Kremlin Klarifikasi Strategi Pasukan Rusia di Ukraina

Kremlin Dmitry Peskov

Juru Bicara Kremlin Dmitry Preskov. Foto: tass.com

INDOPOS.CO.ID – Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengklaim, Presiden Rusia Vladimir Putin pada awal serangan militer di Ukraina memerintahkan angkatan bersenjata untuk menahan diri dari serangan langsung di kota-kota negara itu, termasuk Kiev, untuk mencegah kerugian besar di antara penduduk sipil.

“Perencanaan operasi militer di Ukraina mempertimbangkan strategi formasi nasionalis bersenjata yang diduga menyebarkan senjata di daerah pemukiman padat penduduk,” kata Preskov seperti dilansir rt.com, Selasa (15/3/2022).

Dia membantah tuduhan pihak berwenang Ukraina tentang penembakan sembarangan di kota-kota. Dia menekankan militer Rusia bekerja dengan senjata presisi tinggi modern, hanya mengenai fasilitas infrastruktur militer dan informasi.

“Pada awal operasi, Presiden Rusia memang menginstruksikan Kementerian Pertahanan untuk menahan diri dari serangan langsung terhadap pemukiman besar, termasuk Kyiv, karena formasi nasionalis bersenjata melengkapi titik tembak, mengerahkan peralatan militer berat tepat di daerah pemukiman; dan pertempuran di daerah berpenduduk padat pasti akan menyebabkan kerugian besar di antara warga sipil,” kata Peskov.

Sekretaris pers Putin mengungkapkan Kementerian Pertahanan Rusia tidak mengesampingkan  kemungkinan menempati pemukiman besar yang sekarang hampir terkepung  di bawah kendali penuhnya  untuk memastikan keamanan maksimum bagi penduduk sipil.

Dia membantah laporan media Barat, yang juga dibantah oleh Beijing, Moskow diduga meminta bantuan militer dari China.

“Rusia memiliki potensi untuk melakukan operasi di Ukraina, bahwa operasi tersebut berjalan sesuai rencana dan akan diselesaikan pada waktunya dan secara penuh,” kata Preskov.

Namun Preskov tidak menjelaskan kapan tepatnya operasi itu akan berakhir. Dia menjelaskan informasi seperti itu tidak diungkapkan.

Moskow menyerang Ukraina sejak 24 Februari, menyusul kebuntuan tujuh tahun atas kegagalan Ukraina untuk menerapkan ketentuan perjanjian Minsk, dan akhirnya pengakuan Rusia atas Republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.

Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin Amerika Serikat (AS).

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik yang diakui Rusia tersebut dengan paksa.(dam)

Exit mobile version