Sasar Siswa SD dan SMP Jabodetabek, 50 Persen Alami Rabun Jauh

Sasar Siswa SD dan SMP Jabodetabek, 50 Persen Alami Rabun Jauh - siswa tes mata rabun - www.indopos.co.id

Pembagian kacamata gratis pada anak-anak di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 85 Jakarta Selatan, Selasa (27/9/2022). Foto: Nasuha/INDOPOS.CO.ID

INDOPOS.CO.ID – Kasoem Vision Care mengadakan pemeriksaan penglihatan kepada siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Pemeriksaan penglihatan berupa autoref, subjektif, tiga dimensi, dan tes buta warna.

“Hasilnya 50 persen lebih anak-anak sekolah memiliki gangguan penglihatan, yaitu rabun jauh,” ungkap Head of Marketing and Business Development Kasoem Group, Amar Ramdani di Jakarta, Selasa (27/9/2022).

Bahkan tim Optometrist Kasoem Vision Care menemukan anak SD menderita minus 6,5 dan anak SMP menderita minus 11,75. Anak-anak tersebut tidak memakai kacamata sama sekali.

“Ini cukup mengejutkan, apalagi mereka tidak memakai kacamata,” ujarnya.

Amar menuturkan, pemeriksaan penglihatan pada anak-anak bisa dilakukan secara rutin. Pasalnya, banyak anak-anak usia sekolah menderita gangguan refraksi tanpa diketahui.

“Jika mereka melapor kepada orang tua mungkin takut ya. Maka dari itu, harus kita yang jemput bola,” ucapnya.

Amar juga berterima kasih terhadap PT Rohto Laboratories Indonesia yang inisiatif menggandeng Kasoem Vision Care untuk melakukan pemeriksaan mata. Jadi, anak-anak sekolah mendapat edukasi terkait merawat mata agar sehat dan mencegah mata dari kerusakan lebih parah.

“Semoga pemberian kacamata ini membantu generasi muda melihat lebih jelas saat belajar. Sehingga, tak ada hambatan bagi mereka mewujudkan cita-cita dan fokus berkarya di masa yang akan datang,” terangnya.

Sementara itu, President Director PT Rohto Laboratories Indonesia, Mukdaya Massidy mengatakan, mata minus bukanlah penyakit mata. Akan tetapi ada kelainan pada lensa mata.

“Anak- anak jangan malu untuk memeriksa mata. Karena mata minus itu bukan penyakit,” ujarnya.

Mukdaya menyebut, saat ini pihaknya tengah melakukan penelitian penyakit glukoma pada anak-anak. Kendati, angka kasus terhadap anak masih sedikit.

“Selain kami membagikan kacamata gratis pada anak, kami juga melakukan penelitian terkait glukoma pada anak,” tuturnya. (nas)

Exit mobile version