Jerman Tidak Setuju Tentara NATO Dikirim ke Ukraina

NATO

Pertemuan luar biasa para Menteri Pertahanan NATO, 16 Maret 2022. Foto: rt.com

INDOPOS.CO.ID – Juru Bicara Pemerintah Jerman Steffen Hebestreit mengatakan mengirim militer NATO ke Ukraina untuk tujuan apa pun harus menjadi “garis merah.”

Hal itu disampaikan Hebestreit menanggapi seruan Polandia pada hari Selasa untuk  misi penjaga perdamaian  NATO ke Ukraina di tengah serangan militer Rusia yang sedang berlangsung.

Pejabat Jerman itu mengatakan akan sangat sulit membedakan antara apa yang akan dianggap sebagai operasi bantuan kemanusiaan dan apa yang akan dilihat sebagai misi militer.

“Tidak ada personel NATO, tidak ada tentara NATO yang dikirim ke luar NATO ke Ukraina, itu jelas ,” tegas Hebestreit, seperti dilansir rt.com, Kamis (17/3/2022).

Ia menambahkan ada posisi yang disepakati jelas dan pasti  tentang masalah ini di dalam pemerintah Jerman, Prancis, dan Amerika.

Beberapa pejabat dari negara-negara NATO sebelumnya juga menyatakan skeptisisme atas gagasan Wakil Perdana Menteri Polandia Jaroslaw Kaczynski untuk mengirim misi penjaga perdamaian NATO.

Kaczynski mengajukan proposal ini setelah kunjungannya ke Kiev dengan Perdana Menteri Polandia, Slovenia, dan Republik Ceko.

Perwakilan Belanda dan Luksemburg, yang tiba pada pertemuan darurat NATO di Brussels pada Rabu (16/3), menyatakan ketidaksetujuan mereka sepenuhnya dengan gagasan tersebut. Sementara menteri pertahanan Estonia Kalle Laanet mengatakan dia siap untuk membahas proposal tersebut.

Perwakilan dari Inggris dan Kanada mengatakan saran itu dibahas di Brussel pada Rabu (16/3) tetapi memilih untuk tidak merinci sikapnya.

Blok Jerman, Belanda dan Luksemburg secara konsisten menolak untuk terlibat langsung dalam konflik di Ukraina, meskipun banyak permintaan oleh Presiden Volodymyr Zelensky untuk mendirikan zona larangan terbang di atas negara tersebut.

Aliansi tersebut menjelaskan mereka tidak akan melakukannya karena itu akan mengarah pada konfrontasi langsung dengan Rusia.

Moskow menyerang Ukraina sejak 24 Februari, menyusul kebuntuan tujuh tahun atas kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk. Pada akhirnya Rusia mengakui keberasaan Republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.

Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik tersebut dengan paksa. (dam)

Exit mobile version