Menlu Rusia Kecam Barat dalam Pidatonya di Majelis Umum PBB

rusiaco

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengadakan konferensi pers di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat, pada Sabtu (23/9/2023). Foto: rt.com

INDOPOS.CO.ID – Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov menuduh Barat mengadopsi pola pikir neo-kolonial dalam upayanya kepada negara-negara Selatan untuk mendapatkan dukungan bagi Ukraina dalam perang melawan Moskow.

Lavrov mengklaim mayoritas global mendukung Kyiv karena ditipu oleh negara-negara Barat. Hal itu disampaikan Lavrov usai melakukan diplomasi global yang intens pada pertemuan tahunan para pemimpin dunia di markas besar PBB di New York. Pada pertemuan tersebut, Ukraina dan sekutu Baratnya berusaha menggalang dukungan untuk Kyiv.

“AS dan kolektif bawahannya terus mengobarkan konflik yang secara artifisial memecah umat manusia menjadi blok-blok yang saling bermusuhan dan menghambat pencapaian tujuan secara keseluruhan,” kata Lavrov dikutip dari Al Jazeera, Minggu (24/9/2023).

“Mereka mencoba memaksa dunia untuk bermain sesuai aturan mereka yang egois,” tambahnya.

Menlu Rusia menolak proposal 10 poin yang diajukan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, serta proposal terbaru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menghidupkan kembali inisiatif biji-bijian Laut Hitam.

“Ini sama sekali tidak mungkin dilakukan,” katanya, mengenai cetak biru perdamaian yang dipromosikan oleh Kyiv.

“Hal ini tidak mungkin dilaksanakan. Ini tidak realistis dan semua orang memahami hal ini, namun pada saat yang sama, mereka mengatakan ini adalah satu-satunya dasar untuk negosiasi,” sambungnya.

lavrov juga mengatakan proposal PBB tidak akan berhasil karena Barat tidak memenuhi janjinya kepada Moskow, termasuk menghapus sanksi terhadap bank Rusia dan menghubungkannya kembali ke sistem Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT) global.

Invasi Ukraina sejak 24 Februari 2022 memicu gangguan perdagangan dan kenaikan harga internasional yang signifikan untuk energi, komoditas pertanian, dan pupuk, yang sudah meningkat akibat dampak pandemi Covid-19.

Menlu Rusia menyalahkan negara-negara Barat atas krisis pasar pangan dan energi, yang menerapkan tindakan koersif unilateral atau sanksi terhadap negara-negara yang lebih lemah.

Pidato Lavrov disampaikan ketika Zelenskyy menganugerahkan dua penghargaan negara kepada sukarelawan Polandia dan hubungan antara kedua negara sedang tegang karena impor gandum.

Zelenskyy membuat marah negara-negara tetangganya ketika dia mengatakan kepada Majelis Umum PBB bahwa Kyiv berupaya mempertahankan jalur darat untuk ekspor biji-bijian.

Polandia pekan lalu memutuskan untuk memperpanjang larangan impor biji-bijian Ukraina, sehingga mengguncang hubungan Kyiv dengan negara tetangganya yang merupakan salah satu sekutu setianya sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari tahun lalu.

Zelenskyy berterima kasih kepada semua warga Polandia yang sejak hari pertama membuka keluarga, rumah, membuka diri, dan membantu warga Ukraina.

“Saya percaya setiap tantangan yang ada di jalur kita bersama tidak ada artinya dibandingkan dengan fakta bahwa ada kekuatan di antara masyarakat kita,” katanya.

Ukraina melanjutkan serangan balasan untuk mengusir invasi Rusia dan merebut kembali wilayahnya yang hilang. Pada Sabtu pagi, mereka melancarkan serangan rudal lainnya ke Sevastopol di Semenanjung Krimea yang diduduki, sehari setelah serangan terhadap markas Armada Laut Hitam Rusia yang menyebabkan seorang prajurit hilang dan bangunan utama terbakar.

Kepala intelijen Ukraina, Kyrylo Budanov, mengatakan kepada Voice of America pada Sabtu (23/9/2023), setidaknya sembilan orang tewas dan 16 lainnya terluka akibat serangan Kyiv terhadap Armada Laut Hitam pada hari Jumat.

Budanov mengklaim Alexander Romanchuk, seorang jenderal Rusia yang memimpin pasukan di sepanjang garis depan utama tenggara, berada dalam kondisi yang sangat serius setelah serangan itu. (dam)

Exit mobile version