Pahami Keberagaman dan Toleransi Sebagai Budaya di Ruang Digital

Webinar

Webinar Obral-obrol Literasi Digital (OOTD) bertajuk Kita Tidak Sendiri di Internet, Yuk Belajar Toleransi. (Aplikasi Zoom)

INDOPOS.CO.ID – Literasi digital bakal mendorong pemanfaatan teknologi digital ke arah positif. Namun, tidak hanya cakap menguasai teknologinya tapi bijak, saling menghormati dan bertoleransi di ruang digital.

Menurut Sejarawan dan Ketua Komunitas Historia Indonesia Asep Kambali, konsep penting dari kehidupan digital adalah memahami kebudayaan Nasional dan menciptakan budaya baru di dunia digital. Sehingga tetap mempertahkan nilai-nilai sosial.

“Toleransi sebenarnya akan mudah menjalani kalau kita paham satu sama lain. Kita mengerti bahwa di balik layar akun media sosial itu ada banyak keberagamaan, pemahaman yang sangat berbeda,” kata Asep Kambali dalam Obral-obrol Literasi Digital (OOTD) bertajuk Kita Tidak Sendiri di Internet, Yuk Belajar Toleransi, Jakarta, Sabtu (6/8/2022).

Anggapan masyarakat bahwa dunia maya keberadannya sama dengan dunia nyata. Namun, realitasnya berbeda, karenanya berselancar di ruang digital tetap diatur dengan ketentuan yang berlaku.

“Toleransi itu bisa kita wujudkan, mana kala kita memahami sejarah dan kebudayaan bangsa kita,” ucap Asep.

Content Creator Ibob Tarigan mengatakan, media sosial merupakan wadah mensosialisasikan pemikiran, konten dan informasi. Tentu bisa direspon suka atau tidak. Namun, tak bisa memaksakan kehendak sendiri.

“Media sosial itu mensosialisasikan. semua orang boleh mensosialisasikan apapun, tapi batasanya adalah hukum, norma-norma sosial,” ucap Ibob.

General Manager Global Peace Foundation Indonesia Shintya Rahmi Utami menekankan, tentang pentingnya literasi digital di tengah derasnya arus komunikasi saat ini. Saling menghargai dan menghormati, jangan memulai hate speech dan bertoleransi.

“Literasi digital penting untuk kita semua kalangan. Mahasiswa, ibu-ibu untuk bisa melek digital, untuk bisa toleransi. Perdamaian tidak tercipta, kalau tidak ada toleransi,” imbuh Shintya.

Terdapat pelatihan empat pilar utama literasi digital. Di antaranya kecakapan, budaya, etika dan keamanan digital. Kegiatan itu dapat terus dilihat melalui laman resmi Literasi Digital melalui media sosial @siberkreasi. (dan)

Exit mobile version