Bukan Gelombang Panas, BMKG: Fenomena di Indonesia Akibat Gerak Semu Matahari

Bukan Gelombang Panas, BMKG: Fenomena di Indonesia Akibat Gerak Semu Matahari - cuaca gelombang panas - www.indopos.co.id

Ilustrasi cuaca Jakarta cerah. Foto: Dokumen INDOPOS.CO.ID

INDOPOS.CO.ID – Secara karakteristik fenomena suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia akibat adanya gerak semu matahari yang merupakan siklus yang biasa terjadi setiap tahun. Sehingga potensi suhu udara panas seperti ini bisa berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.

Pernyataan tersebut diungkapkan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dilansir dari laman resmi BMKG, Rabu (26/4/2023).

Ia menyebut, dari pantauan BMKG lonjakan suhu maksimum mencapai 37,2°C di Ciputat pada pekan lalu. Dan saat ini dalam kisaran 34 hingga 36°C di beberapa lokasi.

“Secara klimatologis untuk Jakarta, bulan April-Mei-Juni adalah bulan-bulan di mana suhu maksimum mencapai puncaknya, selain Oktober-November,” katanya.

Terkait gelombang panas dan radiasi ultraviolet (UV), dikatakan dia, besar kecilnya radiasi UV yang mencapai permukaan bumi memiliki indikator nilai indeks UV. Indeks tersebut dibagi menjadi beberapa kategori: 0-2 (Low), 3-5 (Moderate), 6-7 (High), 8-10 (Very high), dan 11 ke atas (Extreme).

“Secara umum, pola harian indeks ultraviolet berada pada kategori “Low” di pagi hari, mencapai puncaknya di kategori “High”, “Very high”, sampai dengan “Extreme” ketika intensitas radiasi matahari paling tinggi di siang hari (pukul 12:00 – 15:00) dan bergerak turun kembali ke kategori “Low” di sore hari,” bebernya.

“Pola ini bergantung pada lokasi geografis dan elevasi suatu tempat, posisi matahari, jenis permukaan, dan
tutupan awan,” imbuhnya.

Menurut dia, tinggi rendahnya indeks UV tidak memberikan pengaruh langsung pada kondisi suhu udara di suatu wilayah. Ia menambahkan, berkurangnya tutupan awan dan kelembapan udara dapat memberikan kontribusi lebih terhadap nilai indeks UV.

“Untuk lokasi dengan kondisi umum cuacanya diprakirakan cerah-berawan pada pagi hingga siang hari dapat berpotensi menyebabkan indeks UV pada kategori “Very high” dan “Extreme” di siang hari,” jelasnya.

“Masyarakat disarankan tidak panik menyikapi informasi UV harian. Cukup menggunakan perangkat pelindung atau tabir surya saat melakukan aktifitas di luar ruangan,” imbuhnya.

Sebelumnya, Sejak pekan lalu hingga hari ini, hampir sebagian besar negara-negara di Asia Selatan masih terdampak gelombang panas atau “heatwave”. Badan Meteorologi di negara-negara Asia seperti Bangladesh, Myanmar, India, China, Thailand dan Laos telah melaporkan kejadian suhu panas lebih dari 40°C.

Badan Meteorologi Cina (CMA) melaporkan lebih dari 100 stasiun cuaca di Cina mencatat suhu tertinggi sepanjang sejarah pengamatan instrumen untuk bulan April ini. Di Jepang “panas yang luar biasa” juga teramati dalam beberapa hari terakhir.

Kumarkhali, kota di distrik Kusthia, Bangladesh menjadi daerah terpanas dengan suhu maksimum harian yang tercatat sebesar 51,2 C pada 17 April 2023. (nas)

Exit mobile version