Cikal Bakal PWMP, Rayndra Sosok Ideal Petani Milenial Binaan Kementan

Kunjungan

Rayndra SM (kanan) menerima kunjungan Sekretaris BPPSDMP Siti Munifah (ke-2 kanan).

INDOPOS.CO.ID – Rayndra Syahdan Mahmudin, petani milenial di lereng Gunung Merbabu disambangi Sekretaris BPPSDMP Kementan, Siti Munifah pada Jumat (4/3). Kebiasaan berbagi ilmu pertanian pada masyarakat di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, diapresiasi Kementerian Pertanian RI sebagai upaya resonansi dari kegigihan mengembangkan potensi pertanian di desanya.

Rayndra gigih mengembangkan kewirausahaan pertanian sejak di SMKN Ngablak Magelang, dengan menjual aneka sayur-mayur hasil panen gurunya di SMK. Tanpa sungkan dan malu dengan teman-teman yang dijumpainya, dia memilih berniaga di kegiatan car free day.

Melanjutkan kuliah di Polbangtan YoMa, Rayndra tetap gigih berniaga. Tiap hari pukul 02:00 hingga 05:00, bangun untuk mencabuti bulu ayam, kemudian diantar ke pasar pukul 06:00, sebelum masuk kuliah pagi.

Kebiasaan Rayndra di pagi buta ternyata diperhatikan seorang pejabat Kementan, yang menginspirasi lahirnya program Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP) pada 2016. Dia pun mendapat modal Rp15 juta dari PWMP, bersama dua rekannya, Rayndra membuka usaha pertanian di bawah bendera Cipta Visi Group.

“Saya meluangkan waktu ke Magelang khusus untuk meninjau perkembangan usaha Rayndra. Dia merupakan Duta Petani Milenial atau DPM kebanggaan Kementan, karena 100% made in Kementan. Jebolan dari Polbangtan YoMa,” kata Siti Munifah di lahan peternakan Rayndra seraya menyeruput minuman olahan kelapa dari hasil panen Kelompok Wanita Tani (KWT) binaan Rayndra.

Kepada Sekretaris BPPSDMP, Rayndra mengapresiasi dukungan PWMP Kementan. Modal Rp15 juta dia gunakan untuk membuka usaha peternakan ayam Jawa super, persilangan ayam petelur dan ayam Bangkok. Sisa laba digunakan mengembangkan peternakan kambing.

Bisnisnya pun terus berkembang, sehingga pada 2018 diraihnya modal PWMP sebesar Rp30 juta. Rayndra pun menarik investor dengan konsep beternak kambing, domba dan sapi meski minim modal, dia kembangkan pertanian terpadu didukung inovasi dan teknologi.

Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa komposisi penduduk Indonesia saat ini, 70% di antaranya generasi milenial. Indonesia juga memiliki potensi agraris melimpah, jika dikolaborasikan dengan baik niscaya akan menjadi peluang bisnis luar biasa.

“Pertanian itu jelas janjinya, jelas menguntungkan. Kamu belum tahu aja. Kamu belum coba. Belum pernah saya melihat pertanian dilakukan secara baik dan benar membuat orangnya merugi dan kesulitan. Pertanian tidak pernah ingkar janji,” kata Mentan Syahrul.

Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi menggaris bawahi seruan Mentan Syahrul bahwa masa depan tonggak pertanian di tangan generasi milenial. Pertanian adalah masa depan yang pasti dibutuhkan. Selama manusia hidup, selama itu pula pertanian menjadi kebutuhan.

“Ayo anak muda, tunggu apa lagi untuk bergabung di pertanian, ini waktunya kalian untuk memimpin pembangunan pertanian Indonesia,” kata Dedi.

Strategi Resonansi

Pada kesempatan tersebut, Siti Munifah mengelaborasi strategi menarik minat generasi milenial berkecimpung di bidang pertanian. BPPSDMP Kementan menerapkan beberapa strategi. Pertama, dengan menyuguhkan role model petani milenial yang sukses seperti Rayndra.

“Strategi Kementan yaitu dengan mengampanyekan kesuksesan champion-champion petani milenial. Kementan kukuhkan mereka menjadi DPM atau DPA (Duta Petani Andalan) lalu di-publish secara masif hingga skala international,” katanya.

Kemudian para DPM/DPA sukses didaulat menjadi Brand Ambassador Kementan untuk mengajak generasi milenial lainnya terjun ke pertanian.

Strategi kedua, katanya lagi, yaitu mengubah mindset (pola pikir) untuk meyakinkan generasi milenial bahwa bertani itu keren. Caranya? Terapkan strategi ketiga melalui mekanisasi, internet of things dan robotik.

“Paling penting mengubah mindset bahwa pertanian bukan hal yang menjijikan atau jorok, tapi luar biasa dan keren. Bagaimana caranya? Gunakan mekanisasi, terapkan IoT, dan teknologi robotik, karena milenial maunya serba canggih, cepat, dan meenguntungkan,” kata Siti Munifah.

Strategi keempat, pelibatan kelembagaan pertanian dan membangun jejaring. Libatkan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), offtaker, dan kemampuan berjejaring baik antar petani milenial maupun dengan stakeholders lainnya, merupakan kunci bisnis pertanian berkelanjutan. (ibs)

Exit mobile version