INDOPOS.CO.ID – Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Prof. Agus Dwi Susanto kurang sependapat adanya anggapan, bahwa solusi mengatasi polusi udara di Jakarta dengan cara pindah ke Ibu Kota Nusantara (IKN). Seharusnya masalah tersebut ditangani secara menyeluruh.
Mengingat polusi udara hampir terjadi di kota-kota besar Indonesia. Kondisi tersebut tentu mengkhawatirkan. Meski pembangunan IKN diklaim mengedepankan konsep yang ramah lingkungan.
“Tentu arahan dari pemerintah sebagai salah satu upaya untuk mengurangi polusi tetapi mesti diperhatikan. Polusi ini tidak hanya terjadi di Jakarta, ada di Surabaya, Palembang, ada di Medan, Bandung,” kata Agus dalam media briefing PB IDI bertemakan ‘Potensi Penyakit Akibat Polusi Udara’ du Jakarta, Selasa (8/8/2023).
Pemerintah dapat lebih agresif dan lintas wilayah dalam mengendalikan polusi udara di Jakarta. Di sisi lain, ia mengapresiasi keinginan pemerintah dalam tata kota di IKN memprioritaskan pejalan kaki, pesepeda, serta transportasi publik.
“Nantinya pencegahan menyelesaikan di Jakarta, jadi harus dipikirkan lebih holistik dari sisi mengurangi polusi,” ucap Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru) itu.
“Tentunya IKN ini di konsep Ibu kota yang ramah lingkungan, dengan pengukuran kualitas udara, jauh dari apa yang penggunaan tenaga kendaraan ramah lingkungan,” tambahnya.
Maka itu menyelesaikan pencemaran udara Jakarta, tidak menyelesaikan masalah serupa di kota-kota besar lainnya. “Jadi penyelesaiannya harus lebih holistik,” jelasnya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, pemindahan ibu kota ke Pulau Kalimantan dapat mengatasi permasalahan polusi udara Jakarta.
“Ya polusi itu tidak hanya hari ini. Sudah bertahun-tahun kita alami di ibu kota DKI Jakarta ini, dan salah satu solusinya adalah mengurangi beban Jakarta sehingga sebagian nanti digeser ke Ibu Kota Nusantara,” ucap Jokowi usai peresmian Indonesia Arena di Jakarta Selatan, Senin (7/8/2023). Dalam beberapa hari terakhir kualitas udara di Jakarta masuk kategori tidak sehat. (dan)