Moskow Tuntut Ukraina Akui Krimea sebagai Bagian dari Rusia

erdogan

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyampaikan pidato untuk menyambut delegasi Rusia dan Ukraina menjelang pembicaraan mereka di Istanbul beberapa waktu lalu. (rt.com)

INDOPOS.CO.ID – Negosiator Rusia Vladimir Medinsky mengatakan ada beberapa kemajuan dalam pembicaraan damai antara Moskow dan Kiev, tetapi rancangan kesepakatan belum siap diajukan untuk pertemuan di tingkat tertinggi.

“Pihak Ukraina menjadi lebih realistis dalam pendekatannya terhadap isu-isu yang berkaitan dengan status netral dan non-nuklir Ukraina,” tulis Medinsky di Telegram pada hari Minggu seperti dikutip rt.com, Senin (4/4/2022).

Ada juga pemahaman antara Moskow dan Kiev tentang perlunya menciptakan sistem jaminan keamanan internasional untuk Ukraina yang netral.

Medinsky mengatakan yang disepakati oleh kedua pihak selama pembicaraan di Istanbul pekan lalu adalah abstainnya Kiev dari penempatan pasukan asing, pangkalan dan senjata serangan ofensif di wilayah Ukraina, pengiriman dan produksi senjata pemusnah massal, dan pementasan latihan dengan militer asing tanpa persetujuan dari negara-negara penjamin, termasuk Rusia.

Namun, Medinsky tidak setuju dengan negosiator utama Ukraina David Arakhamia, yang sebelumnya mengklaim bahwa Moskow menerima sikap Kiev pada semua poin kecuali untuk masalah Krimea

“Saya keberatan. Status Krimea dan Republik Donetsk dan Lugansk tetap tidak berubah,” tegas. Medinsky.

Moskow menuntut agar Kiev secara resmi mengakui Krimea sebagai bagian dari Rusia dan republik-republik di Donbass sebagai negara merdeka. Krimea memilih untuk meninggalkan Ukraina dan bergabung kembali dengan Rusia tak lama setelah kudeta Maidan 2014 di Kiev.

Selama pembicaraan baru-baru ini di Istanbul, delegasi Ukraina berjanji bahwa Kiev tidak akan melakukan upaya untuk mengembalikan Republik Donbass dengan paksa, dan menyarankan untuk mengadakan negosiasi terpisah mengenai status Krimea selama 15 tahun.

Medinsky juga mengatakan bahwa dia tidak memiliki optimisme yang sama dengan Arakhamia tentang kesiapan rancangan kesepakatan damai. Ia berpendapat bahwa itu belum layak untuk diajukan ke pertemuan tingkat tertinggi.

Kiev telah mendorong Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk mengadakan pembicaraan tatap muka dengan Vladimir Putin. Moskow tidak mengesampingkan pertemuan puncak seperti itu, tetapi Moskow berpendirian bahwa pertemuan itu hanya boleh diadakan jika kedua pemimpin akan menandatangani kesepakatan yang sebenarnya

Negosiator utama Rusia juga menunjukkan bahwa pihak Ukraina telah tertinggal jauh dalam mengkonfirmasi teks dari kata-kata rancangan, bahkan mengenai kesepakatan yang telah dicapai di tingkat politik.

“Perunding Rusia dan Ukraina sibuk menyelesaikan teks perjanjian damai pada hari Jumat dan Sabtu melalui konferensi video, dan mereka berencana untuk melanjutkan pekerjaan ini pada hari Senin ini,” kata Medinsky.

Rusia menyerang Ukraina pada 24 Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk yang ditandatangani pada 2014. Rusia akhirnya mengakui kedaulatan Republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.

Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik yang memisahkan diri tersebut dengan paksa. (dam)

Exit mobile version