Australia Ikut Langkah Inggris Jatuhkan Sanksi kepada Pemilik Chelsea

rusia

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken (kiri) dan Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne pada konferensi pers bersama pertemuan Empat Menteri Luar Negeri di Melbourne pada 11 Februari 2022. Foto: Getty Images via rt.com

INDOPOS.CO.ID – Australia mengikuti langkah Inggris, menjatuhkan sanksi pada tiga puluhan orang Rusia yang dikatakan sangat penting bagi Moskow.

Daftar milarder tersebut termasuk pemilik Chelsea FC Roman Abramovich, serta bankir terkemuka dan CEO perusahaan energi.

“Tindakan hukuman baru menargetkan orang-orang yang telah mengumpulkan kekayaan pribadi yang besar dan memiliki arti ekonomi dan strategis bagi Rusia, termasuk sebagai akibat dari koneksi mereka dengan Presiden Rusia Vladimir Putin,” kata Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne, Senin (14/3/2022) seperti dilansir rt.com.

Selain Abramovich, daftar hitam tersebut menampilkan CEO raksasa energi Rusia Gazprom Alexey Miller, CEO Rossiya Bank Dmitri Lebedev, kepala perusahaan teknologi dan pertahanan milik negara Rusia Rostec Sergey Chemezov dan CEO Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF) Kirill Dmitriev. RDIF berada di balik produksi vaksin Sputnik V Covid-19 dan distribusinya ke luar negeri.

Canberra mengatakan bahwa pihaknya, bersama dengan negara-negara barat lainnya, telah memberlakukan “lebih dari 460 sanksi” terhadap individu dan perusahaan Rusia sejak dimulainya serangan Moskow di Ukraina pada 24 Februari.

“Kami akan terus berkoordinasi erat dengan mitra kami untuk mengenakan biaya tinggi pada Rusia atas tindakannya,” tuturnya.

Moskow menyerang tetangganya 24 Februari, menyusul kebuntuan tujuh tahun atas kegagalan Ukraina untuk menerapkan ketentuan perjanjian Minsk, dan akhirnya pengakuan Rusia atas Republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.

Protokol yang ditengahi Jerman dan Prancis telah dirancang untuk mengatur status wilayah-wilayah tersebut di dalam negara Ukraina.

Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin Amerika Serikat (AS).

Sementara itu Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa. (dam)

Exit mobile version