Litbang Sin Po: Gerindra Jadi Parpol Nomor Dua yang Paling Banyak Dipilih Masyarakat

Syahrial Mayus

Kepala Peneliti Litbang Sin Po, Syahrial Mayus. Foto: Litbang Sin Po untuk INDOPOS.CO.ID

INDOPOS.CO.ID – Meski pagelaran Pemilu 2024 masih lama, namun para elit partai politik (parpol) saat ini sudah mulai pasang kuda-kuda. Safari politik antar ketua umum parpol dan elitnya telah marak dilakukan. Bahkan, telah menghasilkan beberapa koalisi dini yang nantinya masih mungkin berubah.

Saat ini sudah ada koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digawangi Partai Golkar, PAN dan PPP. Koalisi Semut Merah yang digagas PKS. Ada juga koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yang digagas Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar saat berkunjung ke kediaman Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Lantas, bagaimana sejatinya peta parpol ini dalam rangka bisa mendapatkan tiket untuk mengusung calon presiden (capres) dan bagaimana implikasinya terhadap elektoral parpol tersebut? Tentu dalam hal ini harus dilihat terlebih dahulu komposisi perolehan kursi parpol-parpol di DPR RI dan dikombinasikan dengan mengacu aturan presidential threshold 20 persen.

Kepala Peneliti Litbang Sin Po, Syahrial Mayus mengatakan, saat ini ada 9 parpol berkursi di DPR RI dengan komposisi, PDIP 22,3 persen kursi, Golkar 14,8 persen, Gerindra 13,6 persen, NasDem 10,3 persen, PKB 10,1 persen, Demokrat 9.4 persen, PKS 8,7 persen, PAN 7,7 persen dan PPP 3,3 persen.

“Mengacu pada komposisi ini, maka jika secara proporsional dikombinasikan atau dalam bahasa politik biasa disebut sebagai koalisi untuk menghasilkan komposisi 20 persen kursi. Dalam hal ini, jumlah koalisi yang bisa dibentuk maksimal hanya sebanyak 4 koalisi. Artinya, komposisi koalisi 9 parpol ini hanya bisa menghasilkan maksimal 4 capres,” ujarnya kepada media, Jumat (24/6/2022).

Tabel hasil survei Litbang Sin Po terhadap pilihan partai politkk pada pemilu 2024. Foto: Litbang Sin Po untuk INDOPOS.CO.ID

Berbicara soal parpol mana yang paling berpeluang memiliki calon presiden internal, paling awal tentu PDIP. Ini karena PDIP tidak perlu lagi berkoalisi dengan parpol manapun untuk bisa mendapatkan tiket pencapresan, karena kursi PDIP saat ini sudah di atas presidential threshold 20 persen, yakni 22,3 persen.

“Berikutnya, Partai Gerindra dan Golkar paling berpeluang calonkan presiden dari kader internal. Dua parpol ini hanya butuh 1 parpol koalisi di DPR RI untuk bisa mendapatkan tiket pencapresan, kecuali dengan PPP,” katanya.

Adapun, nama capres yang sudah mulai menyeruak ke permukaan dari kader internal 9 parpol berkursi di DPR RI, di antaranya Prabowo Subianto dari Gerindra, Airlangga Hartarto dari Golkar, Muhaimin Iskandar dari PKB, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dari Gerindra dan Zulkifli Hasan dari PAN. Sementara PDIP tidak mengusung ketum parpolnya, Megawati Soekarnoputri, karena akan mendorong Puan Maharani.

“Di antara nama tokoh-tokoh ini, sementara hanya nama Prabowo Subianto yang memiliki tingkat elektabilitas paling tinggi,” sebutnya.

Jika skenario ini berjalan, yakni Prabowo Subianto menjadi capres Partai Gerindra, maka bisa dipastikan bahwa partai berlambang burung garuda ini akan terlimpahi efek ekor jas dari pencalonan ketua umumnya ini.

Merujuk hasil survei Litbang Sin Po yang dilakukan dalam rentang waktu 20 Mei – 3 Juni 2022, tingkat elektabilitas Partai Gerindra berada di posisi kedua setelah PDIP. Dari kondisi ini, maka bisa disimpulkan bahwa saat ini, parpol yang paling memiliki peluang memajukan capres dari kalangan kader internalnya sendiri adalah Partai Gerindra.

“Jika skenario ini terwujud, untuk mempertahankan perolehan suara yang sudah diraih pada Pemilu 2019 atau bahkan menambahnya, Partai Gerindra sangat memiliki peluang itu,” sebutnya.

Untuk diketahui, pengumpulan data survei ini dilakukan terhadap 1.200 responden. Metode sampling yang digunakan adalah multistage random sampling, dengan margin of error plus minus 2,83 persen dengan tingkat kepercayaan 95,0 persen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara tatap muka langsung dengan responden menggunakan kuesioner.(ibs)

Exit mobile version