INDOPOS.CO.ID – Program Magrib Mengaji yang diusulkan calon Gubernur Jakarta nomor urut 01, Ridwan Kamil, menuai kritik dari rival politiknya, Parmono Anung.
Sekretaris Tim Pemenangan Ridwan Kamil – Suswono (RIDO), Basri Baco, menjelaskan Program Magrib Mengaji bertujuan membudayakan tradisi membaca Al-Qur’an melalui materi pembelajaran Iqro’ dan Al-Qur’an.
Program ini telah diterapkan oleh Ridwan Kamil saat menjabat Gubernur Jawa Barat dan sebelumnya diluncurkan oleh Gubernur Jakarta Anies Baswedan.
“Program ini bertujuan menggantikan tradisi berkumpul anak-anak di masjid setelah magrib hingga isya’ dengan kegiatan belajar dan mengaji Al-Qur’an, alih-alih menghabiskan waktu dengan gadget,” kata Basri Baco, saat dihubungi pada Rabu (2/10/2024).
Basri Baco menanggapi pernyataan Pramono Anung yang menyebut Program Magrib Mengaji membebani pelajar, dengan menyatakan bahwa siswa-siswi akan tetap berada di sekolah hingga waktu magrib.
“Pramono Anung salah memahami konsep ini. Siswa akan tetap belajar di sekolah dan pulang seperti biasa. Namun, setibanya di rumah, mereka diharuskan mengaji di masjid, mushala, atau kepada guru ngaji di sekitar tempat tinggal,” jelasnya.
Nantinya, lanjut anggota Komisi E (Bidang Pendidikan) DPRD DKI Jakarta 2019-2024 ini, pelajar akan diberi buku monitoring dari sekolah.
“Di situ ada batas akhir mengaji, tanda tangan guru ngaji dan diketahui orang tua,” terangnya.
Selain untuk meningkatkan pengetahuan agama bagi siswa muslim, Program Magrib Mengaji juga bertujuan untuk mengurangi kenakalan remaja, seperti tawuran, geng motor, mabuk miras, narkoba dan lainnya.
“Targetnya menjadikan masjid sebagai safe house atau tempat aman bagi remaja agar tidak terjerumus dalam kenakalan. Sekarang ini banyak sekali, terutama anak-anak muda, melakukan tawuran dan narkoba,” kata Wakil Ketua DPRD Jakarta Periode 2024-2029.
Selain itu, Program Magrib Mengaji juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan guru ngaji. Karena para guru ngaji tersebut, nantinya akan diberi honor yang dianggarkan oleh Pemerintah Provinsi Jakarta.
“Ya, para guru ngaji ini kan nantinya akan dikasih honor ya. Jadi, kesejahteraan mereka juga akan diperhatikan,” kata pria yang juga menjabat sekretaris DPD Partai Golkar Jakarta ini.
Sebelumnya, Cagub nomor urut 03 ini menilai bahwa program tersebut akan memberatkan pelajar dan berpotensi mempolitisasi agama.
“Sama sekali tidak. Bahwa ada yang mengusulkan untuk sampai magrib di SMA-nya, kemudian mengaji, ya silakan lah mereka saja, kami tidak,” ujar Pramono di hadapan warga di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara, pada Rabu (2/10/2024).
“Karena bagi kami yang namanya Pilgub ini bukan hal yang bersifat keagamaan, tetapi inilah bagaimana membangun Jakarta menjadi lebih baik,” lanjut Cagub yang diusung PDI Perjuangan dan Hanura tersebut. (fer)