Moskow Tuduh Barat Lakukan Perang Hibrida Total Lawan Rusia

rusia

Presiden Finlandia Sauli Niinisto (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) pada tahun 2021. Foto: news.sky.com

INDOPOS.CO.ID – Menteri Luar Negeri Moskow Sergei Lavrov menuduh Barat telah menyatakan perang hibrida total melawan Rusia dan sulit untuk memprediksi berapa lama itu akan berlangsung.

Sergei Lavrov mengatakan konsekuensi perang di Ukraina akan dirasakan di seluruh dunia. Ia mengingatkan politisi Barat harus memahami upaya mereka untuk mengisolasi negara Rusia akan sia-sia.

Lavrov juga menuduh negara-negara Barat mencuri aset negara lain dan kehilangan reputasi mereka sebagai mitra yang dapat diandalkan.

“Di masa depan, ekonomi dunia akan mengalami de-Amerikanisasi,” katanya dalam pidato pada hari ke-80 invasi Rusia ke Ukraina, seperti dikutip Sky News, Minggu (15/5/2022).

“Kami melakukan segalanya untuk menghindari bentrokan langsung, tetapi sekarang tantangan telah dijatuhkan, kami tentu saja menerimanya,” lanjut Lavrov.

“Kami tidak asing dengan sanksi. Sanksi hampir selalu ada dalam berbagai bentuk,” tambahnya.

Lavrov menyampaikan hal itu setelah pertemuan para menteri luar negeri G7 berlangsung sebelumnya pada Sabtu (14/5). Di mana negara-negara G7 menandatangani pernyataan yang mengatakan mereka akan terus memberikan tekanan ekonomi pada Rusia.

Kelompok negara G7 itu terdiri dari Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Jerman, Prancis, dan Italia, juga mendukung pemberian lebih banyak bantuan dan senjata ke Ukraina dan mempercepat upayanya untuk mengakhiri ketergantungan pada pasokan energi Rusia.

“Kami menegaskan kembali tekad kami untuk lebih meningkatkan tekanan ekonomi dan politik di Rusia, terus bertindak dalam persatuan,” bunyi pernyataan bersama negara G7.

Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin telah memperingatkan pemimpin Finlandia bahwa mengabaikan netralitas akan menjadi kesalahan tetapi tidak ada ancaman keamanan terhadap ibu kotanya, Helsinki.

Sebagai tanggapan, Presiden Finlandia Sauli Niinisto mengatakan kepada Putin tuntutannya kepada negara-negara untuk menghindari bergabung dengan NATO, bersama dengan invasi ke Ukraina, telah mengubah lingkungan keamanan Finlandia.

Dalam pembicaraan panggilan lewat telepon antara kedua pemimpin, Presiden Finlandia mengatakan pembicaraan itu langsung dan dilakukan tanpa kejengkelan.

Kremlin Rusia menggambarkan panggilan telepon itu sebagai pertukaran pandangan yang jujur. Ini biasanya eufemisme diplomatik untuk menunjukkan percakapan yang sulit.

Tawaran keanggotaan NATO dari Finlandia diperkirakan diikuti oleh langkah serupa dari Swedia. Perluasan NATO akan menjadi pukulan bagi Putin, yang melakukan perang.

Membahas tawaran Finlandia untuk bergabung dengan aliansi itu, Menteri Urusan Eropa Finlandia Tytti Tuppurainen mengatakan kepada Sky News bahwa pihaknya siap untuk melaksanakan tanggung jawabnya untuk keamanan Eropa.

Ditanya apakah Finlandia memainkan permainan berbahaya dengan melanggar peringatan Putin, Tytti Tuppurainen menjawab: sama sekali tidak.

“Kami berada dalam situasi yang berbeda sejak Rusia memulai perang yang kejam dan ilegal di Ukraina. Sudah waktunya bagi Finlandia untuk mendapatkan sekutu dan mendapatkan lebih banyak mitra tetapi tidak bermaksud memprovokasi siapa pun,” kata dia.

“Ini tentang keamanan. Kami memiliki tetangga yang kami lihat mampu bertindak dan mengobarkan perang yang sangat kejam. Kami siap untuk segala macam tindakan jahat terhadap kami, tetapi sama sekali tidak ada kepanikan dan kami tidak takut. Kami telah mempersiapkan segala macam tindakan dan ini tentang keputusan kami sendiri,” ujar Tuppurainen.

“Putin yang harus disalahkan dan ini adalah salah satu konsekuensi dari permainannya,” katanya.

Sebelumnya pada Sabtu (14/5), operator jaringan nasional Finlandia, Finigrid, mengkonfirmasi kepada Sky News bahwa listrik tidak lagi masuk ke negara itu dari Rusia.

Pemutusan jaringan listrik tersebut diduga terjadi karena pembayaran tidak dapat diproses.

Berbicara kepada Sky News, Wakil Presiden Senior Finigrid, Reima Paivinen mengatakan bahwa pemutusan jaringan listrik dari Rusia tidak terlalu mengkhawatirkan.

“Kami tidak khawatir. Pasokan listrik dari Rusia berjumlah sekitar 10% dari konsumsi kami dan kurangnya masukan dapat ditutupi dengan meningkatkan produksi nasional dan dengan meningkatkan impor dari Swedia dan negara-negara Baltik. Tidak ada ancaman kekurangan listrik,” katanya. (dam)

Exit mobile version