Kremlin Jelaskan Prioritas dalam Pertukaran Tawanan Perang dengan Ukraina

Kremlin Jelaskan Prioritas dalam Pertukaran Tawanan Perang dengan Ukraina - Pertukaran Prisoner of War - www.indopos.co.id

INDOPOS.CO.ID – Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan prioritas utama Moskow adalah membawa pulang tentara Rusia yang ditangkap Ukraina.

Peskov mengatakan itu setelah pertukaran Prisoner of War (POW) atau tawanan perang antara Moskow dan Kyiv.

“Kembalinya prajurit kami dan semua prajurit yang berjuang dan memperjuangkan hak hidup rakyat atau Lugansk People’s Republic (LPR) dan Donetsk People’s Republic (DPR) adalah hal utama bagi kami,” kata Peskov seperti dilansir rt.com, Jumat (1/7/2022).

Pertukaran itu, pertama kali diumumkan oleh dinas intelijen militer Ukraina, berlangsung pada Rabu (29/6). Moskow mengembalikan 144 tentara Ukraina yang ditangkap dengan imbalan jumlah prajurit Rusia yang sama, serta pejuang dari Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk.

Kementerian Pertahanan Rusia mengungkapkan pertukaran tawanan perang itu telah disahkan secara pribadi oleh Presiden Vladimir Putin.

“Pertukaran itu diorganisir dan dilakukan atas perintah langsung dari panglima tertinggi Angkatan Bersenjata Rusia,” kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Jenderal Igor Konashenkov.

“Menjaga nyawa, kesehatan, pembebasan prajurit kami, para pejuang Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk, yang merupakan mayoritas dari mereka yang kembali, adalah tugas yang paling penting,” tegasnya.

Menurut Kyiv, pertukaran itu termasuk 43 pejuang resimen Azov yang terkenal kejam. Ratusan anggota unit neo-Nazi berakhir di tahanan Rusia setelah menyerah di pabrik Azovstal di Kota Pelabuhan Mariupol.

Menurut militer Rusia, secara keseluruhan, lebih dari 6 ribu tentara Ukraina telah ditangkap selama konflik yang sedang berlangsung,

Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, dengan alasan kegagalan Kyiv untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan status khusus wilayah Donetsk dan Lugansk di dalam negara Ukraina.

Protokol, yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada tahun 2014. Mantan presiden Ukraina Petro Poroshenko sejak itu mengakui bahwa tujuan utama Kyiv adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.

Pada Februari 2022, Kremlin mengakui Republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kyiv menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.(dam)

Exit mobile version