Inklusi Sosial Kunci untuk Indonesia Lebih Baik

citi

Diskusi virtual “Accelerating Social Inclusion through Women Empowerment”, Rabu (6/4/2022). Foto: Ist

INDOPOS.CO.ID – Citi Indonesia kembali mempertegas komitmennya terhadap nilai keberagaman dan inklusi. Itu dibuktikan dengan digelarnya diskusi ‘Accelerating Social Inclusion through Women Empowerment’ belum lama ini.

Menurut Chief Executive Officer (CEO) Citi Indonesia, Batara Sianturi, inklusi merupakan sesuatu yang sangat identik dengan Indonesia. Inklusi sosial juga menjadi kunci dalam memanfaatkan keberagaman untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

“Tugas kita semua adalah untuk dapat mewujudkan inklusi, baik di lingkungan keluarga, sekolah, tempat kerja, maupun di masyarakat. Salah satu poin inklusivitas di tempat kerja adalah peran perempuan dan penerapan prinsip kesetaraan gender, yang pada akhirnya akan menuntun pada penerapan konsep meritokrasi,” ujarnya pada diskusi virtual “Accelerating Social Inclusion through Women Empowerment”, Rabu (6/4/2022).

Data Bank Dunia tahun 2021 menunjukkan sekitar 54 persen perempuan usia produktif di Indonesia memilih untuk bekerja. Melihat angka partisipasi perempuan dalam perekonomian Indonesia tersebut, Citi yakin akan pentingnya peran perempuan dan kesetaraan gender dalam menjalankan bisnis.

“Saya berharap segala pihak mampu terus terlibat dalam membudayakan pentingnya inklusivitas dan kesetaraan gender untuk menghadirkan lingkungan yang mendukung masyarakat Indonesia,” jelasnya.

Co-Chairwoman Citi Indonesia Women’s Network (IWN), Maryam Umar mengatakan, kepemimpinan Citi, baik secara global maupun nasional telah merefleksikan kesetaraan gender. CEO Citigroup Jane Fraser merupakan CEO perempuan pertama untuk bank-bank besar di Wall Street.

“Empat dari tujuh dewan direksi Citi Indonesia adalah perempuan. Ini bukan hal yang umum untuk melihat direksi yang didominasi perempuan, khususnya di industri keuangan. Hasil fokus Citi dalam kesetaraan gender sudah terlihat dalam leadership, baik di tingkat global maupun lokal,” tuturnya.

Sementara, Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Leny N Rosalin menyoroti berbagai data yang menunjukkan bahwa masih terdapat kesenjangan gender yang tinggi di Indonesia.

Data UNDPP, misalnya. Di sini Indonesia memiliki skor indeks ketimpangan gender atau gender inequality index (GII) sebesar 0,480 di tahun 2019. Skor GII ini menempatkan Indonesia di peringkat 121 dari 189 negara. Indeks pembangunan gender (IPG) Indonesia tahun 2010-2021 juga cenderung flat. IPG Indonesia hanya naik tipis dari 89,42 di tahun 2010 menjadi 91,27 pada 2021.

“Sebagai negara dengan jumlah penduduk besar, tentunya sangat penting untuk kita semua bersinergi bersama-sama mewujudkan kesetaraan gender,” katanya.

Selain itu, seorang perempuan inspiratif di bidang kesehatan, yakni Siti Nadia Tarmizi selaku Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan juga hadir pada diskusi itu. Dalam paparannya, Siti Nadia menyebut perempuan memegang peran penting di masa pandemi Covid-19.

“Perempuan memastikan bagaimana anggota keluarga tetap berada di rumah, mengajak mereka untuk vaksinasi hingga membantu perekonomian keluarga. Kita juga melihat bagaimana tenaga kesehatan perempuan berkorban untuk tidak pulang ke rumah dan memberikan pelayanan kesehatan,” bebernya.

Pastinya, pandemi ini dinilai mengajarkan banyak hal dan ia yakin akan menghasilkan perempuan-perempuan hebat dan tangguh dalam menghadapinya. (rmn)

Exit mobile version