Aksi Protes Lockdown Covid-19 di China Semakin Meluas

Aksi-Protes

Petugas Kepolisian di Shanghai melakukan penjagaan ketat terhadap aksi protes warga terhadap kebijakan lockdown Covid-19. (news.sky.com)

INDOPOS.CO.ID – Aksi unjuk rasa memprotes kebijakan lockdown Covid-19 yang ketat di China semakin meluas. Massa kembali turun ke jalan-jalan di Shanghai meskipun dihalau secara paksa oleh polisi menggunakan semprotan merica.

Amnesty International menilai aksi warga China itu sebagai langkah keberanian yang luar biasa. Mereka keberatan karena terus mengurung selama berminggu-minggu.

Sejumlah warga menilai kebijakan penanganan Covid-19 Beijing seperti sebuah permainan. Sementara yang lain menuntut hak asasi manusia.

Kemarahan mereka dipicu oleh kebakaran di Kota Urumqi pada Kamis lalu yang menewaskan sedikitnya 10 orang.

Dikhawatirkan warga tidak dapat melarikan diri dari blok menara yang dilalap api karena kebijakan nol Covid yang terus berlanjut dari Presiden Xi Jinping.

Para pengunjuk rasa mengangkat lembaran kertas kosong sebagai ekspresi kemarahan mereka, sementara beberapa meminta Partai Komunis untuk mundur. Aksi protes telah menyebar ke sekitar 50 universitas di China.

Banyak kota di China telah diberlakukan lockdown ketat selama berbulan-bulan. Sebagian besar dari empat juta penduduk Urumqi, tidak dapat meninggalkan rumah mereka sejak Agustus.

Pejabat menyangkal bahwa kematian di Urumqi, Ibu Kota Provinsi Xinjiang, disebabkan oleh kebijakan lockdown.

“Kami hanya menginginkan hak asasi kami,” kata seorang warga Shanghai yang tidak mau disebutkan namanya, seperti dikutip Sky News, Senin (28/11/2022).

Demonstran lain, Shaun Xiao, mengatakan kebijakan Covid-19 di China tidak berdasarkan sains atau kenyataan.

“Kami tidak menginginkan masker, kami menginginkan kebebasan,” teriak sekelompok massa di Beijing.

Amnesty International UK mengatakan tragedi kebakaran Urumqi telah mengilhami keberanian yang luar biasa di seluruh China.

“Protes yang belum pernah terjadi sebelumnya ini menunjukkan bahwa orang-orang berada di ujung toleransi mereka terhadap pembatasan Covid-19 yang berlebihan,” kata Amnesty Internasional.

Di Shanghai, dalam video yang dibagikan di media sosial dan diverifikasi oleh Sky News, para pengunjuk rasa terlihat meneriakkan slogan-slogan “Xi Jinping, mundur, Partai Komunis mundur, Buka Xinjiang, buka China”, “tidak ingin PCR (tes). Kami hanya menginginkan kebebasandan kebebasan pers.” (dam)

Exit mobile version