Kremlin Tuding AS Tidak Mengerti Cara Kerja Rusia

Vladimir Putin

Presiden Rusia Vladimir Putin. Foto: rt.com

INDOPOS.CO.ID – Kremlin mengatakan klaim Presiden Vladimir Putin yang disesatkan oleh militernya sendiri hanya membuktikan betapa sedikit yang benar-benar diketahui Amerika Serikat (AS) tentang Rusia.

Tanggapan itu muncul setelah Gedung Putih dan Pentagon menyatakan para pejabat Rusia takut untuk mengatakan yang sebenarnya kepada Putin tentang kinerja Angkatan Darat Rusia di Ukraina.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan dia kecewa dengan klaim para penasihat telah menyesatkan presiden.

“Ternyata, baik Departemen Luar Negeri maupun Pentagon tidak memiliki informasi sebenarnya tentang apa yang terjadi di Kremlin. Mereka sama sekali tidak memahami Presiden Putin, tidak memahami mekanisme pengambilan keputusan, dan tidak memahami pekerjaan yang kami lakukan,” katanya seperti dilansir rt.com, Jumat (1/4/2022).

“Ini tidak hanya disesalkan, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran karena kurangnya pemahaman seperti itu mengarah pada keputusan yang salah dan terburu-buru dengan konsekuensi yang buruk,” tambahnya.

Komentar itu muncul setelah juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan kepada wartawan pada hari Rabu bahwa Putin belum sepenuhnya diberitahu oleh Kementerian Pertahanannya di setiap kesempatan selama bulan lalu. Dia mengatakan informasi tersebut telah dikumpulkan melalui intelijen.

Klaim serupa dibuat oleh Direktur Komunikasi Gedung Putih Kate Bedingfield.

“Kami memiliki informasi Putin merasa disesatkan oleh militer Rusia, yang telah mengakibatkan ketegangan terus-menerus antara Putin dan kepemimpinan militernya,” katanya dalam konferensi pers.

Bedingfield juga menyatakan bahwa para penasihat terlalu takut untuk mengatakan yang sebenarnya.

Mengomentari kampanye Rusia di Ukraina, Menteri Pertahanan Sergey Shoigu mengatakan pada hari Selasa bahwa tujuan utama dari tahap pertama operasi militer di Ukraina secara umum telah tercapai.

Moskow menyerang negara tetangga itu pada 24 Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk yang ditandatangani pada 2014. Pada akhirnya Rusia mengakui kedaulatan Republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.

Rusia menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik itu dengan paksa.(dam)

Exit mobile version