Menggairahkan Alsintan Karya Anak Bangsa, Menguatkan Indonesia

kementan

Kepala Subkoordinasi Komunikasi dan Pemberitaan Media Cetak/Pranata Humas Muda Kementan, Abiyadun.

Oleh: Abiyadun (Kepala Subkoordinasi Komunikasi dan Pemberitaan Media Cetak/Pranata Humas Muda Kementan)

INDOPOS.CO.ID – Pangan memiliki arti fundamental bagi kehidupan. Secara filsafat, pangan merupakan hakikat hidup, sedangkan secara harfiah adalah kebutuhan hidup. Kedua makna ini menunjukkan semua sendi kehidupan sangat membutuhkan pangan sehingga sudah menjadi harga mati bagi Indonesia untuk berdaulat pangan bahkan menjamin kebutuhan pangan bagi negara-negara di Asia bahkan dunia.

Indonesia di era pemerintah Jokowi, upaya-upaya membangun kedaulatan pangan merupakan agenda prioritas pembangunan nasional. Dalam mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik, sektor pertanian yang menjadi andalan pertumbuhan ekonomi hingga saat ini.

Pemerintah khususnya Kementerian Pertanian memiliki program strategis dalam mewujudkan swasembada pangan berkelanjutan yang dibarengi peningkatan kesejahteraan petani bahkan mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan ekspor pangan tiga kali lipat. Di antaranya ekstensfikasi atau perluasan dan intensifikasi atau optimalisasi lahan pertanian, mendorong penggunaan benih unggul dan pupuk berimbang, asuransi pertanian, pengembangan SDM pertanian unggul, mendorong investasi, korporasi petani dan mekanisasi pertanian.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengemas program terobosan ketahanan pangan dan pertanian yang maju, mandiri dan modern ke dalam cara bertindak yang menjadi strategi. Pertama, peningkatan kapasitas produksi. Kedua, pengembangan diversifikasi pangan lokal, pemanfaan lahan pekarangan dan urbang farming. Ketiga, penguatan cadangan pangan nasional dan sistem logistik. Keempat, pengembangan pertanian modern seperti smart farming, pemanfaatan screen house , food estate, hingga pengembangan korporasi petani. Kelima, gerakan tiga kali ekspor.

Namun demikian, dari sekian banyak terobosan peningkatan produksi pangan yang mematik perhatian sebagai kunci keberhasilan adalah program mekanisasi pertanian, bukan berarti mengenyampingkan urgensi program lainnya. Pasalnya, menggerakan sektor pertanian ke arah yang lebih maju dan kuat menghadapi berbagai tantangan dan meraup produktivitas tinggi hanya dengan cara modern, yakni mekanisasi pertanian.

Sederhananya, dengan perkembangan dan penggunaan alat mesin pertanian (alsintan) modern, membuat pekerjaan menjadi cepat sehingga ada penghematan biaya karena menghemat waktu dan tenaga kerja. Peningkatan produksi pun dengan mudah dicapai karena penyiapan lahan, penanama dan penanganan panen menjadi lebih cepat sehingga dengan cepat juga memasuki musim tanam berikutnya. Faktanya, penerapan mekanisasi pertanian telah merubah wajah pertanian di Pakistan dan Korea Selatan. Dampak penerapan mekanisasi pertanian, Pakistan mampu meningkatkan ekspor rata-rata 75 persen dari sektor pertanian (Salokhe dan N. Ramalingan, 1998).

Tak kalah hebatnya lagi, berkembangnya alsintan modern menarik minat generasi muda di sektor pertanian. Perkembangan teknologi dan inovasi pertanian semakin beragam dengan adanya keterlibatan kaum milenial.

Pengembangan Mekanisasi Pertanian

Di era pemerintahan Jokowi, kemajuan alsintan berhasil mencatatkan sejarah baru. Pengembangan alsintan sangat fantastis jumlahnya, sehingga terbesar sepanjang sejarah Republik Indonesia. Contohnya, data Kementerian Pertanian menyebutkan realisasi bantuan alsintan dari tahun 2010 hingga 2015 masing-masing sebanyak 8.220 unit, 3.087 unit, 21.145 unit, 6.292 unit, 12.086 unit, dan 65.431 unit. Dari angka ini, terlihat bantuan alsintan di tahun 2015 fantastis, naik 617 persen.

Hasilnya, terjadi penambahan luas tambah tanam 630 ribu ha dan terjadi peningkatan produksi untuk padi dari 70,8 juta ton di tahun 2014 naik menjadi 75 juta ton di tahun 2015, jagung dari 19 juta ton naik menjadi 19,8 juta ton di tahun 2015 dan kedelai dari 954.997 ton naik menjadi 982.967 ton di tahun 2015.

Bahkan dampak kemajuan alsintan pun dirasakan hingga saat ini. Data BPS menyebutkan sektor pertanian di masa pandemi Covid-19 menjadi penyangga utama pertumbuhan ekonomi nasional. Hanya PDB di sektor pertanian yang pertumbuhanya tumbuh positif pada triwulan II 2020 yakni 16,4 persen, sementara sektor lainnya mengalami kontraksi. Kemudian nilai ekspor pertanian Januari-Desember 2021 sebesar Rp451,77 triliun naik 15,79 persen dibanding 2019 yang hanya Rp390,19 triliun. Bahkan tidak ada impor beras selama masa pandemi hingga tahun ini dan di tahun 2021 diperoleh surplus beras 9 juta ton.

Upaya pemerintah khususnya Kementerian Pertanian dalam menggairahkan pengembangan alsintan pastinya tak diragukan lagi. Sebab tujuanya yang ingin dicapai tak hanya pada terwujudnya swasembada pangan. Dengan melihat upaya mendorong investasi dalam negeri dan upaya-upaya penguatan ekonomi dengan program pertanian, sudah barang tentu juga untuk mendorong berkembangnya industri alsintan dalam negeri.

Memang di awal pengembangan alsintan yakni di tahun 1966, Indonesia mengimpor alsintan dalam jumlah besar guna mempercepat pengembangan alsintan dalam negeri. Alhasil, dari tahun ke tahun, perkembangan penggunaan mekanisasi pertanian di Indonesia semakin meningkat.

Kendati demikian, bukan berarti fakta impor ini berlangsung hingga sekarang. Buktinya, merujuk data LKPP, pengadaan Alsintan di Kementerian Pertanian tahun 2021 memprioritaskan produk industri dalam negeri dibanding impor. Dimana, sebanyak 65,56 % belanja pengadaan alsintan dari buatan dalam Negeri, sementara belanja alsintan impor hanya 34,44%. Menurut Ketua Asosiasi Perusahaan Alat dan Mesin Pertanian Indonesia (Alsintani), Mindo Sianipar, pengadaan alsintan hingga saat ini sebagianya masih melakukan impor karena adanya keterbatasan kemampuan industri dalam negeri dalam menghasilkan komponen tertentu.

Fakta lainnya pun mengungkap keberpihakan Kementerian Pertanian dalam menggairahkan kemajuan industri alsintan dalam negeri. Data Kementerian Pertanian menyebutkan sejak tahun 2016 sampai tahun 2021 sudah ada sekitar 15 perusahaan yang mengambil lisensi alsintan dari Kementerian Pertanian.

Alsintan yang sudah dilisensi oleh industri alsintan dalam negeri antara lain adalah transplanter jajar legowo oleh 10 perusahaan, Mini Combine Harvester oleh 3 perusahaan, alat pengolah tanah multiguna oleh 1 perusahaan, mesin olah tanah integrasi dengan tanam atau Rotatanam oleh 2 perusahaan dan mesin panen multi komoditi oleh 2 perusahaan. Selain itu, sudah ada beberapa industri alsintan dalam negeri yang sudah berkomitmen untuk bekerjasama memproduksi alsintan hasil inovasi Kementan dalam rangka meningkatkan Tingkat Kandungan Dalam Negeri.

Dari rentatan fakta ini, komitmen Kementerian Pertanain dalam menggairahkan mekanisasi pertanian dan industri alsintan karya anak bangsa benar-benar patut diberikan acungan jempol. Karena itu, upaya Kementerian Pertanian dalam mendukung kemajuan industri alsintan dalam negeri harus didukung semua pihak. Indonesia sebagai negara agraris sudah waktunya menjadi penghasil pangan dunia yang diikuti juga dengan kedaulatan alsintan agar Indonesia kedepannya semakin tangguh.

Program korporasi petani dan KUR Taxi Alsintan yang digagas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk mencetak pertanian yang maju, mandiri dan modern dan menjadikan sektor pertanian sebagai bantalan pertumbuhan ekonomi nasional harus dibooster lebih luas. Program ini adalah upaya nyata untuk memicu kemajuan alsintan karya anak bangsa. Petani bisa mengadakan alsintan secara mandiri, tanpa harus mengandalkan bantuan pemerintah.

Penulis meyakini, keberhasilan program ini adalah kunci utama untuk memberi kepastian bagi industri alsintan dalam negeri guna meningkatkan kapasitas dan pengembangan produksi komponen tertentu sehingga tidak lagi mengandalkan impor. Jika ini terjadi, Indonesia bisa penuhi kebutuhan alsintan dari buatan anak bangsa secara berdaulat. Berdaulat alsintan dapat membawa dampak besar untuk menguatkan negara. Negara yang kuat adalah negara yang pertanianya tangguh dan mampu menghadapi berbagai tantangan global kedepannya. (*)

Exit mobile version