PBB Perkirakan Jumlah Pengungsi Ukraina Mencapai Lima Juta Jiwa

Pengungsi

Pengungsi dari Ukraina beristirahat di sebuah tempat penampungan sementara di Przemysl, Polandia, pada 8 Maret 2022. Foto: Getty Images via rt.com

INDOPOS.CO.ID – Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Filippo Grandi mengatakan bahwa lebih dari 5 juta orang Ukraina telah mengungsi di tengah serangan Rusia di Ukraina.

Ia menyebutkan, kondisi tersebut sebagai krisis kemanusiaan terburuk di Eropa sejak Perang Dunia II.

“Kami memproyeksikan skenario terburuk. Ada lebih dari lima juta orang di Ukraina, 10 persen-15 persen dari populasi, yang telah dipaksa keluar dari rumah mereka. Dari jumlah tersebut, lebih dari setengahnya sudah berada di luar negeri. Akan ada tiga juta lebih dalam beberapa hari ini juga keluar dari Ukraina,” kata komisaris tinggi dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Italia Corriere della Sera, seperti dikutip rt.com, Selasa (15/3/2022).

Menurut Grandi, lebih dari 2 juta orang saat ini bergerak ke arah Barat, terpaksa meninggalkan rumah mereka karena ketakutan akan keselamatan mereka. Dan hampir sepertiga dari 40 juta penduduk Ukraina berada dalam situasi putus asa karena invasi Rusia.

“Hal yang paling mencengangkan adalah kondisi ini terjadi hanya dalam waktu dua minggu, bukan lima tahun,” tambahnya.

Menurut Grandi, ini adalah krisis pengungsi terburuk di Eropa sejak Perang Dunia II, dan bahkan situasi Perang Balkan, yang berkembang selama delapan tahun, tidak terlalu parah.

Dia menggambarkan situasi yang dia saksikan di perbatasan Moldova, dia melihat keluarga-keluarga terpisah dan orang-orang kembali berperang.

Berbicara tentang penanganan krisis oleh PBB, Grandi mengatakan perwakilan PBB akan tinggal di Ukraina selama mungkin.

“Beruntung bahwa Ukraina memiliki begitu banyak koneksi di Eropa, di mana terdapat komunitas besar dan mapan,” ujarnya.

Ia menambahkan, bagaimanapun penting untuk melacak perkembangan situasi pergerakan pengungsi.

Moskow menyerang tetangganya pada sejak 24 Februari, menyusul kebuntuan tujuh tahun atas kegagalan Ukraina untuk menerapkan ketentuan perjanjian Minsk. Sehingga pada akhirnya pengakuan Rusia atas Republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.

Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan NATO.

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.(dam)

Exit mobile version