban terbaik justru pakai “jurus sarkasme tingkat dewa”—di mana kita merespons dengan humor cerdas. Menggoda tanpa melukai. Alih-alih mengadu otot dengan demo atau buzzer. Lebih baik tunjukkan bahwa kita tak tersentuh oleh serangan itu. Kadang, menertawakan situasi lebih mematikan daripada bertempur langsung. Siapa tahu, yang menyerang malah bingung.. ### Sekali lagi S/K nya: Serangannya ‘bukan fakta’.. (Kalau fakta, ya harus tanya politisi)..
alasroban
@JS Di jawa tengah ada soto yang terlewat sampeya sebut. yaitu Sroto Sokaraja. Ingat ada tambahan ”r” setelah huruf awal S. Tentu ada 2 opsi dagingnya. Sapi atau ayam. Sambelnya biasa ada 2 macam. Samble cabe dan sambel kacang. Apabila anda belum mencobanya.
Mirza Mirwan
Pity the nation that is full of beliefs and empty of religion. Pity the nation that wears a cloth it does not weave and eats a bread it does not harvest. Pity the nation that acclaims the bully as hero and that deems the glittering conqueror bountiful. Pity the nation that despises a passion in its dream, yet submits in its awakening. [ —– ] Pity the nation that welcomes its new rules with trumpeting and farewells him with hooting only to welcomes another with trumpeting again. Pity the nation whose sages are dumb with years and whose strongmen are yet in the cradle. Pity the nation divided into fragments, each fragments deeming itself a nation. (Kahlil Gibran, dari “Garden of the Prophet”) Sengaja tidak saya terjemahkan, karena (kata Robert Frost) “puisi adalah yang hilang dalam terjemahan”.
djokoLodang
-o– MANTAN PROFESOR Seorang profesor pria setengah baya mendengar ketukan di pintu kantornya di kampus. Ia membuka pintu dan mendapati seorang lelaki tua, yang dengan senyum lebar berkata: “Bolehkah saya masuk? Saya bekerja di ruangan ini tiga puluh tahun yang lalu ketika saya menjadi Guru Besar di perguruan tinggi ini.” “Tentu!” jawab sang profesor. “Silakan!” Lelaki tua itu masuk dan memeriksa ruangan itu, mengingat semuanya dengan penuh perhatian. Ia berkata, “Ruangan yang sama, ventilasi, dan jendela yang sama yang terbuka ke taman. Dan meja besar yang sama.” Ketika mendekati meja, ia melihat ada seorang gadis muda bersembunyi di bawah meja. Profesor setengah baya terkejut dan tergagap, “Jangan salah paham. Dia putriku. Dia menjatuhkan anting-antingnyi dan sedang mencarinya.” “…Dan cerita lama yang sama…” desah sang lelaki mantan Guru Besar. –koJo.-
daeng romli
Buzzer itu ibarat petani / peladang nomaden, dia merambah dan mencari lahan yg siap digarap yg dianggap subur. Jadi saat ini ladang “Jokowi” tinggal residunya saja alias sisa2. Para Buzzer siap2 merambah ke lahan “Prabowo” siapa tahu lahannya subur juga, atau justru tambah gersang….hehehehe
Liáng – βιολί ζήτα
Matahari malam. Waktu sudah menunjukkan jam 8 malam, tetapi Matahari enggan beranjak, langit begitu terang-benderang di atas kota kecil Silkeborg. Saya masih duduk sendirian di square, ditemani secangkir kopi dan sepotong sandwich. Silkeborg, kota kecil yang indah dengan banyak danau, meski jumlah danaunya kalah banyak dengan kota Vejle, tetap saja membuat saya sempat bengong, bengong dalam kekaguman di dalam nuansa keindahan alam. Itu sekian tahun yang lalu, ketika kaki pertama kali menginjak tanahnya negeri Hans Christian Andersen, sang penulis dongeng untuk anak-anak yang sangat terkenal itu. Di dalam kesendirianku, lamunan membawaku ke tanah air, teringat akan “sang matahari kurus” yang baru muncul dengan kehangatannya. “sang matahari kurus” itu begitu populer dengan kesahajaannya, blusak-blusuk yang tidak pernah kecapéan, dan kerja – kerja – kerja, yang sepertinya akan memberi harapan baru untuk kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh Rakyat Indonesia, menjadikan Indonesia negara yang maju. Ah… Matahari di atas Silkeborg, meski jam sudah berdenting menunjukan jam 9 malam, sepertinya engkau masih ingin menemaniku yang hanyut dalam “harapan yang teramat muluk” dengan pemimpin baru “sang matahari kurus” itu. Dan sepertinya ada harapan “sang matahari kurus itu akan terus terang-benderang hingga malam”. [1/2]
djokoLodang
-o– Di Jepang, orang yang datang lebih awal ke kantor memarkir kendaraannya di tempat parkir yang agak jauh dari tempat kerjanya. Maksudnya untuk memberi jalan kepada orang yang datang belakangan agar bisa sampai ke kantor tepat waktu. Ini disebut saling pengertian. –koJo.-
Mirza Mirwan
O…o.. kamu ketahuan…. eh, kok nyanyi. Kalau tebakan saya tidak salah, di Denmark, tepatnya di Silkeborg, Bung Liang mengambil program master atau doktor di Aarhus Universitet. Ya, kan?
Evo’S Zhang
#Senja# Hujan baru mulai turun. Aroma tanah bangkitkan kenangan. Kenangan masa muda. Ini sedikit bangga. Bukan congkak pasang diwajah. Garis wajah tua bukan tanda seperti wajah singa penuh bekas cakaran luka. Tua berwibawa. Sedikit egois pasti ada. Masa muda bukan tentang berapa cinta yg singgah, tapi tentang cara bertahan. Yang akan diceritakan pada anak cucu. Badai yg silih berganti. Garis pantai dan gadis gadisnya yg biasanya menikmati matahari tenggelam. Tidak ada yang lebih indah lagi.
Liáng – βιολί ζήτα
Pertengahan tahun ini, malam itu, kembali saya duduk di square-nya Silkeborg, tetapi tidak sendirian lagi, ada beberapa orang yang menemani. Juga tidak ditemani sekadar oleh secangkir kopi dan sepotong sandwich, tetapi sepiring beef steak, yang sepotong beef-nya itu 1 pound. Ah… sepertinya saya “lebih rakus” di negeri orang ketimbang di tanah air. Kutatap langit Silkeborg yang terang-benderang, Matahari yang sama seperti dahulu hadir menemaniku dengan kehangatannya. Seperti dahulu, di bawah langit Silkeborg yang masih terang-benderang di sekitaran jam 8 – jam 9 malam, pikiranku kembali melayang ke tanah air. Dan ingatanku kembali tertuju kepada “sang matahari kurus” yang tidak lama lagi akan lengser. Ah… “sang matahari kurus” itu tidak lagi seperti dahulu, sudah redup, seredup-redupnya, kalau tidak mau disebut tragis, tragis setidak-tidaknya menurut ukuran sebagian orang. Tragis karena setidak-tidaknya meninggalkan 2 “legacy” : (1). Angka tingkat pengangguran yang tetap tinggi selama 10 tahun terakhir ini. Bagaimana mungkin bisa mewujudkan kesejahteraan, jikalau rakyat tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja – untuk memiliki penghasilan. (2). Utang luar negeri yang meningkat berlipat-lipat-lipat hingga setinggi gunung. Bagaimana cara untuk melunasinya ?? Akhirnya, saya pun sadar diri… “janganlah sekali-kali berharap terlalu muluk-muluk” !! Kekecewaan bisa berwujud amarah, caci-maki, dan lain sebagainya. Dan mungkin hal itu yang sedang terjadi… [2/2].
Fiona Handoko
selamat siang bp thamrin, bung mirza, bp agus, bp liang, bp dg, bp achmad dan teman2 rusuhwan. man teman pemerhati sejarah tentu ingan akan insiden gleiwitz. dimana pada malam 31 agt 1939. serdadu jerman. berseragam polandia. “menyerang” sebuah stasiun radio jerman di gleiwitz (wilayah jerman). lengkap dengan insiden pemukulan dan pembunuhan kepada warga sipil jerman. sehari kemudian. hitler mengumumkan kepada bangsa jerman dan dunia. keputusannya untuk mengirim pasukan ke polandia sebagai balasan akan “serangan” mendadak polandia terhadap reich. pers jerman diinstruksikan untuk menghindari kata perang. mereka harus menulis bahwa pasukan jerman sekadar mematahkan “serangan” polandia. di kemudian hari, taktik seperti itu dinamakan “false flag”. apakah propaganda “pasukan berani mati” ini juga sebuah “false flag”? yntkts. (ya ndak tau, kok tanya saya)
Mirza Mirwan
“I will fully commit to the people and never fail them.” Itu adalah komitmen Xi Jinping sebagai Presiden Tiongkok dan Sekjen Partai Komunis Tiongkok. Anda yang sering, atau sesekali, mengakses portal Harian Rakyat (media resmi PKT) pasti sering membacanya, karena tertulis di bagian atas di sebelah gambar Xi Jinping. Selama 11,5 tahun masa kepresidenannya Xi Jinping membuktikan komitmennya itu. Tiongkok yang pertama kali saya lihat di pertengahan 1980-an sebagai negara pembuat peniti, paku, cangkul dan sepeda, kini sudah menjelma sebagai negara pembuat apa saja dengan teknologi terkini. Dan rakyat yang waktu itu 85% dalam kemiskinan ekstrem kini tinggal 0,7% dari populasi. Yang masuk kategori miskin memang masih sekitar 15%. Tetapi miskinnya warga Tiongkok masih lebih sejahtera ketimbang warga Anuland. Padahal di Tiongkok itu tidak ada oposisi. Dari 2977 kursi Kongres Rakyat Nasional, parlemen Tiongkok, Partai Komunis punya 2586 kursi. Sisanya kursi milik partai-partai non-PKT, seperti: CPWDP, Jiusan Society,, CDL, CAPD, CNDCA, dan beberapa partai lain. Tetapi partai non-PKT itu bukan oposisi. Dan, memang, kalau pemerintahnya baik, kebijakannya pasti juga baik. Gagasan partai non-PKT tetap diakomodir dalam suatu kebijakan bila tak bertentangan dengan gagasan PKT. Saya hanya ingin menyimpulkan bahwa koalisi gembul seperti KIM Plus (bahkan andai PDI-P juga gabung) tak jadi masalah, asalkan pemerintahnya baik, “fully commit to the people and never fail them”. Utopis? Iya, tuh.
thamrindahlan
Dalam pasukan berani mati yakin tidak ada buzer mau bergabung. Kontrak habis. Kerjaan bela beliin selesai. Buzer non job. Mau nyelusup ke komunitas perusuh tidak betah. Ora Ono duit te. Salamsalaman.