Presiden Prancis Janjikan Bantuan Senjata untuk Ukraina

Bantuan Senjata

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy (kanan) dan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Kiev, 8 Februari 2022. Foto: rt.com

INDOPOS.CO.ID – Presiden Prancis Emmanuel Macron berjanji kepada timpalannya Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy bahwa Prancis akan memperkuat bantuan militer dan kemanusiaan ke Kiev.

Hal itu disampaikan Macron dalam percakapan telepon pada hari Sabtu, kurang dari seminggu setelah ia dipilih kembali menjadi Presiden Prancis.

Zelenskyy berterima kasih kepada pemimpin Prancis itu karena menyediakan Ukraina dengan peralatan militer utama yang berkontribusi pada perlawanan Ukraina terhadap Rusia.

Macron mengatakan bahwa dukungan ini akan terus diperkuat, begitu juga bantuan kemanusiaan yang diberikan oleh Prancis.

Kantor kepresidenan mencatat bahwa Prancis telah memberi Ukraina lebih dari 615 ton peralatan termasuk peralatan medis, generator untuk rumah sakit, makanan, barang-barang rumah tangga, dan kendaraan darurat.

Zelenskyy baru-baru ini mengatakan bahwa mitra Ukraina akhirnya mulai menyediakan beberapa senjata berat yang dimintanya untuk Kiev.

Ini terjadi setelah Prancis dan Kanada mengumumkan rencana mereka untuk mengirim sistem artileri jarak jauh untuk pertama kalinya.

Sementara itu, Rusia telah memperingatkan Barat agar tidak membantu Ukraina dengan senjata. Karena, bantuan senjata itu hanya akan menyebabkan perpanjangan konflik.

Moskow telah menjelaskan bahwa mereka akan mempertimbangkan setiap senjata asing di wilayah Ukraina sebagai target yang sah.

Macron juga berjanji kepada Zelenskyy bahwa tim ahli Prancis akan terus mengumpulkan bukti terkait kejahatan yang diduga dilakukan dalam kerangka agresi Rusia.

Sejak peluncuran serangan militer Rusia, Moskow dan Kiev saling menuduh melakukan kejahatan perang.

Selama panggilan telepon yang berlangsung sekitar satu jam, pemimpin Prancis itu menegaskan kembali keinginannya untuk bekerja secara aktif selama masa jabatan keduanya untuk memulihkan kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina dalam koordinasi yang erat dengan sekutu Eropa.

Macron juga menegaskan kembali
keprihatinannya yang mendalam atas pemboman Rusia terhadap kota-kota Ukraina dan situasi yang tak tertahankan di Mariupol. Meski berulang kali Presiden Rusia diingatkan untuk menghormati hukum humaniter internasional.

Moskow menyangkal menargetkan warga sipil di Ukraina dan mengklaim bahwa pabrik baja Azovstal tetap menjadi benteng terakhir di bawah kendali Ukraina di Mariupol, dengan pejuang resimen neo-Nazi Azov yang terkenal kejam dan unit lainnya bersembunyi di sana.

Presiden Prancis menyatakan harapannya untuk kemajuan dalam negosiasi antara Rusia dan Ukraina.

“Pembicaraan dapat membawa solusi abadi untuk konflik dan kembalinya keamanan di benua Eropa,” kata Macron seperti dilansir rt.com, Minggu (1/5/2022).

Saat ini negosiasi perdamaian tampaknya telah terhenti. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menuduh Barat membuat Kiev mundur dari persyaratan yang telah disepakati sebelumnya dengan Moskow.

Macron adalah salah satu dari sedikit pemimpin Barat yang, sejak peluncuran operasi militer Rusia di Ukraina, terus berdialog langsung dengan Presiden Vladimir Putin. Pada saat yang sama dia mendesak untuk meningkatkan sanksi terhadap Moskow, termasuk pembatasan yang lebih ketat terhadap energi Rusia. (dam)

Exit mobile version