Komandan Tertinggi Neo Nazi Tewas Dibunuh Pasukan Rusia

Taras Bobanich

Komandan tertinggi Neo Nazi Taras Bobanich dibunuh pasukan Rusia. (rt.com)

INDOPOS.CO.ID – Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan Taras Bobanich, seorang tokoh senior di kelompok Sektor Kanan (Neo Nazi), dibunuh oleh pasukan komando Rusia.

Pasukan komando Rusia membunuh seorang anggota terkemuka kelompok Ultra-nasionalis Sektor Kanan Ukraina itu karena diduga melakukan pembunuhan warga sipil.

Taras Bobanich dituduh oleh Moskow menyebabkan ratusan kematian warga sipil di Ukraina timur selama permusuhan pada tahun 2014.

“Tim pengintai Rusia membunuh pemimpin Neo Nazi saat berpatroli sekitar 5 km selatan dari Kota Izium di wilayah Kharkov Ukraina,” kata Kementerian Pertahanan Rusia seperti dikutip rt.com, Selasa (12/4/2022).

Dikatakan dia adalah wakil komandan Sektor Kanan yang bertanggung jawab atas operasi cadangan.

Kementerian Pertahanan Rusia tidak mengungkapkan keadaan kematian Bobanich. Media sosial The Right Sector (Sektor Kanan) melaporkan bahwa dia dibunuh pada hari Jumat di dekat Izium, dan menyebutnya sebagai nasionalis legendaris.

Pria berusia 33 tahun, yang nama panggilannya “Hummer”, berasal dari Ukraina barat. Dia menjadi terkenal secara nasional selama protes massa dan kudeta bersenjata 2013-2014, di mana nasionalis Ukraina yang didukung Barat menjabat sebagai kekuatan tempur jalanan melawan penegakan hukum.

Kudeta berakhir dengan penggulingan presiden Ukraina yang terpilih secara demokratis dan pemberontakan di timur negara itu, yang coba ditumpas oleh otoritas baru di Kiev dengan kekuatan militer. Kaum nasionalis membentuk apa yang disebut “batalyon sukarelawan” untuk berpartisipasi dalam pertempuran.

Menurut Rusia, Bobanich secara pribadi telah memerintahkan penembakan artileri sembarangan di kota-kota di Ukraina timur selama invasi Rusia ke Ukraina yang diduga mengakibatkan ratusan kematian warga sipil.

Selain menjabat sebagai komandan militer nasionalis, Bobanich memainkan peran penting dalam blokade perdagangan antara Ukraina dan Krimea pada musim gugur 2015. Blokade tersebut diselenggarakan oleh pasukan nasionalis yang ingin menghukum orang yang tinggal di semenanjung karena melepaskan diri dari Ukraina. setahun sebelumnya dan memberikan suara untuk bergabung kembali dengan Rusia.

Moskow menyerang Ukraina pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk menerapkan ketentuan perjanjian Minsk yang ditandatangani pada 2014. Akhirnya Rusia mengakui kedaulatan Republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.

Rusia menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik tersebut dengan paksa. (dam)

Exit mobile version