Konflik Rusia-Ukraina Datangkan Efek Positif bagi Dunia Maritim Indonesia, Kok Bisa?

No War

Ilustrasi invasi Rusia di Ukraina.

INDOPOS.CO.ID – Konflik antara Rusia dengan Ukraina, yang telah berlangsung sepekan mulai berpengaruh terhadap kenaikan harga minyak dan gas. Bahkan berpengaruh terhadap bisnis pelayaran, baik wisata maupun angkutan logistik.

Seperti dilansir dari data London Stock Exchange, harga gas naik menjadi USD1.600 per 1.000 kubik meter pada 24 Februari akibat ketegangan di kawasan negara Eropa Timur itu.

Gejolak kenaikan harga bukan hanya terjadi pada gas, tapi harga minyak di pasaran internasional di sesi perdagangan Selasa, 1 Maret 2022, juga terkerek naik di atas USD100 per barel.

Sementara pengaruh terhadap bisnis pelayaran, berdasarkan pemberitaan dimuat di beberapa media, Grup Maersk pada 24 Februari menghentikan operasional kantornya di Odessa berlokasi di pantai Laut Hitam.

Sehari kemudian menyusul perusahaan Pelayaran COSCO (China), yang menghentikan sementara aktivitas layanan ke Ukraina.

Menurut Pengamat Maritim Marcellus Hakeng Jayawibawa konflik antara Rusia dan Ukraina bila, berujung pada terjadinya penutupan jalur pipanisasi minyak dan gas menuju negara-negara Uni Eropa seperti dua sisi mata uang.

Sanksi ekonomi kepada Rusia yang menyebabkan kegiatan ekspor Batubara Rusia menjadi terhambat. Hal itu sebetulnya dapat memberi efek positif bagi dunia maritim dan pelaut Indonesia.

“Terlepas dari kita tidak mendukung sama sekali adanya perang di dunia ini, perang antara Rusia dan Ukraina ini dapat memberi dampak positif bagi dunia kemaritiman Indonesia,” kata Marcellus melalui gawai, Jakarta, Kamis (3/3/2022).

Imbas positif yang dirasakan termasuk bagi para pelaut Indonesia, karena naiknya kebutuhan distribusi BBM, Gas dan Batubara ke Eropa serta China yang akan menggunakan Kapal, berpotensi meningkatkan kebutuhan pelaut.

“Maka akan berimbas peningkatan kebutuhan pelaut yang akan bekerja di atas Kapal dimana tentunya Pelaut Indonesia bisa bekerja di atasnya,” ujar Marcellus.

Penutupan jalur pipa gas itu di satu sisi dapat dimanfaatkan oleh negara Indonesia, dengan menjadi pemasok kebutuhan gas pengganti.

“Pastinya akan ada kebutuhan pengganti dari kebutuhan gas yang dipasok oleh Rusia ke negara Uni Eropa,” ucapnya.

Setidaknya 30 persen total kebutuhan Gas Uni Eropa dipenuhi dari Rusia, yang pengirimannya dilakukan melalui jalur pipa. Terganggunya pasokan batubara dari Rusia untuk China akan berdampak besar, terlebih setelah sanksi ekonomi diberikan oleh Amerika dan sekutunya.

“Di sini Kita bisa berperan dalam distribusi Crude Oil, Batu bara ataupun LNG. Jadi, harusnya kita bersiap, baik dari sisi komoditasnya maupun kapal-kapal pengangkutannya,” tuturnya.(dan)

Exit mobile version