Ini Peran Penting BPP Wilayah 12 untuk Petani di Kecamatan Cariu, Kab Bogor

mentan

Suasana BPP (Badan Penyuluhan Pertanian) Wilayah 12 Kabupaten Bogor. Foto : Ist

INDOPOS.CO.ID – Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat memiliki suatu lembaga yang dapat membantu para petani di sana, yaitu BPP (Badan Penyuluhan Pertanian) Wilayah 12 Kabupaten Bogor.

Lembaga ini memegang wilayah Kecamatan Cariu dan Tanjung Sari. BPP berperan penting di wilayah yang warganya mayoritas bekerja sebagai petani, untuk membantu dalam memfasilitasi, memberikan akses, dan menjadi pendamping bagi para petani di Kecamatan Cariu.

BPP Wilayah 12 Kabupaten Bogor merupakan lembaga non-struktural yang dipimpin oleh koordinator yang bernama Tera Kertana.

Tera memiliki tugas dalam mencapai sasaran dari program kerja yang ada dengan melakukannya dengan para penyuluh di Kecamatan Cariu.

Awal mula terbentuk lembaga BPP Wilayah 12 ini yaitu adanya SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) di Kabupaten Bogor yang bernama Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan.

SKPD ini memiliki 12 Badan Penyuluhan Pertanian, salah satunya BPP Wilayah 12 ini yang berada di Kecamatan Cariu. SKPD memiliki 12 BPP, masing-masing BPP membawahi sekitar dua sampai lima kecamatan.

“Di BPP ini ada koordinator, ada penyuluh berjumlah 15 orang. Masing-masing penyuluh memiliki wilayah binaannya memegang satu sampai dua desa, dari Kecamatan Cariu ini membawahi 10 desa,” ungkap Tera.

“Disamping penyuluh ASN (Aparatur Sipil Negara) dan penyuluh tenaga kontrak yang dikontrak oleh provinsi, ada juga PPS (Penyuluh Pertanian Swadaya) yang jumlahnya sewilayah 12 ini ada 19, jadi hampir di setiap desa ada PPS. PPS berasal dari kontrak tani yang merupakan tokoh teladan di sekitar desa. Sehingga hampir semua berperan di BPP ini. Termasuk penyuluhnya, petaninya. Apalagi petani sebagai pelaku utama,” lanjutnya.

Peran-peran setiap penyuluh yang ada dalam lembaga ini tentu memiliki tujuan, tujuan tersebut yakni untuk melaksanakan UUD No. 16/2006 yang berisikan tentang dasar-dasar penyuluhan di Indonesia. Selain itu, para petani di Kecamatan Cariu membutuhkan peran para penyuluh dalam pendampingan usaha tani. Dengan begitu, dibuat beberapa program kerja seperti Kursus Tani dan Sekolah Lapangan.

Tera sebagai koordinator, mengatakan bahwa penyuluhan pada tahun 70-an atau 80-an tentu berbeda dengan zaman milenial seperti sekarang.

“Penyuluh zaman dahulu adalah penyuluh yang serba bisa dan serba tahu. Namun di zaman sekarang, penyuluh menjadi seorang pendamping. Kami bukan meng-golkan petani, tapi kami hanya mengumpan dan memberikan akses serta fasilitas kepada petani. Karena pada fungsinya penyuluh itu adalah merubah pengetahuan, sikap, dan keterampilan,” ujar Tera.

Kecamatan Cariu memiliki komoditas paling dominan, yaitu padi. Seorang warga yang bernama Ahmad, yang rumahnya berada di samping kantor balai, berpendapat mengenai padi yang ditanam para petani.

“Balai ini sudah lama, awalnya kantor UPT dan kantor penyuluh disatukan. Namun akhirnya dipisah sejak tahun 2017. Di musim hujan ini, justru sedang banyak panen. Tapi musim hujan ini yang bikin gagal panen. Nah itu di sebelah balai, ada gedung tempat penampungan gabah. Ini berguna pas gabah basah, ada alat pengering gabah di sana,” jelasnya.

Selain membimbing para petani, dibuktikan balai ini juga memfasilitasi para petani dengan adanya gedung tempat penampungan gabah. (mg/aro)

Exit mobile version