Menlu Turki: Ukraina dan Rusia Hampir Sepakat Mengenai Isu-Isu Kritis

Pertemuan Menlu Turki

Pertemuan Menlu Tripartit Rusia-Turki-Ukraina di Antalya pada 10 Maret 2022. (rt.com)

INDOPOS.CO.ID – Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan Ukraina dan Rusia hampir mencapai kesepakatan mengenai isu-isu “kritis” dan bahwa Ankara yakin gencatan senjata mungkin dilakukan asalkan tidak ada pihak yang memutuskan untuk mundur.

Dalam sebuah wawancara dengan harian Istanbul Hurriyet, pada hari Minggu, Cavusoglu, mengatakan bahwa telah terjadi “penyesuaian posisi kedua belah pihak pada subjek penting, subjek kritis.”

“Kami dapat mengatakan kami berharap untuk gencatan senjata jika pihak tidak mengambil langkah mundur dari posisi saat ini,” tambahnya, tanpa memberikan rincian lebih lanjut, seperti dilansir rt.com, Senin (21/3/2022).

Juru Bicara Kepresidenan Turki Ibrahim Kalin mengatakan kepada Al Jazeera, bagaimanapun, bahwa Moskow dan Kiev dekat dalam empat masalah utama, seperti tidak bergabung dengan NATO, demiliterisasi dan “denazifikasi” negara itu, dan perlindungan bahasa Rusia.

Kalin mengatakan gencatan senjata permanen harus dilakukan melalui pertemuan langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan timpalannya dari Ukraina Volodymyr Zelensky.

Pembantu Presiden Ukraina Mikhail Podolyak mengatakan pada hari Kamis bahwa Zelensky dapat bertemu Putin “dalam beberapa minggu mendatang” tetapi hanya jika perjanjian damai sudah siap.

Beberapa putaran pembicaraan antara delegasi Rusia dan Ukraina di Belarusia gagal menghasilkan terobosan, tetapi mengarah pada kerja sama dalam mengorganisir koridor kemanusiaan untuk evakuasi warga sipil.

Pekan lalu, Financial Times melaporkan bahwa kemajuan “signifikan” telah dibuat dalam pembicaraan dan bahwa rencana 15 poin telah disusun. Namun, laporan itu dibantah oleh Moskow dan Kiev.

Moskow menyerang Ukraina pada tanggal 24 Februari, menyusul kebuntuan tujuh tahun atas kegagalan Ukraina untuk menerapkan ketentuan perjanjian Minsk, dan akhirnya Rusia mengakui keberadaan Republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.

Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Sementara Kiev bersikeras bahwa serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan telah membantah tuduhan bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali dua wilayah yang memisahkan diri dengan paksa. (dam)

Exit mobile version