Anggota NATO Minta China Tidak Dukung Invasi Rusia ke Ukraina

NATO

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg memberikan konferensi pers setelah KTT Luar Biasa Kepala Negara dan Pemerintah NATO di Brussels, Belgia pada 24 Maret 2022.

INDOPOS.CO.ID – Anggota NATO meminta China untuk menahan diri dan tidak mendukung upaya perang Rusia di Ukraina. Blok militer pimpinan AS itu juga mengingatkan Beijing agar tidak mencoba membantu Moskow menghindari sanksi Barat.

Dalam pertemuan puncak yang luar biasa di Brussel, NATO mengeluarkan pernyataan peringatan ke Beijing dan kritik tajam terhadap Moskow.

“Kami menyerukan kepada semua negara, termasuk Republik Rakyat Tiongkok (RRC), untuk tidak mendukung upaya perang Rusia dengan cara apa pun, dan menahan diri dari tindakan apa pun yang membantu Rusia menghindari sanksi,” bunyi pernyataan NATO, seperti dilansir rt.com, Jumat (25/3/2022).

NATO selanjutnya mengungkapkan keprihatinan atas komentar publik baru-baru ini oleh pejabat RRC. NATO mendesak China untuk berhenti memperkuat narasi palsu Kremlin, khususnya tentang perang dan NATO.

“Kampanye militer Kremlin di Ukraina menimbulkan ancaman paling parah bagi keamanan Euro-Atlantik dalam beberapa dasawarsa, ” kata para pemimpin NATO.

NATO juga menyerukan kepada Presiden Vladimir Putin untuk segera menghentikan perang ini dan menarik pasukan militer dari Ukraina, serta untuk memungkinkan akses kemanusiaan yang cepat, aman, dan tanpa hambatan serta perjalanan yang aman bagi warga sipil.

Resolusi yang diusulkan oleh Rusia di Dewan Keamanan PBB pada hari Rabu menyerukan gencatan senjata di Ukraina untuk memfasilitasi warga sipil meninggalkan daerah-daerah yang paling parah terkena dampak pertempuran. Namun, dokumen itu tidak diadopsi karena hanya Rusia dan China yang memilihnya, sementara 13 anggota Dewan Keamanan lainnya abstain.

Dalam pernyataannya, NATO menuduh pasukan Rusia melakukan serangan menghancurkan terhadap warga sipil, termasuk wanita, anak-anak. Namun hal ini dibantah keras oleh Moskow.

Aliansi militer juga memperingatkan mereka yang melakukan pelanggaran hukum humaniter dan internasional, termasuk kejahatan perang akan dimintai pertanggungjawaban.

Selain itu, para pemimpin NATO membuat janji untuk melawan kebohongan Rusia tentang serangannya terhadap Ukraina dan mengungkap narasi palsu.

Paragraf penutup dari pernyataan tersebut dikhususkan untuk langkah-langkah yang telah diambil NATO selama sebulan terakhir, dan yang rencananya akan diterapkan dalam waktu dekat.

Pada 24 Februari, Presiden Vladimir Putin mengumumkan dimulainya kampanye militer di Ukraina, yang didahului oleh keputusan Rusia untuk mengakui dua republik Donbass.

Menurut Kremlin, keengganan Ukraina untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk yang menyebabkan terjadinya eskalasi. Kesepakatan yang ditengahi pada tahun 2015 oleh Jerman dan Prancis dimaksudkan untuk mengatur status wilayah yang memisahkan diri di Ukraina.

Salah satu tujuan Moskow dalam konflik saat ini adalah jaminan tegas bahwa Ukraina akan menjadi negara netral, dan tidak akan bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Kiev dan sekutu Baratnya, pada gilirannya, mengabaikan semua hal di atas hanya sebagai dalih untuk melancarkan agresi tanpa alasan terhadap negara berdaulat. (dam)

Exit mobile version