Hilirisasi Cabai, Kementan Tingkatkan Kapasitas Petani Milenial Tanah Laut

mentan

Kepala SMKPPN Banjarbaru, Budi Santoso (kiri) memantau langsung kegiatan Advance Training di Kabupaten Tanah Laut untuk memastikan petani milenial setempat menguasai hilirisasi cabai. Foto : BPPSDMP Kementan

INDOPOS.CO.ID – Sejumlah petani milenial Kabupaten Tanah Laut, penerima manfaat Program Youth Enterpreneurship and Employment Support Services (YESS) di Kalimantan Selatan (Kalsel) mengikuti Advance Training (pelatihan lanjutan) selama delapan hari, 7 – 15 Maret 2022 di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Bati Bati.

Kegiatan pelatihan bagi 22 wirausahawan milenial Tanah Laut fokus pada budidaya dan pengolahan cabai, hulu ke hilir. Digelar oleh Kementerian Pertanian RI yang difasilitasi Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Pertanian Negeri (SMKPPN) Banjarbaru selaku Provincial Project Implementation Unit (PPIU) YESS di Kalsel.

Tujuan pelatihan meningkatkan pengetahuan, wawasan dan keterampilan peserta terhadap budidaya dan pengolahan cabai sehingga diharapkan mampu menangani berbagai masalah hingga hilirisasi cabai.

Langkah tersebut sejalan arahan Menteri Pertanian (Mentan) RI Syahrul Yasin Limpo tentang komitmen pemerintah tiada henti memfasilitasi generasi milenial terjun menjadi petani dan wirausahawan pertanian serta meyakinkan generasi milenial bahwa pertanian itu menjanjikan.

“Upaya tersebut harus didukung oleh kapasitas SDM pertanian yang inovatif dan gagasan kreatif akan mampu mengawal pembangunan pertanian,” kata Mentan.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa Program YESS merupakan wahana bagi generasi muda meningkatkan kapasitas pengetahuan dan kemampuan mereka di bidang pertanian.

“Ada dua kunci utama pelaksanaan program YESS. Pertama, untuk meningkatkan kapasitas pemuda di pedesaan melalui pendidikan dan pelatihan untuk menjadi agen pembangunan pertanian,” ujarnya.

Kedua, kata Dedi, sasaran dari program YESS yakni pemuda harus memiliki jiwa kewirausahaan dari hulu sampai hilir.

Wirausahawan Milenial

Kepala SMKPPN Banjabaru, Budi Santoso yang juga Penanggung Jawab Program YESS Kalsel berharap kegiatan pelatihan mampu menjawab kendala budidaya cabai, sehingga hasil panen menjadi maksimal hingga pasca panen serta mampu memahami kondisi pasar.

“Dengan adanya pelatihan ini, maka masalah yang dihadapi bisa selesai dan untuk selanjutnya ilmu yang didapatkan dapat terus digali,” ucapnya.

Peserta mendapatkan berbagai hal terkait budidaya dan pengolahan cabai seperti prospek bisnis, analisa usaha tani, dan teori teknik budidaya. Peserta juga mengikuti praktik lapang seperti penyemaian benih, pola bedengan, pemupukan awal, penanaman, pengendalian gulma dan identifikasi hama dan penyakit.

“Selanjutnya, para peserta dibekali teknik pembuatan pupuk organik dan pembuatan pestisida nabati serta praktik pasca panen cabai oleh pemateri berkompeten sehingga output pelatihan sesuai kekinian,” jelasnya.

Pemateri Yusuf Aziz mengingatkan pelaku budidaya cabai memahami prospek bisnis dan analisa pasar terkini termasuk kondisi lapangan. “Masalah utama pada Desember, Januari dan Februari saat harga cabai melambung, namun diiringi serangan hama antraks atau layu fusarium,” tandasnya.

Sementara pemateri Joko Purnomo mengingatkan untuk memahami teori budidaya cabai sebelum melakukan budidaya, agar kerugian usaha dapat diminimalisir.

Pada kegiatan praktik, Mahyuni menekankan pentingnya persiapan, pengolahan lahan dan penggunaan agen hayati. “Jika kegiatan awal sudah benar, fokus pada penanganan hama dan penyakit,” ujarnya.

Ketua P4S Alam Subur, Trisno mengulas formula khusus tentang pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati. Peserta pelatihan diajak membuat kompos padat serta pestisida nabati dari bahan herbal dan urin sapi.

“Adanya bahan organik, maka penggunaan bahan non organik di pasaran tidak diperlukan, sehingga menekan biaya budidaya,” terangnya.

Terkait pasca panen, peserta praktik di kelompok tani (Poktan) Karya Baru di Desa Hiyung, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tapin yang produksi olahan cabai dan menembus pasar Jakarta dan Surabaya. Hasil olahan cabainya berupa sambal aneka rasa, cabai kering, abon cabai, kecap sambal cabai dan uyah pancok cabai (garam rujak cabai).

Ketua Poktan Karya Baru, Junaidi menuturkan cabai Hiyung merupakan salah satu cabai terpedas di Indonesia. ”Dengan memproduksi olahan cabai, akan atasi kerugian dan penurunan pendapatan petani saat harga cabai jatuh,” pungkasnya. (ibs)

Exit mobile version