Intelijen Inggris dan AS Sebut Garda Revolusi Iran Ada di Krimea Dukung Rusia

Intelijen Inggris dan AS Sebut Garda Revolusi Iran Ada di Krimea Dukung Rusia - pesawat nirawak tanpa awak - www.indopos.co.id

Pesawat tanpa awak (drone) buatan Iran. (news.sky.com)

INDOPOS.CO.ID – Intelijen Inggris dan Amerika Serikat (AS) mengatakan Garda Revolusi Iran ada di Krimea, mendukung serangan pesawat tak berawak Rusia ke Ukraina.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika John Kirby mengatakan Iran telah mengirim personel untuk membantu pasukan Vladimir Putin meluncurkan drone buatan Iran di pembangkit listrik Ukraina dan infrastruktur penting lainnya.

“Ini termasuk anggota cabang Korps Pengawal Revolusi Iran, salah satu organisasi paramiliter paling kuat di Timur Tengah,” bunyi laporan pemerintah Inggris seperti dilansir Sky News, Jumat (21/10/2022).

Temuan Intelijen itu muncul ketika Presiden AS Joe Biden berusaha meningkatkan tekanan internasional pada Teheran untuk mundur dari membantu Rusia.

Moskow, dalam beberapa hari terakhir, beralih ke pesawat tak berawak yang dipasok Iran, serta rudal jelajah Kalibr dan Iskandernya sendiri, untuk melakukan rentetan serangan terhadap infrastruktur Ukraina dan target non-militer.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan minggu ini pasukan Rusia telah menghancurkan 30% pembangkit listrik Ukraina sejak 10 Oktober.

“Informasi yang kami miliki adalah bahwa Iran telah menempatkan pelatih dan dukungan teknis di Krimea, tetapi Rusia yang melakukan uji coba,” kata Kirby.

Dia menambahkan pemerintahan Biden sedang mempertimbangkan untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Teheran dan akan mencari cara untuk mempersulit Iran menjual senjata semacam itu ke Rusia.

Krimea adalah bagian dari Ukraina yang dianeksasi secara sepihak oleh Rusia yang bertentangan dengan hukum internasional pada tahun 2014.

AS pertama kali mengungkapkan musim panas ini Rusia membeli kendaraan udara tak berawak Iran untuk diluncurkan melawan Ukraina, sesuatu yang dibantah Iran.

Pejabat Gedung Putih mengatakan sanksi internasional, termasuk kontrol ekspor, telah mempersulit Rusia untuk mengisi kembali amunisi dan persediaan amunisi berpemandu presisi yang telah habis selama perang yang berlangsung hampir delapan bulan.

Akibatnya, Rusia terpaksa beralih ke Iran serta Korea Utara untuk persenjataan.

Para pejabat AS percaya Iran mungkin telah mengerahkan personel militer untuk membantu Rusia, sebagian karena kurangnya keakraban mereka dengan drone buatan Iran.

Temuan intelijen AS yang tidak diklasifikasikan menunjukkan Rusia menghadapi masalah teknis dengan drone segera setelah menerima pengirimannya pada bulan Agustus.

Pemerintahan Biden merilis rincian tentang keterlibatan Iran dalam membantu perang Rusia hanya beberapa hari setelah sanksi baru dijatuhkan terhadap Iran atas tindakan keras brutal terhadap protes anti-pemerintah yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun , yang meninggal dalam tahanan keamanan Iran.

Polisi moral telah menahan Amini bulan lalu karena tidak menutupi rambutnya dengan jilbab, yang dikenal sebagai jilbab, yang wajib bagi wanita Iran. Amini pingsan di kantor polisi dan meninggal tiga hari kemudian.

Inggris juga telah mengumumkan sanksi baru terhadap pejabat dan bisnis Iran yang dituduh memasok drone.

Menteri Luar Negeri James Cleverly mengatakan serangan pesawat tak berawak pengecut ini adalah tindakan putus asa.

“Kami akan memastikan bahwa mereka dimintai pertanggungjawaban atas tindakan mereka,” katanya.

Sementara itu, Presiden Zelenskyy khawatir Rusia berencana menyerang pembangkit listrik tenaga air Kakhovka berikutnya.

Dan dia meminta dunia bergerak cepat untuk mencegah bencana.

“Menurut informasi kami, agregat dan bendungan hydroelectric power plant (HPP) atau pembangkit listrik tenaga air Kakhovka ditambang oleh teroris Rusia,” katanya.

“Sekarang semua orang di dunia harus bertindak cepat untuk mencegah serangan teroris Rusia yang baru. Menghancurkan bendungan akan berarti bencana skala besar,” ujarnya. (dam)

Exit mobile version