Benteng Perekonomian Nasional, Sektor Pertanian Tumpuan Masa Depan

kementan

Sub Koordinator Komunikasi dan Pemberitaan Media Elektronik Kementerian Pertanian, Ardiansyah. Foto : Dok Pribadi untuk indopos.co.id

Oleh : Ardiansyah

INDOPOS.CO.ID – Tak bisa dipungkiri bahwa sektor pertanian adalah tumpuan masa depan negara. Pertanian terbukti mampu membuka lapangan kerja hingga. Sektor ini tumbuh positif di tengah lemahnya ekonomi dunia akibat pandemi yang tak kunjung usai. Melihat fakta ini, Penulis yakin pertanian merupakan benteng perekonomian Indonesia di masa depan. Pertanian adalah bantalan ekonomi sekaligus solusi pasti bagi kehidupan manusia.

Jika kita membaca data pertanian selama tiga tahun terakhir, kinerja sektor ini tumbuh di atas 15 persen. Pertumbuhan tersebut bahkan terjadi saat sektor lainya melemah akibat krisis global. Pertanian juga jadi satu-satunya sektor yang mampu menyerap tenaga kerja secara luas. Tentu ini bukan perkara mudah, butuh kekompakan dan arahan dari sosok pemimpin yang kuat untuk mencapai tujuan.

Penulis kemudian diingatkan dengan data BPS dari tahun ke tahun, dimana produksi beras nasional terus mengalami peningkatan. Pada 2019 total produksi kita mencapai 31,31 juta ton, kemudian meningkat lagi di 2020 sebesar 31,36 juta ton dan pada 2021 sebesar 31,33 juta ton.

Selama kurun waktu itulah, Indonesia sukses mempertahankan kebijakanya untuk tidak mengimpor beras. Padahal biasanya, impor beras biasa dilakukan hingga mencapai 2 juta ton pertahun.

Di sisi lain, kita mesti ingat bahwa ekspor pertanian dibawah kepemimpinan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo juga tumbuh melampaui target. Pada 2019, nilai ekspor pertanian mencapai Rp390,16 triliun, kemudian pada 2020 naik lagi menjadi Rp451,77 triliun, dan di 2021 naik lagi menjadi Rp625,04 triliun.

Kenaikan ini nyatanya berdampak langsung pada peningkatan nilai tukar petani (NTP) yang selama ini menjadi tolak ukur kesejahteraan petani. Alhmdllah, NTP Maret 2022 juga naik, yakni mencapai 109,29 atau naik 0,42 persen jika kita bandingkan dengan NTP bulan Februari 2022 yang hanya 108,83.

Peningkatan juga terjadi pada nilai tukar usaha petani (NTUP), dimana pada periode yang sama angkanya 109,25 atau naik 0,67 persen jika dibandingkan dengan NTUP pada Februari 2022 yang hanya 108,53. Jangan lupakan juga NTP kita di 2020 lalu, dimana curva yang ada selama berbulan-bulan berada di angka 100.

Perlu diketahui, baik NTP maupun NTUP adalah indikator kita dalam mengukur seberapa besar kesejahteraan petani meningkat. Kalau meningkat, artinya, kolaborasi kerja antara petani dan pemerintah sudah berjalan dengan baik.

Capaian-capaian yang luar biasa ini bukan semata-mata angka saja. Namun lebih dari itu, sosok SYL sebagai komandan di Kementerian Pertahanan (Kementan) terbukti mampu menjadi pompa dan inspirasi bagi jajaran di bawahnya untuk berkerja lebih keras lagi. Terlebih semua kebijakan dan programnya selalu tepat sasaran dan sesuai dengan apa yang diharapkan petani/peternak.

Penulis kemudian ingat bahwa pada April 2022, pertanian tercatat memberi andil besar terhadap rendahnya inflasi Indonesia hingga dibawah 3 persen. Padahal inflasi di berbagai negara terus meningkat tajam. Turki misalnya, inflasi mereka berada di angka 61,14 persen, Argentina 52,3 persen, Rusia 16,7 persen, Brazil 11,3 persen, Belanda 9,7 persen dan negara besar seperti Amerika Serikat mencapai 7,9 persen. Sedangkan ndonesia mampu mengendalikannya di angka 2,64 persen.

Dengan demikian, Amerika bisa dikatakan mengalami inflasi tertinggi dalam 40 tahun terakhir, begitu juga dengan Turki yang mengalami inflasi tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Tingginya inflasi, menurut Penulis dipengaruhi adanya pembatasan sosial akibat Pandemi Covid-19 yang memicu keterbatasan supply barang. Disatu sisi, permintaan masyarakat jauh lebih tinggi dari ketersediaan barang sehingga harga-harga di dunia ikut meroket.

Belum lagi kita bicara kelangkaan komoditas yang dipengaruhi konflik Rusia-Ukraina, sehingga harga komoditas energi melambung tinggi, dan turut menaikan harga pangan hingga produk industri. Inilah yang Penulis sebut dengan pertanian maju, mandiri dan modern. Pertanian tumbuh secara meyakinkan dan terbukti melewati masa siram ekonomi selama pandemi.

Inilah kita saatnya bersama-sama membangun pertanian dari hulu ke hilir. Kita harus menghilangkan ego dan memupuk semangat baru. Tanam semua kebutuhan makananmu di depan rumah, samping rumah, bahkan juga di atas rumah. Pupuk dia dengan bahan alami sehingga kita berdikari dalam makna yang sesungguhnya.

Masyarakat harus jeli bahwa pertanian juga berarti peluang ekonomi. Banyak sisi lain yang bisa kita manfaatkan sebagai sumber rezeki. Pertanian seperti yang Penulis katakan di awal adalah tumpuan masa depan negara dan peluang untuk membuka lapangan kerja.

Salam. Bertani itu keren dan bertani itu hebat. Kita harus yakin masa depan kita berarti masa depan Maju, Mandiri, dan Modern. (*)

Exit mobile version