Interpol: Senjata yang Dikirim Barat ke Ukraina akan Berakhir di Pasar Gelap

Pengiriman Senjata

Pengiriman senjata dari Barat ke Ukraina. Foto: rt.com

INDOPOS.CO.ID – Sekretaris Jenderal Interpol Juergen Stock mengatakan persenjataan yang dikirim Washington dan sekutunya di Eropa ke Kyiev, Ukraina kemungkinan akan berakhir di pasar gelap global.

“Berbagai kelompok kriminal telah mengincar senjata-senjata ini,” kata pejabat itu kepada Anglo-American Press Association di Paris, seperti dikutip rt.com, Jumat (3/6/2022).

Stock telah mendesak negara-negara anggota Interpol untuk secara aktif bekerja sama dalam melacak senjata yang dikirim ke Ukraina. Ia menambahkan mereka yang memasok senjata harus memainkan peran utama dalam upaya ini.

Kepala Interpol juga mengatakan tidak hanya senjata ringan tetapi senjata berat membanjiri pasar gelap internasional segera setelah konflik antara Moskow dan Kyiev berakhir.

“Begitu konflik berakhir, senjata ilegal akan datang. Kita mengetahui hal ini dari banyak konflik lainnya. Para penjahat bahkan sekarang, seperti yang kita bicarakan, berfokus pada senjata-senjata itu. Kelompok-kelompok kriminal akan mencoba mengeksploitasi situasi kacau ini untuk mendapatkan persenjataan yang digunakan oleh militer termasuk senjata berat,” katanya.

“Tidak ada negara atau wilayah yang dapat menanganinya secara terpisah karena kelompok-kelompok ini beroperasi di tingkat global,” ujar Stock.

Kepala Interpol juga mengatakan bahwa Eropa mungkin melihat gelombang besar senjata ilegal. Dia kemudian menyerukan pembentukan sistem lacak untuk senjata yang dikirim ke Ukraina.

Ketika ditanya tentang kemungkinan keterlibatan Interpol dalam penyelidikan dugaan penghindaran sanksi dan pencucian uang oleh pengusaha Rusia yang dikenai pembatasan di Barat, Stock mengatakan organisasinya tidak menyelidiki masalah tersebut dan juga tidak berpartisipasi dalam penyelidikan atas dugaan kejahatan perang di Ukraina. Interpol dituntut untuk mempertahankan netralitas yang ketat dan menghindari kegiatan politik.

“Saluran komunikasi kami tetap terbuka [untuk negara-negara anggota] untuk pertukaran informasi kejahatan perang. Tapi kami tidak menyelidiki kejahatan perang. Interpol tidak memiliki wewenang untuk menyelidiki,” katanya.

AS, bersama dengan sekutunya seperti Jerman dan Inggris, terus memasok senjata ke Ukraina sejak dimulainya konflik dengan Rusia pada 24 Februari. Sebagian besar peralatan terdiri dari senjata ringan dan rudal anti-tank dan anti-udara portabel, bersama dengan amunisi dan bahan bakar.

Pada Rabu (1/6), Amerika Serikat (AS) mengatakan akan menjual drone tempur MQ-1C Gray Eagle Ukraina yang mampu membawa hingga delapan rudal Hellfire.

Kementerian Pertahanan Slovakia mengumumkan pada hari yang sama bahwa mereka akan memasok Kyiev dengan howitzer self-propelled. Inggris sebelumnya mengatakan sedang mempertimbangkan untuk mempersenjatai Ukraina dengan beberapa peluncur roket buatan AS tetapi membutuhkan persetujuan Washington terlebih dahulu.

Pasokan senjata yang terus berlanjut telah menyebabkan beberapa badan penegak hukum mengungkapkan keprihatinan tentang nasib senjata-senjata ini.

Pada akhir Mei 2022 Europol, badan penegak hukum Uni Eropa (UE) mengatakan kepada media Jerman persenjataan yang dikirim ke Ukraina dapat berakhir di tangan para penjahat.

Kepala badan tersebut, Catherine De Bolle, membandingkan situasi saat ini di Ukraina dengan situasi Balkan 30 tahun lalu, ketika perang Balkan menyebabkan gelombang besar senjata ke pasar gelap.

“Senjata dari perang itu masih digunakan oleh kelompok kriminal sampai hari ini,” kata De Bolle.(dam)

Exit mobile version