Kembalikan Fungsi Hutan Bakau, SMA Negeri Bonuan Buquig Filipina Raih Penghargaan Terbaik dunia

ilustrasi hutan bakau

Ilustrasi hutan bakau.

INDOPOS.CO.ID – Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Bonuan Buquig di Kota Dagupan, Filipina dinobatkan sebagai pemenang Penghargaan Sekolah Terbaik Dunia untuk Aksi Lingkungan. Sekolah tersebut melakukan pemulihan hutan bakau yang rusak.

Lima Penghargaan Sekolah Terbaik Dunia diadakan tahun ini oleh T4 Education bekerja sama dengan Accenture dan American Express. Kelima sekolah terbaik dunia tersebut di bidang Kolaborasi Komunitas, Aksi Lingkungan, Inovasi, Mengatasi Kesulitan, dan Mendukung Hidup Sehat.

SMA Negeri Bonuan Buquig terpilih sebagai pemenang Penghargaan Sekolah Terbaik Dunia untuk Aksi Lingkungan dari antara 3 finalis teratas untuk kategori tersebut. Finalis lainnya adalah Green School Bali di Indonesia, yang telah menjadikan environmentalisme sebagai bagian integral dalam struktur sekolah itu sendiri melalui sejumlah inisiatif dari bio bus hingga toilet kompos, dan International School of Zug and Luzern di Swiss.

“Sudah waktunya bagi para pemimpin dunia untuk duduk dan mendengarkan sekolah-sekolah seperti SMA Negeri Bonuan Buquig di Filipina,” ujar Pendiri T4 Education Vikas Pota dalam keterangannya, Sabtu (22/10/2022).

Sementara itu, Head of Corporate Sustainability at American Express madge Thomas mengucapkan, selamat kepada SMA Negeri Bonuan Buquig atas pencapaian fantastis yang telah diraih.

“Kami senang untuk memberikan pengakuan kepada para siswa dan pendidik yang mengambil tindakan di sekolah untuk melindungi lingkungan dan masa depan mereka. Bersamaan dengan kami di American Express bekerja untuk memajukan solusi iklim, kami bangga mendukung program dan kemitraan seperti ini untuk membantu membangun komunitas yang lebih tahan iklim dan adil,” ujarnya.

Sekolah Menengah Atas Negeri Bonuan Buquig adalah sekolah menengah negeri di Kota Dagupan, Filipina melakukan penanaman kembali hutan bakau yang rusak untuk memperbaiki kerusakan lingkungan yang berdampak pada siswa-siswinya, yang sebagian besar tinggal di dekat kawasan tambah dan daerah pesisir.

Pada tahun 2009, Topan Pepeng menjadikan dua pertiga Kota Dagupan terendam banjir. Tambak, sawah, dan industri lainnya di komunitas ini mengalami kerusakan berat. Pemerintah Kota Dagupan, yang menyadari tantangan geografisnya di daratan yang hanya setinggi satu meter di atas permukaan laut, mulai melakukan pengerukan sungai untuk mengurangi dampak banjir, namun hasilnya tidak sesuai seperti yang diharapkan.

Alhasil, hutan bakau mati, dan sungai terpapar langsung terik matahari dan membuat mahluk hidup di ekosistem air tersebut mati. Ikan, kepiting, dan kerang-kerangan menghilang dari sungai. Padahal, para siswa dan keluarganya mengandalkan hasil tangkapan ikan untuk dimakan. Dengan hilangnya sumber nafkah utama, banyak siswa yang membolos karena harus bekerja untuk menghidupi keluarga.

SMA Negeri Bonuan Buquig mengambil tindakan untuk mendukung para siswanya dan menyelamatkan lingkungan setempat. Menggerakkan lebih dari seratus sukarelawan, sekolah ini menanam ribuan bibit bakau setiap tahun dan menciptakan habitat dan tempat berlindung baru bagi ikan. Sebagai akibatnya, hutan bakau di sepanjang bantaran sungai Longos kini nyaris dipulihkan dan distabilkan. (ibs)

Exit mobile version