INDOPOS.CO.ID – Kementerian Luar Negeri Rusia mengajukan protes resmi kepada otoritas Finlandia atas tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kecaman Moskow dilatarbelakangi oleh tindakan sekelompok demonstran yang membakar bendera nasional Rusia selama unjuk rasa massal pada Hari Kemerdekaan Finlandia awal pekan ini.
Moskow menuntut agar Helsinki membawa para pengunjuk rasa ke pengadilan untuk mempertanggungjawabkan tindakan kejahatan yang mereka lakukan. Tidak hanya itu, Moskow juga meminta Helsinki mengambil langkah-langkah untuk mencegah perilaku ekstremis seperti itu di masa depan.
“Pembakaran bendera sebagai penodaan simbol negara bangsa kami,” bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia seperti dikutip rt.com, Minggu (11/12/2022).
Sementara itu pihak berwenang Finlandia belum mengomentari insiden tersebut.
Sebelumnya, video muncul di media sosial yang menunjukkan sekelompok orang yang tampaknya ikut serta dalam perayaan Hari Kemerdekaan Finlandia, memegang bendera nasional Rusia sementara yang lain membakarnya. Beberapa saksi merekam kejadian itu di smartphone mereka. Aksi bakar bendera itu dibarengi dengan teriakan yang bernada hinaan terhadap Rusia.
Finlandia merayakan Hari Kemerdekaannya pada 6 Desember untuk menandai tanggal ketika negara tersebut secara resmi mendeklarasikan kemerdekaannya dari Kekaisaran Rusia pada tahun 1917, setelah Revolusi Bolshevik.
Negara Nordik, yang berbagi perbatasan darat sepanjang 1.340 km (832 mil) dengan Rusia, telah mempertahankan netralitas militer selama beberapa dekade. Namun, mereka mengajukan permohonan untuk bergabung dengan NATO bersama dengan tetangganya, Swedia, pada bulan Mei. Mereka menyuarakan keprihatinan atas keamanan di tengah operasi militer Moskow di Ukraina.
Pada tanggal 5 Desember, pemerintah Finlandia mengajukan rancangan undang-undang tentang keanggotaan NATO untuk selanjutnya meminta persetujuan parlemen.
Moskow mengatakan dimasukkannya Finlandia dan Swedia ke dalam NATO tidak akan membuat benua Eropa lebih stabil dan aman, dan telah berjanji untuk menyesuaikan postur militernya di wilayah utara jika blok tersebut menambahkan dua anggota baru.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengingatkan bahwa Barat menggali garis pemisah di Eropa alih-alih bekerja menuju keamanan kolektif. (dam)