Serbia Menolak Bergabung dengan Barat Berikan Sanksi kepada Rusia

Pertemuan Presiden

Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan rekannya dari Serbia Aleksandar Vucic. Foto: rt.com

INDOPOS.CO.ID – Presiden Serbia Alexander Vucic menegaskan Serbia akan berjuang untuk mempertahankan kebijakannya untuk tidak bergabung dengan sanksi Barat yang diberlakukan terhadap Moskow atas konflik di Ukraina.

“Kami telah bertahan selama delapan puluh hari tanpa membatasi Rusia dan harga yang kami bayar sangat besar,”  kata Alexander Vucic seperti dilansir rt.com, Senin (16/5/2022).

Ia mengatakan Serbia tidak memiliki akses ke pasar modal dan tidak dapat melayani pinjaman luar negerinya, yang mempengaruhi kesejahteraan penduduk.

“Mereka mengatakan, Vucic mengumumkan pengenalan sanksi Rusia. Tidak, kami akan berjuang selama kami bisa. Kami menderita kerusakan yang sangat besar, tetapi kami tidak mencari ucapan terima kasih,” tegas presiden.

“Serbia bertindak seperti ini karena negara berdaulat dan merdeka yang sangat menyadari betapa tidak adil dan tidak perlunya sanksi itu,” katanya.

Vucic mengatakan masalah pembatasan terhadap Moskow juga terkait erat dengan pasokan gas dan minyak Rusia, di mana Serbia sepenuhnya bergantung.

Ia mengungkapkan harapan bahwa Beograd akan dapat menyepakati harga yang baik untuk energi.

Bulan lalu, Presiden Serbia mengklaim dia diperas untuk menempatkan pembatasan pada sekutu negaranya, Rusia, dengan Beograd diancam dengan sanksi energinya sendiri jika menolak.

Amerika Serikat (AS), Uni Eropa dan beberapa negara lain telah menjatuhkan banyak hukuman pada Moskow setelah melancarkan operasi militernya di Ukraina pada akhir Februari.

Pembatasan tersebut membuat aset asing Bank Sentral Rusia dan berbagai entitas dan individu lainnya dibekukan.

Sanksi tersebut secara efektif memotong Rusia dari pasar uang yang didominasi dolar dan euro, dan juga melihat beragam perusahaan internasional besar berhenti melakukan bisnis dengan negara. Langkah-langkah ini dan lainnya telah menjadikan Rusia negara yang paling terkena sanksi di dunia.(dam)

Exit mobile version