Kementan Ajak Milenial Atasi Ketergantungan Impor dengan Pangan Lokal

BPPSDMP Kementan

Top 4 Masterchef Indonesia, Fransisca tampil sebagai bintang tamu MAF Vol. 3 edisi 14 dengan narasumber Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi dan Kapusdik Idha WA serta Kepala SMKPPN Sembawa, Yudi Astoni. Foto : Kementan

INDOPOS.CO.ID – Kementerian Pertanian RI mendorong kemandirian pangan untuk menekan ketergantungan impor dari negara lain, di antaranya melalui diversifikasi pangan.

Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo mengatakan, penyediaan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi keniscayaan di tengah kondisi pandemi yang masih berlangsung serta ancaman krisis pangan.

Mentan menekankan pentingnya diversifikasi pangan, dengan mengoptimalkan potensi dan keragaman sumber daya pangan lokal sebagai salah satu strategi ketahanan pangan di tengah pandemi dan perubahan iklim.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi menyampaikan tentang persoalan krisis pangan ini pada kegiatan Millennial Agriculture Forum (MAF) yang diselenggarkan SMKPPN Sembawa secara virtual zoom meeting, Sabtu [26/3].

MAF Vol. 3 Edisi 14 kali ini mengusung tema ‘Manis Bisnis Gula Semut, Sehat Usaha Minyak Kelapa dan Lezatnya Olahan Kedelai’.

Dedi Nursyamsi mengatakan, kondisi negara kita tidak biasa-biasa saja terutama pangan, kondisinya dipengaruhi pangan global, yang sedang mengalami terbulensi karena pandemi dan perubahan iklim.

“Hal ini mengakibatkan sistem produksi, distribusi dan produktivitas mengalami gangguan luar biasa. Saat yang sama perubahan iklim memicu Elnino, kemarau berkepanjangan mengakibatkan kemarau sepuluh bulan dalam setahun. Harga kedelai, gula pasir, gandum, bawang putih, semua pangan mengalami masalah itu,” katanya.

Bagaimana mengurangi ketergantungan pada impor dimana harga pangan dunia menjadi melejit? “Kita tanam pangan lokal sebanyak banyaknya, diversifikasi pangan lokal, genjot produktivitas. Kalau kita ingin mengurangi import gula, kita beralih ke gula semut dari aren, minyak kelapa sawit menjadi minyak kelapa.”

Menurutnya, negara kita, negara kepulauan yang memiliki potensi seperti kelapa yang tumbuh subur, peluang ini sudah ditangkap oleh para milenial seperti narasumber MAF hari ini Ella dan Mustopa,” kata Dedi.

Di akhir sambutannya, Dedi berpesan kepada 965 peserta MAF untuk mendorong petani milenial berbisnis gula yang berasal dari aren, bisnis minyak kelapa, wajib diversifikasi pangan lokal, genjot produksi lokal, genjot olahan dengan value edit yang tinggi.

Kegiatan MAF kali terasa lebih menarik karena diadakan juga demo masak kreasi kedelai, minyak kelapa dan gula semut bersama Top 4 Masterchef Indonesia, Fransisca bersama Kepala Pusat Pendidikan Pertanian [Pusdiktan] Idha Widi Arshanti secara live dari Kampus Politeknik Engginering Pertanian Indonesia (PEPI) di Serpong.

Chef Sisca panggilan akrab Fransisca, kreasikan olahan kedelai menjadi sate kere dan juga membuat minuman kopi rempah latte. Hadir sebagai narasumber Owner CV Nira Lestari, Ella Rizki Farihatul Maftuhah.

Dalam paparannya dengan judul Manis Bisnis Gula Semut, Ella mengurai awal terbentuk CV Nira Lestari karena kesejahteraan petani kelapa kurang optimal, masyarakat lebih memilih menjadi TKI daripada membangun desa, sehingga petani milenial hadir dengan inovasi pengolahan kelapa terpadu teknologi sederhana, mudah diduplikasi skala nasional.

Sebuah optimisme ketika mulai berekspansi melalui media sosial sehingga mendatangkan buyer dari China, Polandia, sehingga gula kelapa dilirik pasar dunia. Ada satu titik kebingungan memenuhi kebutuhan gula kelapa ini, karena mutu yang ditetapkan standarnya.

Untuk itu, milenial hadir memberikan pembinaan untuk menghasilkan produk sesuai standar buyer. Optimalkan kesejahteraan dengan sumber daya alam yang tersedia yang kita terapkan dengan teknologi dan inovasi untuk menaikkan value.

Narasumber lain, CEO dan founder Kulaku Indonesia, Mustapa Patapa. Kulaku sebagai social enterprises yang concern pada pelatihan bagi petani kelapa di Banyuasin untuk menghasilkan produk terbaik.

Dengan konsep 3P, Profit, untuk bisa menghasilkan keuntungan dan keberlangsungan usaha. People, solusi bagi petani kelapa untuk lebih sejahtera melalui pemberdayaan, dan Planet untuk kelangsungan lingkungan hidup.

Indonesia produsen terbesar kelapa di dunia. Badan Pusat Statistik [BPS] menyebutkan produksi kelapa Sumsel sebesar 55.400 ton dan 83,93 % dihasilkan di Banyuasin. Inovasi Kulaku membuat turunan produk turunan kelapa yang sudah mencapai 12 produk.

Melalui pendidikan dan kolaborasi dengan para petani menciptakan produk bernilai tinggi dan memfasilitasi anak anak petani untuk mendapatkan akses pendidikan yang lebih tinggi agar lebih sejahtera. (ibs)

Exit mobile version