Presiden Belarusia Yakin Operasi Militer Rusia akan Berakhir dengan Damai

alexander

Presiden Belarusia Alexander Lukashenko. Foto: Ist

INDOPOS.CO.ID – Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan bahwa Kiev diberikan persyaratan yang dapat diterima.

Ia berpendapat Ukraina pada akhirnya harus menyerah di hadapan Rusia kecuali menerima persyaratan yang diajukan oleh Moskow.

“Saya yakin bahwa, dalam waktu dekat, konflik ini, operasi [militer] Rusia akan berakhir dengan perdamaian,” kata Lukashenko dalam sebuah wawancara dengan Tokyo Broadcasting System (TBS) Jepang seperti dikutip rt.com, Jumat (18/3/2022).

Lukashenko mengungkapkan pemikirannya tentang kesepakatan yang telah diusulkan oleh Presiden Vladimir Putin kepada mitranya dari Ukraina, Volodymyr Zelenskyy.

“Saya tahu dengan sangat pasti bahwa Putin menawarkan Zelensky sebuah perjanjian yang benar-benar dapat diterima. Hari ini masih mungkin bagi Rusia dan Ukraina untuk mencapai kesepakatan, dan bagi Zelensky untuk menandatanganinya,” kata Lukashenko.

Lukashenko berpendapat, bagaimanapun, jika Zelensky menolak kesepakatan itu, maka setelah beberapa waktu dia harus menandatangani kapitulasi.

“Rusia tidak akan kalah dalam perang ini,” ujarnya.

Perunding Rusia dan Ukraina telah mengadakan beberapa putaran pembicaraan di Belarusia sebelum beralih ke diskusi melalui tautan video.

Pasukan Rusia telah menggunakan wilayah Belarusia untuk maju ke ibu kota Ukraina, Kiev, tetapi Lukashenko membantah bahwa tentaranya berpartisipasi dalam kampanye tersebut.

Pada hari Kamis (17/3/2022), ia mengklaim bahwa setidaknya dua rudal balistik diluncurkan dari Ukraina ke Belarus.

“Jika Ukraina melanjutkan eskalasinya ke Belarus, kami akan merespons,” kata Lukashenko.

Rusia melakukan invasi ke Ukraina menyusul kebuntuan selama tujuh tahun atas kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan syarat-syarat perjanjian Minsk. Pada akhirnya Rusia mengakui keberadaan Republik Donbass dengan ibu kota di Donetsk dan Lugansk.

Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan telah membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa. (dam)

Exit mobile version